Akibat dipimpin Kafir

Picture: Here

Di Kampung Ini Awalnya Terdapat Ratusan Keluarga Muslim, Kini Tinggal 32 Keluarga Muslim

Akidah umat Islam Kota Solo terancam. Kristenisasi dengan berbagai modus dilancarkan agar pemeluk Islam murtad. Kondisi tersebut setidaknya terjadi di Kampung Sewu, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah.

Haryanto, takmir Masjid Al Fath Kampung Sewu RW 9, Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres, Kota Solo mengungkapkan dari 250 keluarga warga jumlah umat muslim tinggal 32 keluarga. Continue reading “Akibat dipimpin Kafir”

POLITIK DALAM ISLAM

Picture: here

Rasulullah selalu membimbing umat agar mengerti perihal perkara politik. Umat Islam diwajibkan paham politik agar bersatu dalam strategi bersama. Umat tidak boleh diombang-ambingkan oleh strategi lawan. Umatlah yang diminta untuk memegang kendali politik sehingga diajarkan dalam berbagai ayat Al Qur’an tata cara memilih pemimpin.

Rasulullah mengadakan “Talaqi” secara rutin di Masjid Nabawi guna menciptakan kesadaran sosial politik umat. Itupun masih saja bisa ditembus oleh “Black Campaign dan Negative Campaign (BCNC)” kaum Yahudi. BCNC yang terasa sampai saat ini adalah: “Umat Islam cukup beribadah saja di Masjid agar masuk surga, biarlah kami umat Yahudi yang berdagang (berniaga/berbisnis)”. Continue reading “POLITIK DALAM ISLAM”

Hasutan Kaum Munafiqun

Sumber Gambar: Internet

Sumber Gambar: Internet

Pada suatu ketika kami, dengan beberapa orang kawan duduk-duduk di Kapalo Banda melepas penat. Engku Sutan Pamenan berujar “Terdengar oleh saya bahwa permasalahan Salamak di Padang tak hendak surut agaknya. Seberapa keras orang monolaknya, sekeras itupula orang-orang munafiq itu mendukungnya..”

Engku Malin Batuah pun menanggapi “Memang demikianlah engku, seperti kata orang kampung kita; sebanyak orang saya, sebayak itu pula orang benci. Apatah ini perkara investasi, perkara uang ini engku-engku..”

“Benar demikian kiranya, agaknya pada masa sekarang sebagian orang Minangkabau telah banyak yang bertukar tempat berpijak. Perkara yang terpantang menjadi biasa, yang harampun dapat mereka halalkan. Cobalah engku-engku tengok saja pada masa sekarang, banyak anak gadis berpakaian sempit dbiarkan, telah pula berani anak bujang datang bertandang ke rumah seorang anak gadis. Anehnya, orangtuanya menyabut dengan senang, bangga mereka memiliki seorang anak gadis yang cantik..” jawab Engku Sutan Pamenan mencemoooh.

Kamipun terdiam, berbagai bantahan dan jawapan diberikan oleh golongan pendukung investasi ini. Kami yang pandir ini, yang tak mengikuti dengan baik segala perkembangan sudah dapat merasakan ada yang aneh dalam hati kami ini tatkala mendengar kabar perihal investasi tersebut. Ada sesuatu yang sedang mengancam Minangkabau yang tengah bersiap-siap henak datang, menerkam saja lagi.

Tiba-tiba engku Sutan Rumah Panjang bertanya “Apakah Sutan Malenggang termasuk kepada golongan Kaum Munafiqun itu engku-engku..”

Kami semua terdiam, kami kembali terkenang akan kepongahan Sutan Malenggang sepekan yang silam. Entah kenapa tiba-tiba Engku Malin Batuahpun bertanya “Engku-engku sekalian, bukannya saya hendak mendukung investasi dari orang kafir ini. hanya saja pertanyaan ini muncul tatkala kami mendengar orang bercakap-cakap di balai. Memanglah orang rantau yang merasa dirinya lebih dari kita jua yang mengemukakan.”

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

“Apa katanya: Darimana kita semua yakin bahwa segala demo yang terjadi serta segala penolakan yang mengemuka tersebut benar-benar berasal dari hati yang bersih ingin memperjuangkan agama dan adat kita..? Banyak kepentingan, ada saudagar, ada pula politikus, dan tentu saja ada ahli-ahli agama dan ahli adat. Walau kami pandangi ahli-ahli adat ini sangat jarang terdengar suara mereka perihal Salamak ini. Selain itu kalau memang takut agama kita yang akan terancam, lalu kenapa orang-orang Cina, Batak, Nias, Jawa, dan lain-lain bangsa yang tidak beragama Islam dibairkan tinggal di propinsi ini. Bukankah itu sama saja dengan membuka diri pada pintu pemurtadan..?!..”

“Mendengar pernyataan tersebut saya terdiam, muncul beberapa pertanyaan di hati kami ini dibuatnya. Dapatkah engku-engku menolong kami perihal ini..?” kata Engku Malin Batuah.

Kamipun terdiam, sungguh sangat rumit sekali segala permasalahan yang terjadi di kehidupan ini. belum lagi tipu-daya serta muslihat yang bercampur di dalamnya.

Engku Sutan Pamenan kemudian menjawab “Memanglah benar engku, banyak kepentingan. Serupa dengan PRRI dahulu. Tidak semua orang Islam di Minangkabau ini yang terlibat akan tetapi juga ada para Sosialis yang berada di bawah pimpinan Sutan Syahrir, ada pula para Liberalis yang diwakili oleh Sutan Takdir Ali Syahbana, kemudian tentunya yang paling banyak ialah golongan Islamis yang ketika itu bernaung di bawah Partai Masyumi pimpinan M. Natsir dan Syafruddin Prawiranegara. Kemudian ada pula kelompok Nasrani, ingat engku Kolonel Maludin Simbolon berasal dari Batak..”

“Namun apakah begitu hal tersebut menodai perjuangan kita orang Islam di Minangkabau ini dalam menentang dominasi KOMUNIS dan KEDIKTATORAN di republik yang masih muda ini?! Tidak engku, bagi kita yang berada di kalangan bawah, perjuangan kita masih murni, ikhlas karena Allah Ta’ala. Bahkan kabarnya Kol. Ahmad Hussein dan Kol.Maludin Simbolon pernah mengadakan pertemuan dengan beberapa orang agen CIA di Singapura. Dan merekapun mendapat bantuan. Apakah dengan demikian orang Minang dikatakan sebagai kaki tangan Amerika?!. Tidak engku.. sekali lagi tidak. Kita yang berada di bawah ini saja tidak mengetahui perkara demikian. Sekali lagi, bagi kita orang Minangkabau, perjuangan ketika itu ialah perjuangan menentang KOMUNIS & KEDIKTATORAN Soekarno..” Continue reading “Hasutan Kaum Munafiqun”

Pemurtadan di Minangkabau Bagian.10

Trauma Masa Kecil Menjadi Penghantar Menuju Jalan Murtad

David Stephen Sjarifoeddin (1920-2007)

David Stephen Sjafiroeddin (1920-2007)

Banyak murtadin yang dahulunya semasa masih menjadi seorang muslim ialah orang Minangkabau. Namun kemudian mengganti akidah menjadi seorang Nasrani. Terdapat pula beberapa orang diantara mereka yang menjadi Pendeta Agama Nasrani dan berusaha untuk Mengkristenkan Minangkabau. Telah banyak usaha mereka yang terungkap namun diabaikan oleh sebagian besar orang Minangkabau. Bahkan ada yang mengolok-olok “Pemurtadan di Minangkabau?! Mana mungkin..?”

Selain Pendeta Willy Amrullah asal Maninjau dan Yanwardi seorang lelaki yang dahulunya bersukukan Koto dari Kaum Datuak Katumangguangan di Lubuak Basuang. Masih terdapat beberapa orang Pendeta Agama Nasrani yang lain, diantaranya yang berhasil kami ketahui ialah seorang lelaki tua yang bernama David Stephen Sjafiroeddin (DSS). Orang ini dilahirkan pada tahun tanggal 5 bulan Juli tahun 1920 dan meninggal pada tanggal 2 bulan September tahun 2007.

Dia telah lama menetap di Amerika tepatnya di Kota Las Vegas di Nevada Amerika Serikat. Sebuah kota yang dikenal sebagai syurganya judi dan prostitusi. Entah bagaimana hingga nasib membawa DSS ke Nevada.

DSS tergabung dalam Gereja Indonesia Pantecostal Revival Felloship yang didirikan pada tahun 1921 yang semasa Penjajahan Belanda bernama Vereeniging De Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost Indie[1]. Dimana gereja ini juga memiliki cabang di Kota Padang dengan nama GPdI Jemaat Eben-Haezer yang dipimpin oleh Pdt. H.R. Pandeiroth.

Alangkah baiknya kita tengok sejarah hidup yang dituturkannya sendiri dalam buku yang dikarangnya. Buku tersebut ialah “Which Way Lord?; The True Story of a Minankabau Christian”. Buku ini selain mengisahkan perjalanan hidupnya hingga murtad menjadi Nasrani. Juga digambarkannya sendiri mengenai tanggapan, tafsiran, atau pemahaman peribadinya atas ajaran Islam. Perbandingan yang dilakukannya sendiri terhadap Al Qur’an dan Injil. Dimana semuanya itu dilakukan di tengah kondisi kejiwaan (psikologi) dan kehidupan pribadinya yang sulit. Dia tinggal dengan ayah dan ibu tirinya di Bandung, ibu tirinya tak menyukai dirinya sedangkan ayahnya ialah seorang Playboy yang bekerja pada salah satu klub malam di kota tersebut.

Akhirnya sang ayah menceraikan ibu tirinya dan kawin lagi dengan salah seorang perempuan dari klub malam tersebut. Adapun dengan kakeknya yang tinggal dengan isteri mudanya di Kota Padang tak jauh beda. Serupa ayah dengan anak, maka begitu pula dengan kakeknya yang dahulu juga menceraikan neneknya.

Kakeknya memanfaatkan kelemahan adat Minangkabau dan beberapa dalil dalam Al Qur’an untuk membenarkan perbuatan yang dilakukannya. Dan sayangnya Sjafiroeddin muda yang tak mendapat pendidikan agama yang cukup di kampungnya menerima begitu saja. Sehingga secara perlahan kebenciannya terhadap Islam dan Hukum Islam mulai lahir.

Buku Penghujatan Terhadap Islam yang Dikarang oleh David Stephen Sjafiroeddin

Buku Penghujatan Terhadap Islam yang Dikarang oleh David Stephen Sjafiroeddin

Sjafiroeddin dilahirkan pada tahun 1920 dari keluarga Minangkabau, berasal dari latar belakang keluarga yang broken home. Ibunya diceraikan sang ayah tatkala ibunya baru melahirkan adik perempuan untuknya. Ketika itu usianya baru 2 tahun. DSS masih memiliki hubungan keluarga dengan ayah salah seorang ulama terkenal dari Sumatera Barat yang merupakan keponakan dari kakeknya (kemungkinan kakek dari fihak ibu).

Menurut kisah yang dituliskannya dalam bukunya yang berjudul “Which Way Lord?; The True Story of a Minankabau Christian” dimana dia mengutip dan menafsirkan secara bebas beberapa surat dalam Al Qur’an yang membahas perkara talak, hubungan suami isteri, hak dan kewajiiban laki-laki dan perempuan, pernikahan, dan lain sebagainya.

Kejadian yang menimpa ibunya sangatlah membekas dalam dirinya menjadi “Trauma Masa Kecil” yang kelak sangat berpengaruh dalam menentukan jalan hidupnya.

Layaknya anak-anak seusianya, tatakala masih kanak-kanak dia disuruh mengaji ke surau. Namun dia akhirnya tak lagi datang mengaji setelah kena rotan oleh guru mengaji. DSS dirotan karena ketahuan bermain-main tatkala sang guru sedang mendemonstrasikan “mengaji irama”.

Keputusannya untuk tidak lagi mengaji ke surau melainkan mencukupkan pendidikannya hanya pada sekolah sekuler Belanda saja tidak mendapat penentangan dari keluarganya. Hal ini akan berakibat pada pembentukan karakternya ketika dewasa kelak.

Menurut cerita yang dikisahkannya dia juga pernah mendapat pendidikan di salah satu sekolah agama yang didirikan oleh salah seorang tokoh pembaharu Islam di Sumatera Barat pada awal abad 20. Namun sayang, dalam penyampaian kisahnya DSS tidak objektif sebab dia (berusaha memprovokasi) lebih menyoroti beberapa ayat dalam Al Qur’an yang telah dipelintirnya guna diolok-olok secara Logika. Continue reading “Pemurtadan di Minangkabau Bagian.10”

Pemurtadan di Minangakabau Bagian.6

Masjid dengan Arsitektur Minangkabau Sumber: http://manggopohalamsaiyo.blogspot.com/2011/01/adat-basandi-syara-syara-basandi.html

Masjid dengan Arsitektur Minangkabau. Sumber Berpadunya Antara Adat & Syara’
Sumber: http://manggopohalamsaiyo.blogspot.com/2011/01/adat-basandi-syara-syara-basandi.html

Terdapat beberapa golongan yang ikut membantu mempelancar jalannya kristenisasi (pengkafiran) orang Minangakabau. Pertama ialah kelompok Ateis Minang (termasuk kelompok asuhan Jusfiq Hadjar[1]) yang menggerakkan kelompok ini dari Negeri Belanda. Kemudian ada pula kelompok SEPILIS yang semakin banyak jumlahnya di kalangan anak bujang jo gadih di Minangkabau ini. Yang ketiga ialah kelompok yang bersembunyi dibalik nama Islam. Kelompok ketiga ini mempertentangkan adat dengan agama sembari mengatakan Adat Minangkabau itu jahiliyah dan bertentangan dengan syari’at.

Ketiga kelompok ini sama-sama berusaha menjauhkan orang Minangkabau dari adat dan Islam. Engku dan encik pastilah heran dengan pernyataan kami tersebut “Manapula?! Bukankah kelompok yang ketiga hendak menegakkan syari’at?!” hardik engku dan encik kepada kami.

Marilah kita tengok dahulu, engku dan encik pastilah bersesuaian dengan kami dengan kelompok pertama dimana mereka menghujat agama dan adat, lebih mengutamakan akal (logika) mereka. Menafikan pengalaman-pengalaman bathin (spiritual), hanya mempercayai dan membaca yang tampak saja, serta berperilaku kasar (radikal). Kata orang “intelek” mereka menyandarkan pemahaman mereka kepada “Falsafah Matrelialisme” Selalu berteriak-teriak kebebasan berpendapat, hak-hak minoritas, tirani mayoritas, kemapanan, Ekstrimis Islam (padahal mereka juga ekstrimis) dan lain sebagainya. Mereka suka sekali memperolok-olok agama, menjadikan bahan candaan dan tertawaan.

Begitu juga dengan kelompok yang kedua dimana mereka juga menghujat adat dan agama. Mengatakan agama dan adat mesti dirobah dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Toleransi dan kebebasan tak henti-hentinya mengucur dari mulut mereka yang beracun. Selalu berfikir dengan berlandaskan kepada materi.

Anti Islam Gambar: Internet

Anti Islam
Gambar: Internet

“Kemajuan ialah Kekayaan (PAD)” pendapat mereka

Kebanyakan dari SEPILIS ini ialah golongan terdidik hasil pendidikan sekuler seperti akademisi, birokrat, pengusaha, aktivis organisasi, dan lain sebagainya. Ideologi ini menyebar di kalangan masyarakat perkotaan dan dari status sosial menengah ke atas. Menyukai gaya hidup kosmopolitan, glamour, dan hedonis. Tidak suka dibatasi dalam kehidupan dan menyukai kebebasan dan Gaya Hidup Barat.

Sedangkan dengan kelompok yang ketiga tidak begitu mengemuka pada masa sekarang. Sebenarnya keberadaan kelompok ini kami ragukan pula, sebab sepak terjang mereka hanya sebatas pada “Dunia Maya (internet)”. Kalaupun ada di ranah kehidupan nyata, orang-orang ini menyuara hanya sebatas “Ota di Lapau” yang kebanyakan di dominasi oleh para perantau yang telah lama meninggalkan kampung. Orang-orang yang terlibat menyuarakan pendapat dengan mengambing-hitamkan Islam ialah orang-orang dengan akun fiktif, hanya beberapa yang asli. Sebagian besar dari keberadaan mereka tak dapat dipertanggung jawab.

Oleh karena itu kami semakin curiga, mereka ini ialah Agen-agen Zionis yang bertugas memecah belah umat Islam. Gaya lama dipakai yakni DEVIDE ET IMPERA (Adu Domba). Tampak sekali dari berbagai pendapat (argumentasi) yang mereka kemukakan sangat lemah apabila dilihat dari sudut pandang manampun apakah itu dari sudut pandang adat maupun Islam. Continue reading “Pemurtadan di Minangakabau Bagian.6”

Kristenisasi di Minangkabau Bagian.3

Pada malapetaka yang menimpa Wawah tahun 1999 yang silam, mencuatkan dua nama yakni Pendeta Yanwardi Koto dan Pendeta Willy Amrull. Keduanya secara keturunan ialah Minangkabau namun mereka telah murtad menjadi seorang Kristen. Yanwardi berasal dari Lubuak Basuang Kabupaten Agam sedang Willy berasal dari Maninjau di Kabupaten Agam. Menarik mengenai Pendeta Willy[1] ini, dia merupakan adik satu ayah dari Buya HAMKA.

Menurut beberapa sumber, telah lebih 30 orang pendeta Kristen berasal dari Bekas Minangakabu,[2] telah pula banyak orang Minangkabau yang keluar dari Islam.[3] Dalam melancarkan misi mereka semakin berani, seperti terang-terangan mendatangi seorang Minangkabau dengan maksud mengajaknya untuk pindah agama.

Namun yang paling berbahaya ialah mereka sengaja memakai simbol-simbol Minangkabau dalam melancarkan aksi mereka. Seperti arsitektur rumah bagonjong, marawa, pakaian adat minang (laki-laki mapun perempuan), bahasa, dan lain sebagainya. Kemudian langkah mereka ini didukung dan dilindungi oleh kaum LIBERAL Minangkabau. Kaum Liberal melindungi mereka dengan menyerang Logika berfikir kita “Apakah antara adat & islam itu sama? Apakah bahasa Minang itu ialah bahasa yang boleh dipakai oleh orang Minang Islam saja? Cina di Pondok banyak bahkan lebih fasih berbahasa Minang dibanding kan orang Minang sekarang?

Ada Juga SEPILIS yang memakai “Lagu Lama”, mengangkat isu Mayoritas VS Minoritas. begini katanya ” Yg sekian persen (saketek non-islam) ketika kini mereka menyatakan dirinya non-islam, lalu kok mayoritas mengeluarkan dia dari Minang? bukankah ini bantuk ‘man den’ dari urang Minang, mantang2 inyo mayoritas??” Islam mengajarkan manjago kerukunan, bukan kekacauan apolai dalam bantuak man den tahado urang lemah…”

Hm.. tertawa terpingkal-pingkal kami mendengarnya. Tahulah kami kalau SEPILIS yang satu ini sangatlah radikal. Mengatakan orang berjanggut saja yang Fanatik dan Radikal.

Engku dan encik sekalian, banyak orang sekarang yang kurang ajar tak baraso. Ketika datang ke kampung orang “ka gadang-gadangan”.  Adat-resam dalam kampung tersebut tak hendak mereka hormati dan hargai. Mereka kata kalau orang kampung tersebut terlalu kolot, sekarang zaman kemajuan, segala adat-resam yang berlaku dalam masyarakat mereka itu menghambat kemajuan karena tidak efektif dan efisien. Sebab banyak membuang waktu, zaman sekarang orang sangatlah sibuk. Payah mencari waktu luang pada masa sekarang, jadi segala adat-resam tersebut mesti di tukar.

Lalu orang kampung marah, mengusir Sumando Kacang Miang tersebut dari kampung mereka. Kamanakan merekapun dituntut untuk menceraikan suaminya atau pergi menghilang dari kampung. Tak boleh balik lagi ke kampung, sebab hati orang sekampung sangatlah tersinggung dengan perkataan dan sikap Congkak-Sombong dari Sumando yang katanya INtTELEK tersebut. Kata orang “Tamatan Universitas Negeri Ternama di Pulau Jawa..”

Lalu kemudian si Sumando marah dan menuntut orang kampung karena telah melanggar hak-haknya sebagai warga negara. Sebagai warga negara dia berhak berada dimana saja di wilayah hukum NKRI ini. Ini ialah hak dan kebebasan ia sebagai warga negara. Dia juga menggunakan dalil-dalil agama “Inikan bumi Allah, sebagai seorang muslim saya berhak berada dimana saja di bumi Allah ini..!!”

Karena orang kampung ini lemah, tak kenal dengan pejabat dan “urang bagak” maka terpaksa dibiarkan saja Sumando Kacang Miang ini Marajolelo di dalam kampung. Coba katakan kepada kami duhai engku dan encik sekalian, beginikah yang engku dan encik kehendaki nantinya menimpa Alam Minangkabau ini.

Kita mesti hormat dan toleran kepada orang lain, namun orang lain tak mesti hormat dan toleran kepada kita. Maju Kena-Mundur Kena. Bercakap salah-diampun salah. Dipukul salah-balik memukulpun salah. Kita bercakap tak didengarkan-orang bercakap kita mesti dengar.

Katakan engku dan encik sekalian, hukum siapakah itu? Hukum darimanakah itu? Pantaskah orang yang menganut pendirian serupa ini kita sambut sebagai dunsanak, dihargai sebagai kawan, atau dimuliakan sebagai tamu. Intelektual atau BINGAkah Urang Awak itu namanya.

Metode lain yang mereka gunakan ialah melalui jalan perkawinan dan pacaran. Metode ini hampir merata dipakai oleh para Kristen Radikal ini. berpura-pura masuk Islam, kemudian selepas punya anak kembali ke Kristen. Kalau pasangan tak hendak maka anak-anak akan diambil. Atau menghamili perempuan Minang, kalau hendak dipertanggung-jawabkan maka harus mengikuti agama Lelaki jahanam itu. Continue reading “Kristenisasi di Minangkabau Bagian.3”