Kekonyolan, budaya mistik, & Tuhan pasti ada

Picture: Here

Tulisan ini diambil dari postingan di fesbuk Pinto Janir. Silahkan klik disini untuk menuju lamannya.

________________________________

Saya khawatir, bila bangsa ini terlalu banyak guyonnya, memakai logika terbalik dan menciptakan paradigma-padigma aneh, bangsa kita akan terpelet pada budaya pelesetan. Continue reading “Kekonyolan, budaya mistik, & Tuhan pasti ada”

Kegunaan Masa Muda

ilustrasi gambar: internet

ilustrasi gambar: internet

Pada suatu hari Ahad kami berjalan-jalan di sebuah pasar di Bandar Padang. Salah satu pasar yang terkenal selalu ramai dikunjungi oleh para pembeli, terutama pada Ahad pagi. Ketika itu kami sedang antri di sebuah ATM (Anjungan Tunai Mandiri) yang berada di dekat pasar tersebut. Tatkala sedang khusyuknya menanti giliran, tiba-tiba kami dikejutkan oleh sebuah suara yang berasal dari arah belakang kami. Tepatnya di tepi jalan “Susu kedelai.. susu kedelai.. beli susu kedelainya engku..” tanya yang punya suara.

Si pemilik suara rupanya seorang gadis muda yang tengah berjalan berdua dengan kawannya sambil memangku sebuah keranjang. Keranjang tersebut ialah sebuah keranjang yang biasa dipakai di sebuah mini market. Keranjang tersebut dipangku, tidak dijinjing. Mungkin si gadis sudah keletihan menjinjingnya sehingga mengganti dengan memangkunya.

Tatkala kami menoleh melihat ke belakang, si gadis melihat dan  menawari kami “Beli susu kedelai engku..?” tawarnya.

Sekejap kami terkejut dan kemudian sambil tersenyum kami menggeleng. Si gadispun terus berjalan sambil menawari dagangannya kepada orang-orang yang ditemuinya. Tepat di sebuah kedai di samping bank tempat kami hendak menarik uang di ATM, kedua gadis ini berhenti untuk berehat.

Rasa terkejut kami belumlah hilang, terkejut karena kasihan dan iba melihat kedua gadis ini. Pada masa sekarang, anak-anak kuliah sibuk bermalas-malas karena hendak menikmati hidup di masa muda. Uang mereka habiskan untuk bermain bersama kawan-kawan atau membelanjakannya untuk sesuatu yang tak perlu. Tak peduli apakah si anak tersebut berasal dari keluarga kurang mampu ataupun berkecukupan. Gaya mereka ialah sama, yakni; modis, stylish, fashionista, dan lain sebagainya. Minimal BB atau Smart Phone harus mereka miliki, tak peduli bagaimana caranya.

Namun rupanya masih ada yang tidak demikian adanya. Tatkala hari masih pagi, kedua gadis ini telah berangkat dari tempat kos mereka di Lubuak Lintah.[1] Padahal di waktu yang sama, kawan-kawan seusia mereka masih asyik terlelap tidur di tempat tidur mereka, karena batanggang (begadang) semalam. Atau pulang ke kampung bagi yang tinggal masih di dalam Propinsi Sumatera Barat, sebab pada hari Sabtu dan Ahad merupakan hari kuliah libur.

Entah karena merasa iba atau memang sudah lama tak meminum susu kedelai. Kamipun berniat; selepas mengambil uang, apabila kedua gadis ini masih duduk-duduk berehat di kedai tersebut, maka kami akan membeli dagangan kedua gadis ini.

Benar saja, mereka masih duduk di sana. Kamipun segera menuju ke tempat mereka dan memesan lima bungkus Susu Kedelai. Harga satu bungkus susu ini ialah Rp. 3.000,-. Sambil menanti pesanan kami dikemas ke dalam kantong plastik, kamipun mencoba bertanya-tanya agak sedikit kepada mereka. Continue reading “Kegunaan Masa Muda”

Kemajuan?

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Apakah makna keberhasilan itu?

Kata orang, orang yang berhasil ialah yang telah memiliki pekerjaan, beruang, berkendaraan, berpangkat dan jabatan, serta lain sebagainya.

Benarkah demikian engku dan encik sekalian?

Tidak juga engku, yang disebutkan di atas hanyalah beberapa sarana untuk mencapai keberhasilan. Hanya perlambang(simbol)  saja.

Lalu serupa apakah orang yang berhasil itu?

Orang yang berhasil itu ialah orang yang bahagia hidupnya. Tenang dan damai alam fikirannya, tak ada persoalan yang menjadi beban fikiran. Tidak ada hak orang lain pada dirinya. Segala sesuatu yang dikerjakannya ialah semata-mata hanya demi memenuhi kebutuhan badan saja. Sebab orang yang bekerja itu lebih sehat dari pada orang yang tak bekerja. Seperti kata nabi kita “Sebaik-baik manusia ialah yang memberi faedah kepada manusia lainnya..

Lalu serupa apakah kemajuan itu?

Lebih kurang sama dengan keberhasilan itu engku. Kemajuan ialah apabila masyarakat pada suatu negeri sejahtera hidupnya. Rumah, tanah, sawa, ladang, serta semua yang ada pada dirinya dimiliki sendiri. Tanpa ada hutang ataupun berbeban kepada orang lain.

Keberhasilan itu ialah apabila penduduk suatu negeri menjadi raja di negerinya sendiri. Tidak menjadi babu bagi manusia lainnya karena mereka ialah sama, sama-sama sebangsa dan seagama.

Keberhasilan itu ialah apabila penduduk suatu negeri hidup rukun dan damai. Apabila timbul persengketaan maka akan mereka selesaikan sendiri sesuai dengan tuntunan adat dan agama mereka. Takkan mereka bawa fihak lain untuk ikut ambil bagian dalam perkara yang disengketakan. Pandir itu namanya, sebab kalaulah kita berhasil memenangkan persengketaan. Maka harus ada imbalan kepada fihak yang membantu tadi. Kata orang Barat “Tidak ada makan siang gratis tuan..” Continue reading “Kemajuan?”

Kawan Lama

Don't Forget The Old Friend! Ecclesiasticus 9 verse 10 (1611 KJV)Pernahkah engku setelah sekian lama tak bersua, kemudian kembali berhubungan dengan kawan lama? Kawan senasib sepenanggungan, sehilir-semudik, sama-sama berbuat gaduh, dan sama-sama pula pergi shalat ke surau. Kawan dimana persengketaan dilalui dan tak berapa lama kemudian kembali berbaikan. Kawan tempat saling mencurahkan isi hati, tempat memperbincangkan angan-angan, sampai mempergunjingkan dan mencaci orang lain.

Semua itu tinggal kenangan, karena perjalan nasib tiadalah tentu dan amat rahasia. Tak disangka takdir memisahkan engku dengan kawan engku tersebut. Nasib baik untuk engku, namun nasib malang untuk kawan engku. Engku telah memiliki penghidupan, sedangkan ia pontang-panting memperjuangkan penghidupan. Memang begitulah dunia ini engku, penuh rahasia dan kejutan tiada henti.

Entah telah berapa lama engku berpisah dari kawan engku tersebut. Kemudian terdengar kabar darinya. Bagaimana kiranya perasaan engku?

Gurau dan garah tentulah menghiasi perbincangan engku berdua. Saling bertukar kabar, menceritakan kabar pengalaman antara engku berdua. Tentulah serupa itu, asyik bercerita hingga lupa waktu. Rindu dendam makin membara, perlahan-lahan rasa ngilu kembali menyergap tatkala engku diceritakan kalau dia masihlah serupa itu jua.

Bekerja dengan orang beserta penghasilan yang tak tentu. Bekerja dari pagi hingga petang tanpa mendapat kepastian imabalan yang didapat apakah sepadan dengan jerih yang telah dikeluarkan. Bekerja berhari-hari ke negeri-negeri jauh, entah bila dapat bersua dengan orangtua.

Hidupun masih tetap membujang karena tak ada seorangpun yang hendak menjadikan menantu. Sebab kerja yang ada dinilai belum memberikan arti bagi kehidupan nanti bila berumah tangga. Orang sekarang hendak mencari menantu pegawai, ataupun orang bapitih, serta berpangkat jabatan. Apabila belum punya, jangan berani-berani untuk berfikir menikahi anak orang, kubur saja dalam-dalam keinginan engku tersebut. Continue reading “Kawan Lama”

Lupa dg nan empat

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Tuan, engku, dan encik sekalian.. beberapa masa yang lalu tatkala tengah asyik memeriksa status facebook dari kawan-kawan. Tanpa sengaja perhatian kami tertuju pada sebuah pandangan yang dimuat oleh salah seorang dosen kami dahulu di Unand. Berikut kami sertakan kutipannya:

Kanak-kanak di negeri Amerika, Inggris, Australia dan lain-lain dibiasakan untuk menyatakan thank you (terima kasih), I’m Sorry (maaf), dan please (tolong). Akibatnya, mereka terbiasa dengan watak ataupun tabi’at sportivitas dan profesionalisme dalam berhubungan dengan orang-orang dalam kehidupan mereka. Sungguh sangat disayangkan, bahwa kita tak membiasakan anak-anak kita sedari fajar untuk sekedar mengucapkan “terima kasih” dalam banyak hal atas kebaikan pihak lain, meminta maaf bila berbuat salah, dan mengucapkan kata ‘tolong’ di saat butuh bantuan orang lain. Akibatnya, begitu dewasa mereka sulit mengucapkan kata “terima kasih” dalam hubungan mereka dengan masyarakat kebanyakan. Perhatikanlah! Seorang pelayan/tukang suruh di supermaket, petugas SPBU, atau teller di loket kantor-kantor pemerintahan jarang sekali mengucapkan kata ‘terima kasih’ kepada masyarakat (baca: konsumen) ketika membayar produk atau jasa mereka. Seorang petugas di pusat Information Center enggan meminta maaf atas keluhan masyarakat yang berhubungan dengan mutu layanan instansinya tempat bekerja atau setengah hati bekerja, seperti berbicara dengan pelanggan sambil membalas sms di telepon genggam! Continue reading “Lupa dg nan empat”