Parade Salib di Minangkabau

Rumah Gadang nan telah hampir rubuh karena ditinggalkan. Serupa dengan Agama & Adat di negeri ini. Gambar: Internet*

Rumah Gadang nan telah hampir rubuh karena ditinggalkan. Serupa dengan Agama & Adat di negeri ini.
Gambar: Internet*

Zaman benar-benar telah berubah, segala nan janggal, sumbang, terpantang, ataupun haram menjadi semakin biasa pada masa sekarang. Atas nama toleransi dan perbedaan maka segala perbuatan nan terpantang itu menjadi perkara nan lazim dikalangan orang sekarang. Apabila ada nan menyanggah maka akan ramai-ramai ia diserang oleh orang “Dasar berfikiran dangkal!” atau ”Tak menghargai perbedaan!” atau “Orang picik, cis..!” atau “Ada cirit di otak engkau itu agaknya!” dan lain sebagainya.

Komentar nan demikianlah nan tampak pada salah situs berita online nan membahas perihal Parade Salib di Bandar Padang. Sungguh tersirap darah kami mendengar perkara demikian berlaku di bandar tersebut, padahal nan menjadi Ketua Bandar konon kabarnya orang nan bagus agamanya.

Kejadian tersebut berlaku beberapa pekan nan silam, sebelum Pemilihan Raya Negeri berlangsung, mungkin dalam masa kampanye. Sebab pada salah satu gambar tampak salah satu wakil dari pasangan calon ada disana. Tak heran kami karena telah mengentahui bagaimana tabi’atnya, segalanya boleh dikerjakan untuk mendapatkan harta dan pangkat.

Mungkin orang-orang nan mencaci maki tersebut terpengaruh dengan suasana kampanye masa itu sehingga dianggap menjatuhkan jagoan nan mereka usung. Bahasa mereka kasar serupa orang tak bersekolah, dan segala pendapat nan mereka kemukakan menandakan mereka orang nan tiada mengenal agama. Mungkin ada kenal namun hanya sebatas untuk dicantumkan di KTP saja.

Sungguh aneh kami, belum pernah berlaku sebelumnya dan sekarang berlaku ia di bandar tersebut. Ada nan mengurut dada namun ada jua nan terpesona “Tanda orang awak itu orang nan menghargai perbedaan, toleransi..” mungkin demikianlah kata mereka.

Terkenang akan khutbah pada salah satu Jum’at bertahun-tahun nan silam “Nan paling membahayakan bagi kehidupan kita umat Islam nan ada di Minangkabau ini ialah suatu perkara nan terpantang, sumbang, atau diharamkan dalam kehidupan kita menjadi suatu perkara nan lazim dalam kehidupan masyarakat kita..”

Belum pernah berlaku sebelumnya hal nan serupa ini, dan sekarang berlaku. Ada apa gerangan? Kenapa sekarang? Dan kenapa dimasa Ketua Bandarnya seorang nan mengaku tahu dan faham agama?

Nan paling membuat kami terpana ialah pendapat di kalangan anak muda di negeri kita nan kami dapati di ranah maya. Mereka meanggap perkara tersebut merupakan sesuatu nan biasa karena kita mesti bertoleransi dan menghargai perbedaan. Bagi nan menolak mereka segera menghujat “Dasar engkau SARA..!!!”

Nan salah awak jua, karena begitu senangnya tatkala mendengar anak kamanakan diterima bersekolah di universitas terkenal di negeri kita ataupun di Pulau Seberang. Dalam pandangan keluarganya tentulah ia akan mengharumkan nama keluarga dan membawa kejayaan kepada mereka.

Namun ada nan terlupakan, adakah anak-kamanakan kita itu diberi bekal dengan ilmu serta pemahaman agama serta adat nan baik dan betul? Adakah?

Tidak..!!

Sekarang kita menuai badai atas angin nan kita tabur. Tahukah engku, rangkayo, serta encik sekalian bahwa masa-masa berkuliah ialah masa nan sangat berpengaruh dalam membentuk arah berfikir seorang anak. Dari baik menjadi buruk atau sebaliknya dari buruk menjadi baik dan ada jua dari baik menjadi bertambah baik serta sebaliknya dari buruk menjadi bertambah buruk.

Sadarkah engku, rangkayo, serta encik sekalian bahwa merekalah nan akan kita tinggalkan menjadi penghulu di negeri ini? akan serupa apa negeri kita ditangan mereka kelak? Masih berjayakah Islam di dalam dada setiap orang Minangkabau hingga hari kiamat menjelang?

* http://manggopohalamsaiyo.blogspot.co.id/2011/07/minangkabau-dalam-tahapan-masa-sampai.html

Leave a comment