Perang Mental; Fitnahan Munafiqun

Telah genap sepekan semenjak Si Oji mendatangi masjid kita di Bandar Niaga yang dikawani oleh para anak buahnya. Sungguh ramai sangat, selain anak buah di balai juga dibawa anak buahnya dari Satuan Pengamanan Bandar. Gelak-gelak orang melihatnya karena untuk menghadapi anak mahasiswa saja Si Oji ini mesti membawa pengawalan sebanyak itu untuk dirinya. Takut dia rupanya..

“O.. pantaslah begak dia, gedang suaranya, tak hendak mendengar kata orang lain dia. Yang di dia saja yang laku. Apa pantas seorang yang digelari pemimpin bersikap serupa itu. Tak diajarikah ia oleh mamaknya..?” kata salah seorang engku.

Pokok dari yang disampaikan Si Oji dalam pembicaraan dengan mahasiswa ialah bahwa ia tak hendak surut dari pendiriannya, tak ada kata mundur, yang LUPPO GRUP dengan SALAMAKnya akan tetap didatangkan. Sebab menurut pandangannya hal tersebut memberi manfaat kepada bandar tersebut.

Telah disanggah oleh orang, telah diberi pula oleh orang data-data yang selama ini dipertanyakan dan menjadi bahan tertawaan Si Oji dan para Pendukung Salamak ini. Namun tiada mempan, hatinya telah ditutupi oleh Allah Ta’ala agaknya, Innalillahi..

Semenjak itu, perang propaganda semakin gencar di ranah maya, mulai dari fitnahan terhadap salah satu penentang yakni dengan cara mengubah isi status fesbuk dari si penentang yakni Status Keras Menentang Luppo menjadi menyerah dan menerima LUPPO. Hingga yang terakhir ialah yang paling mengejutkan yakni pernyataan salah seorang yang mengaku sesosok Intelektual, telah bergelar profesor pula memberikan suatu pernyataan yang sangat membuat panas kepala.

“Umat Islam di Sumatera Barat ini hendaknya berprasangka baik (berfikir positif) terhadap penanaman modal (investasi) oleh Luppo Grup itu, jangan hanya fikiran buruk (negatif) saja yang dikedepankan..” pernyataan tersebut mendapat sambutan tepuk tangan dari yang hadir di hotel tersebut.

Betapa tidak kan panas, susunan huruf dan rangkaian kata yang terjalin sangatlah serupa dan khas, Khas Kaum Munafiqun (SEPILIS) yang mulut berbisa mereka selalu bercakap perihal Toleransi, Pluralisme, dan Kebebasan.

Perang masihlah terus berlanjut, Perang Mental dan Konspirasi. Gaya serupa ini ialah khas Zionis, melalui media mereka mencuci otak Masyarakat (Umat Islam). Itulah yang terjadi sekarang, media yang tak berdiri di tengah-tengah (netral), kepentingan para pemilik uang, ditambah dengan tingkah pola para pemimpin yang jauh dari tuntunan Agama dan Adat.

Berbagai dukungan terhadap proyek Luppo ini terus berdatangan terutama dari para pejabat. Setelah salah seorang anak buah Si Oji bercakap merendahkan ulama dan para penentang Salamak. Dikatakannya Majelis Ulama tak Punya Kerjaan, tak malu dia mengakui berbagai tempat maksiat yang ada di bandar tersebut, dan yang lebih tak tahu malunya dilemparkannya tanggung jawab kepada para Ulama. Cobalah engku-engku bayangkan betapa tak berotaknya pejabat ini. Cobalah engku dan encik bayangkan kalau tak hanya seorang ini pejabat yang berfikiran serupa ini di negeri kita. Continue reading “Perang Mental; Fitnahan Munafiqun”

Hasutan Kaum Munafiqun

Sumber Gambar: Internet

Sumber Gambar: Internet

Pada suatu ketika kami, dengan beberapa orang kawan duduk-duduk di Kapalo Banda melepas penat. Engku Sutan Pamenan berujar “Terdengar oleh saya bahwa permasalahan Salamak di Padang tak hendak surut agaknya. Seberapa keras orang monolaknya, sekeras itupula orang-orang munafiq itu mendukungnya..”

Engku Malin Batuah pun menanggapi “Memang demikianlah engku, seperti kata orang kampung kita; sebanyak orang saya, sebayak itu pula orang benci. Apatah ini perkara investasi, perkara uang ini engku-engku..”

“Benar demikian kiranya, agaknya pada masa sekarang sebagian orang Minangkabau telah banyak yang bertukar tempat berpijak. Perkara yang terpantang menjadi biasa, yang harampun dapat mereka halalkan. Cobalah engku-engku tengok saja pada masa sekarang, banyak anak gadis berpakaian sempit dbiarkan, telah pula berani anak bujang datang bertandang ke rumah seorang anak gadis. Anehnya, orangtuanya menyabut dengan senang, bangga mereka memiliki seorang anak gadis yang cantik..” jawab Engku Sutan Pamenan mencemoooh.

Kamipun terdiam, berbagai bantahan dan jawapan diberikan oleh golongan pendukung investasi ini. Kami yang pandir ini, yang tak mengikuti dengan baik segala perkembangan sudah dapat merasakan ada yang aneh dalam hati kami ini tatkala mendengar kabar perihal investasi tersebut. Ada sesuatu yang sedang mengancam Minangkabau yang tengah bersiap-siap henak datang, menerkam saja lagi.

Tiba-tiba engku Sutan Rumah Panjang bertanya “Apakah Sutan Malenggang termasuk kepada golongan Kaum Munafiqun itu engku-engku..”

Kami semua terdiam, kami kembali terkenang akan kepongahan Sutan Malenggang sepekan yang silam. Entah kenapa tiba-tiba Engku Malin Batuahpun bertanya “Engku-engku sekalian, bukannya saya hendak mendukung investasi dari orang kafir ini. hanya saja pertanyaan ini muncul tatkala kami mendengar orang bercakap-cakap di balai. Memanglah orang rantau yang merasa dirinya lebih dari kita jua yang mengemukakan.”

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

“Apa katanya: Darimana kita semua yakin bahwa segala demo yang terjadi serta segala penolakan yang mengemuka tersebut benar-benar berasal dari hati yang bersih ingin memperjuangkan agama dan adat kita..? Banyak kepentingan, ada saudagar, ada pula politikus, dan tentu saja ada ahli-ahli agama dan ahli adat. Walau kami pandangi ahli-ahli adat ini sangat jarang terdengar suara mereka perihal Salamak ini. Selain itu kalau memang takut agama kita yang akan terancam, lalu kenapa orang-orang Cina, Batak, Nias, Jawa, dan lain-lain bangsa yang tidak beragama Islam dibairkan tinggal di propinsi ini. Bukankah itu sama saja dengan membuka diri pada pintu pemurtadan..?!..”

“Mendengar pernyataan tersebut saya terdiam, muncul beberapa pertanyaan di hati kami ini dibuatnya. Dapatkah engku-engku menolong kami perihal ini..?” kata Engku Malin Batuah.

Kamipun terdiam, sungguh sangat rumit sekali segala permasalahan yang terjadi di kehidupan ini. belum lagi tipu-daya serta muslihat yang bercampur di dalamnya.

Engku Sutan Pamenan kemudian menjawab “Memanglah benar engku, banyak kepentingan. Serupa dengan PRRI dahulu. Tidak semua orang Islam di Minangkabau ini yang terlibat akan tetapi juga ada para Sosialis yang berada di bawah pimpinan Sutan Syahrir, ada pula para Liberalis yang diwakili oleh Sutan Takdir Ali Syahbana, kemudian tentunya yang paling banyak ialah golongan Islamis yang ketika itu bernaung di bawah Partai Masyumi pimpinan M. Natsir dan Syafruddin Prawiranegara. Kemudian ada pula kelompok Nasrani, ingat engku Kolonel Maludin Simbolon berasal dari Batak..”

“Namun apakah begitu hal tersebut menodai perjuangan kita orang Islam di Minangkabau ini dalam menentang dominasi KOMUNIS dan KEDIKTATORAN di republik yang masih muda ini?! Tidak engku, bagi kita yang berada di kalangan bawah, perjuangan kita masih murni, ikhlas karena Allah Ta’ala. Bahkan kabarnya Kol. Ahmad Hussein dan Kol.Maludin Simbolon pernah mengadakan pertemuan dengan beberapa orang agen CIA di Singapura. Dan merekapun mendapat bantuan. Apakah dengan demikian orang Minang dikatakan sebagai kaki tangan Amerika?!. Tidak engku.. sekali lagi tidak. Kita yang berada di bawah ini saja tidak mengetahui perkara demikian. Sekali lagi, bagi kita orang Minangkabau, perjuangan ketika itu ialah perjuangan menentang KOMUNIS & KEDIKTATORAN Soekarno..” Continue reading “Hasutan Kaum Munafiqun”

Pemurtadan di Minangkabau Bagian.9

Yanwardi sedang memberi Khotbah dengan Pakaian Penghulu.

Yanwardi sedang memberi Khotbah dengan Pakaian Penghulu.

Beragam pendapat dari orang Minangkabau sendiri perihal berbagai kasus murtadnya orang Minangkabau. Dimana setelah murtadnya, dia dan kawan-kawan menggunakan simbol-simbol budaya Minangkabau dalam berbagai ritual agama atau hal-hal yang berkaitan dengan agama baru mereka.

Salah satu pendapat berpandangan bahwa  sebaiknya orang Minangkabau segera menjelaskan dan menetapkan hitam di atas putih mengenai berbagai simbol-simbol budaya Minangkabau yang telah disalah gunakan. Hal ini untuk memperkuat posisi kita orang Minangkabau di hadapan hukum apabila hal ini masih terjadi.

Selama belum jelas hitam-di atas putih maka para murtadin ini akan semakin leluasa dan semena-mena atas berbagai simbol budaya Minangkabau. Dalih mereka salah satunya ialah “Apakah orang yang disebut sebagai Orang Minangkabau itu hanya yang beragama Islam saja? Sebab saya berasal dari keturunan Minangkabau tulen, kakek dan nenek saya dari fihak ayah atau ibu serta apabila dirujuk terus ke atas ialah keturunan Minangkabau tulen. Begitu pula saya, 100 & Minangkabau..”

Salah seorang engku pernah memberikan pengajaran yang terdengar oleh kami “Minangkabau tidak hanya sebatas garis keturunan, bukans serupa itu. Memiliki orang tua beradat bukan berarti anaknya juga akan menjadi seseorang yang beradat. Begitu pula dalam Islam, memiliki orang tua yang ta’at beragama bukan berarti anak-anaknya akan ta’at pula beragama. Adat Minangkabau itu serupa dengan Islam yakni jalan hidup yang diamalkan oleh setiap insan. Tanggung jawab dari masing-masing orang tualah untuk mendidik anaknya agar menjadi orang-orang yang beriman dan beradat..”

Engku inipun melanjutkan “Saya pernah mendengar salah seorang dari salah satu etnis tatkala menyikapi salah seorang kawan satu etnisnya yang pindah agama menjadi muslim. Dia berkata begini: Engku itu setelah menjadi muslim merasa dirinya kita asingkan. Padahal apapun agamanya yang dia tetap beretniskan C*i*a. Saya tersenyum dan salut dengan engku ini, namun prinsip berlainan dianut oleh adat kita di Minangkabau ini. Apabila dia telah keluar dari Islam maka dia bukan lagi Orang Minangkabau. Karena antara adat dan agama di Minangkabau ini ialah padu tak dapat dipisahkan…”

Oleh karena itu, perlu kiranya kita perjelas secara hukum mengenai hal ini supaya dapat ditindak menurut Hukum Positif di negara kita.

Kemudian ada pula pendapat lain “Yang kami cemaskan ialah bahwa kita Orang Minangkabau ini masih menganggap mereka bagian dari kita. Masih berasa setitik dalam sebelanga susu. .”

Benar agaknya, perlu tindakan cepat dari para Penghulu dan Ulama dalam menyikapi hal ini. Begitu terdengar ada diantara anak-kamanakan kita yang murtad maka segera diambil tindakan. Jatuhkan Hukum Buang kepada meraka, jangan lagi ada pengakuan, jangan lagi ada keringanan, dan jangan lagi ada toleransi. Continue reading “Pemurtadan di Minangkabau Bagian.9”

Pemurtadan di Minangkabau bagian.5

Yanwardi (Eks Minangkabau)

Kiri: Yanwardi (Eks Minangkabau)

Jika bercakap perihal pemurtadan atau kristenisasi maka sebagian besar dari kita akan terkenang akan satu sosok yang bernama Yanwardi. Dia adalah seorang Mantan Minangkabau yang berasal dari Lubuak Basuang Kabupaten Agam, dahulunya bersukukan Koto. Dia memiliki seorang nenek yang telah hajah yakni Oemi Kalsum dan ibunya bernama Saumil Warsih, kedua-duanya telah almarhum. Dalam keseharian dia menyematkan nama sukunya di belakang namanya sehingga menjadi Yanwardi Koto. Anak-anaknyapun diberi nama belakang yang sama yakni Koto pula. Anak-anaknya tersebut ialah Zedi Koto dan Zecha Koto, sedangkan isterinya bernama Yanthie Gouw seorang perempuan dari Manado Sulawesi Utara.

Pendeta Yanwardi

Pendeta Yanwardi

Sebenarnya terdapat sekitar 30-an orang pendeta Nasrani yang dahulunya ialah orang Minangkabau. Namun yang berhasil kami dapatkan nama-namanya hanyalah empat orang saja yakni:

1. AKMAL SANI, asal Koto Baru Pangkalan, Kabupaten Limo Puluah Koto.

Dia  merupakan tokoh dibalik INJIL Berbahasa Minang. Pendiri dan Ketua PKSB, yaitu: Persekutuan Kristen Sumatera Barat (PKSB).

2. YANUARDI KOTO, asal Lubuk Basung, Kabupaten Agam.

Ungu ialah salah satu warna kebesaran dari Gereja Kristen. Merupakan warna tergelap dalam Gereja dan memiliki makna pertobatan yang sungguh-sungguh. Untuk lebih jelas silahkan dilihat di: http://viktorabadiwaruwu.blogspot.com/2010/01/arti-simbol-simbol-dan-warna-dalam.html

Para Jemaat Gereja Kristen Nazarene Rantau Jakarta
Ungu ialah salah satu warna kebesaran dari Gereja Kristen. Merupakan warna tergelap dalam Gereja dan memiliki makna pertobatan yang sungguh-sungguh.
Untuk lebih jelas silahkan dilihat di: http://viktorabadiwaruwu.blogspot.com/2010/01/arti-simbol-simbol-dan-warna-dalam.html

Ketua Yayasan Sumatera Barat yang berkantor di Jakarta. Yayasan ini berfungsi sebagai lembaga pencari dana dari Luar Negeri dan pengartur MISI/ manajemen pemurtadan. Orang inilah yang berada di balik malapetaka yang menimpa Wawah pada tahun 1999.

3. SYOFYAN asal LINTAU, Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Pimpinan Sekolah Tinggi Teologia (STT) milik Doulos World Mission (DWM)[1] Amerika, yang berada di desa terpencil di bilangan Majalengka, Jawa Barat. Sekolah ini merupakan pusat pendidikan dan pembinaan Pendeta untuk Kristenisasi di Minangkabau abad ke 21. Paling tidak (DATA 2005) sudah 623 orang anak Minang yang sudah dikristenkan sejak tahun 2000. Mereka disebar di Pulau Jawa, diasramakan, disekolahkan, dikuliahkan, dimodali berdagang, dihidupi, dst.

Paduan Suara kanak-kanak yang mengiri ritual agama nasrani di Gereja mereka.

Paduan Suara kanak-kanak pada Gereja Kristen Nazarene Rantau Jakarta yang mengiri ritual agama nasrani di Gereja mereka.

4. MARDJOHAN RASYID, asal Sawahlunto. Pimpinan PKSB, yaitu: Persekutuan Kristen Sumatera Barat.[2]

Sungguh sangat mengejutkan tatkala mendapat kabar buruk berupa malapetaka ini. Seperti apakah negeri yang akan kita tinggalkan untuk anak kamanakan kita nantinya duhai engku dan encik sekalian.

Karena sulit bagi kami untuk mendapatkan data-data perihal para pendeta yang lain maka untuk kali ini akan kami coba membahas perihal Sang Murtadin Yanwardi. Sekarang murtadin ini telah menjadi pendeta dan sangat giat dalam melakukan misinya terutama sekali kepada perantau orang-orang Minangkabau di Sumatra Barat.  Selain memiliki yayasan, dia juga mendirikan[3] Gereja Kristen Nazarene[4] Rantau Jakarta atau biasa disingkat GKN Rantau Jakarta.[5] Juga ada Gereja Kristen Rantau Padang namun tampaknya mereka memiliki kepengurusan yang sama.

Afolo Waruwu & Yanwardi.

Afolo Waruwu & Yanwardi.

Gereja ini menggunakan simbol-simbol Minangkabau dalam melaksanakan upacara keagamaan mereka seperti menggunakan beberapa ukiran khas Minangkabau pada ruangan kebaktian mereka. Menggunakan pakaian adat Minangkabau, simbol-simbol rumah gadang, dan lain sebagainya. Gereja inilah yang menjadi tempat Yanwardi “menggembalakan domba-dombanya” yang tersesat. Termasuk di dalamnya anak dan isterinya.

Yanwardi memiliki seorang kawan yakni sepasang suami isteri. Si suami juga seorang pendeta gereja di Padang. Namanya lelaki tersebut ialah Afolo Waruwu dan isterinya ialah Mei S.K.Hardjolelono. Pasangan ini bersama Yanwardi tampaknya berkawan dekat.

Yanthie (Isteri Yanwardi) & Mei (Isteri Afolo)

Yanthie-Isteri Yanwardi (kiri) & Mei-Isteri Afolo (kanan)

Walaupun begitu kami sangatlah sangsi bahwa anggota jemaat gereja GKN Rantau Padang atau Jakarta sepenuhnya orang Minangkabau. Sebab kami sangat yakin bahwa etnis Batak justeru lebih banyak mendominasi bersama etnis lainnya.[6]

Beberapa waktu lalu menyebar foto Yanwardi dengan memakai pakaian kebesaran seorang penghulu dalam melaksanakan ritual agamanya di gereja. Hal ini tentulah sangat menyakitkan bagi sebagian besar orang Minangkabau. Namun begitu hal serupa ini telah berlangsung lama namun baru mengemuka sekarang.

Segelintir fihak (orang Minangkabau) yang berideologikan SEPILIS mempertanyakan kemarahan tersebut. Sebab menurut mereka belum ada hitam di atas putih, atau suatu produk hukum yang jelas-jelas menyatakan bahwa seluruh simbol-simbol Adat Minangkabau tidak boleh dipakai oleh penganut agama lain, atau dipakai dalam ritual ibadah agama lain. Continue reading “Pemurtadan di Minangkabau bagian.5”