Mentalitas yang lemah

Kejadian Tatkala Rapat

Apa yang tuan kerjakan pabila dundang rapat? Dalam hal ini rapat staf yang mengundang banyak pegawai dalam satu instansi. Jumlahnya dapat saja mencapai lebih di atas 20 orang. Kami tak tahu pasti hanya dapat mengira-ngira, karena dengan jumlah orang yang sebanyak itu sangat mengundang untuk tidak memperhatikan (fokus).

Begitulah tuan yang kami alami pada salah satu rapat staf di kantor kami. Pimpinan mengundang seluruh staf yang ada di bawah lindungannya untuk hadir. Tidak semuanya hadir tentunya, namun hanya beberapa. Sebab sebagian besar hadir dalam ruang rapat, duduk manis, mendengarkan. Itu hanya pada awalnya saja tuan..

Kami sendiri sangat malu dengan watak (mentalitas) dari kawan-kawan kantor kami. Sebagian besar dari mereka jauh lebih tua dari kami, tidak patut pula kami sebut sebagai kawan kiranya. Namun tuan, kelakuan mereka masih serupa anak-anak.

Salah satu hal yang kami pelajari ialah bahwa dalam mengikuti sebuah rapat terdapat hal-hal tertentu yang perlu kita jaga dan patuhi. Misalnya yang sangat penting ialah menjaga agar hanphone tidak hidup, kalaupun hidup nada deringnya disenyapkan. Malapetaka inilah yang terjadi tatkala kami semua sedang mengikuti rapat yakni tampaknya tidak satupun dari kawan-kawan yang mematikan nada dering hapenya. Bahkan pimpinan kami sendiri juga menghidupkan nada dering hapenya tatkala sedang rapat.

Beberapa kali dering hape mengganggu kekhusyukan kami dalam mengikuti jalannya rapat. Pada awalnya hanya satu atau dua orang yang hapenye berdering, kemudian mulailah hape berdering sahut menyahutan di dalam ruang rapat. Tentunya hal ini mengundang senyum diantara kami, apalagi bagi yang memiliki nada dering yang aneh-aneh. Lengkaplah hari ini, salah satu contoh betapa rendahnya mentalitas pegawai di negeri ini.

Namun ada yang terparah tuan, terdapatnya beberapa orang pegawai lelaki yang merokok di ruang rapat. Masha Allah, hebat betul. Dan tampaknya fihak pimpinan tidak berdaya untuk menegur, mengingat tidak ada peraturan tegas yang membahas mengenai ini. Ditambah pula bahwa rokok telah menjadi budaya di negari ini.

Yang kami sayangkan ialah tiadanya kearifan dari kawan-kawan bahwa segala sesuatunya ada tempatnya. Memanglah di kampung-kampung kami apabila para datuk sedang rapat, beberapa diantara mereka yang perokok duduk mengikuti rapat sambil merokok. Itu bagi orang kampung yang tradisional, dan hal semacam inilah yang sepatutnya kita hilangkan. Akan tetapi ini di kantor, kantor pemerintah lagi tuan.

Memanglah daerah kami beriklim sejuk sehingga tidak memerlukan AC. Ruangan rapatnyapun luas dan lapang, cukup dengan membuka semua jendela maka alur (sirkulasi) udara ke dalam ruangan akan dapat menyejukkan ruangan rapat kami. Akan tetapi, seperti apapun keadaan ruang rapat kami, tetaplah tidak elok apabila sedang rapat beberapa staf merokok. Sungguh tenggang ma nenggang sudah tak ada di alam Minangkabau ini pada saat sekarang.

Malu kami tuan, seandanya orang luar ikut rapat bersama kami. Tentunya kami telah menjadi bahan tertawaan, dituduh orang primitf yang belum mengecap kemajuan zaman. Kenapa perkara-perkara baik (positif) dari Barat tak dapat kita tiru, justeru sebaliknya yang buruk-buruk (negatif) dari orang Barat sangat laku di negeri ini. Sungguh cara orang menanggapi kemajuan sangat berbeda, bagi mereka yang maju itu ialah dengan  hidup bebas (hedonis), tidak mencampuri urusan orang, atau singkat kata hidup sesukanya. Benarkah demikian tuan?

Cobalah tuan beritahu kami, apa benar demikian?

sumber gambar: internet

Leave a comment