Seorang nenek yang ikut berdemo.
Sumber Ganmar: Grup Umat Islam Sumatera Barat Bersatu Tolak Investasi Bermuatan Misi Pemurtadan
Telah beberapa hari berlalu semenjak sekalian organisasi masyarakat (ormas), mahasiswa, maupun pelajar di Sumatera Barat melakukan unjuk rasa di Kota Padang. Unjuk rasa ini merupakan kegiatan gabungan yang dilakukan oleh beberapa organisasi, seperti; MUI Sumbar, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), Kesatuan Aksi Muslim Mahasiswa Indonesia (KAMMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Pelajar Islam Indonesia (PII) , Front Pembela Islam (FPI) dan Laskar Pembela Islam (LPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) UNP, IAIN Imam Bonjol, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Solok, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Ikatan Keluarga Pasia Jakarta (IKPJ), dan lain sebagainya.[1]
Unjuk rasa ini merupakan unjuk rasa yang kedua yang dilangsungkan di Kota Padang, karena pada hari Kamis tanggal 28 November yang silam juga dilangsungkan hal yang serupa. Yang diperjuangkan oleh Umat Islam pada kedua unjuk rasa tersebut ialah Menentang Pembangunan Super Block Siloam.
Hingga hari ini Walikota Padang Fauzi Bahar beserta beberapa orang pejabat penting pada Pemerintahan Kota Padang serta salah seorang anggota DPD RI asal Sumatera barat masih berkeras hati mendukung pembangunan Mega Proyek ini.
Pada unjuk rasa yang berjalan damai ini, para pengunjuk rasa menuju ke dua tempat yakni ke Komplek Pemerintahan Kota di Aia Padah serta ke Gedung DPRD Kota Padang. Seluruh rangkaian unjuk rasa oleh Masyarakat Minangkabau ini berjalan aman. Walau ada kekhawatiran akan terjadinya penyusupan namun berhasil digagalkan.
Penyusupan yang berhasil diketahui dan digagalkan hanyalah satu[2] yakni yang dilakukan oleh seorang lelaki yang bernama DZ berumur 27 tahun yang bekerja sebagai seorang guru SD pada salah satu sekolah di Kota Padang. Pada awalnya orang ini mengaku sebagai anggota polisi angkatan 2000, karena curiga salah seorang anggota polisi mencoba bertanya-tanya kepada yang bersangkutan namun jawaban yang diberikan tidak masuk akal. DZ kemudian dibawa ke mobil Dalmas Padang dan dalam tas yang dibawanya ditemukan satu buah Handy Talky (HT) dan KTP.
Seperti yang sudah dapat diterka, Fauzi Bahar tidak menampakkan batang hidungnya ketika aksi unjuk rasa berlangsung. Dengan alasan dinas luar, tiga orang stafnya yakni Kesbangpol Nasrul Sugana, Kepala Satuan Pamong Praja Andree Algamar, dan Staf Ahli Walikota Bidang Pemerintahan Firdaus Ilyas menerima para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Tolak Siloam (FMTS) yang diketuai oleh Ahmad Mahbubi.
Dengan berlindungkan kepada tata tertib pemerintahan mereka dengan senang hati menyerahkan nomor Walikota tatkala diminta oleh mahasiswa. Tentu saja nomor yang dihubungi mahasiswa diangkat oleh Ajudan Walikota. Tatkala ditanyakan oleh mahasiswa kepada ketiga orang “Pejabat” ini mereka dengan ringan menjawab “Etikanya seperti itu, kami di lingkungan SKPDpun tak bisa langsung menghubungi Walikota apabila beliau sedang berkegiatan..” Jelas Firdaus Ilyas.
Walau didesak, bahkan para mahasiswa bersedia untuk menanti walaupun harus bermalam di Kantor Balai Kota. Namun akhirnya mahasiswa mengalah dan bersedia untuk berdialog Jum’at esok dengan Walikota yang rupanya sangat sibuk itu.
Terdapat suatu kisah menarik yang patut untuk kami curaikan disini kepada engku dan encik sekalian. Kisah tersebut seputar kelakuan salah seorang pajabat di lingkungan Pemerintah Kota Padang. Yang bersangkutan ialah seorang camat, seorang camat yang sangatlah setianya kepada Tuannya Walikota Padang. Sang Camat pada petang hari Rabu, 11 Desember mengirimkan sebuah sms kepada seluruh lurah yang berada di bawah kekuasaannya yang isinya ialah menyuruh agar para lurah mengumpulkan setidaknya 50 orang untuk dibawa berunjuk rasa Mendukung SILOAM ke Aia Pacah. Namun tampaknya tak dihiraukan oleh orang sms tersebut. Continue reading “Pertempuran yang Tak Kunjung Usai” →