Minangkabau ialah Melayu

Peta Negeri-negeri Melayu Sumber: http://muhammadsayyid.blogspot.com/2012/06/minang-itu-melayu-bugis-itu-melayu.html

Peta Negeri-negeri Melayu
Sumber: Disini

Jangan dipakai Baju Kurung, itu Baju Melayu, bukan budaya kita. Baju Kebaya kita pakai esok..” seru seorang ibu-ibu pejabat tatkala memberi pengarahan kepada anggotanya pada salah satu kota di Sumatera Barat ini. Sungguh geram sangat hati kami tatkala mendengar perkataan serupa itu, sungguh Bengak Sangat Nyonya Besar ini.

Semula kami sangka bahwa orang zaman sekarang yang berumur empat puluh tahun ke bawah saja yang tiada faham perkara asal usul kita Orang Minangkabau, namun rupanya tidak, orang yang sudah berubanpun banyak pula yang tiada faham. Pernah ada seorang engku-engku kami dengar berkata “Suku saya Malayu bukan Melayu, kalau Melayu itu orang Riau dan orang Malaysia sana..” ujarnya bodoh bin pandir.

Sungguh sedih hati kami mendapati hal yang demikian, salah seorang kawan tatkala kami tanyai masalah ini berpendapat “Hal ini terjadi karena engku dan rangkayo tersebut tiada faham dengan apa yang mereka katakan. Umur saja yang sudah tua namun pengalaman dan isi kepala masih banyak yang menganga. Orang serupa itu kalau kita beri tahu pastilah akan marah dan tersinggung harga dirinya, karena menurut pandangan mereka, merekalah yang paling faham..”

Kami terkenang kembali akan kisah nan diceritakan kawan kami “Tahukah engku kenapa negeri kita ini bernama Minangkabau?” tanyanya pada suatu ketika. Kami yang ditanyapun menggeleng karena ragu karena memang tiada tahu.

Kuning bermakna emas dan menjadi warna para raja. Tidak hanya di Melayu, Thailandpun menjadikan Kuning sebagai warna kebesaran raja mereka. Sumber Foto: http://travel.kompas.com/read/2013/06/22/0943204/Pagaruyung.Simbol.Perekat.Nusantara

Kuning bermakna emas dan menjadi warna para raja. Tidak hanya di Melayu, Thailandpun menjadikan Kuning sebagai warna kebesaran raja mereka.
Sumber Foto: Disini

“Biar saya kutip salah satu curaian dalam Tambo kita: maka tatkala menang kerbau Orang Melayu melawan kerbau Orang Jawa maka disebut oranglah negeri ini dengan nama Minangkabau. Yang menurut si penulis berasal dari kata Manang-Kabau. Dari kutipan tersebut tahulah kita bahwa sebelum bernama Minangkabau negeri kita ini bernama Negeri Melayu..” terang kawan kami tersebut.

Kami terkenang dengan versi lain dari nama Minangkabau yakni berasal dari kata “Al Mukminan Ka Nabawiyah” yang bermakana “Pemerintah Islam Cara Nabi”. Pengucapan Al Mukminan Ka Nabawiyah berdasarkan lidah orang Melayu (Minang) pada masa itu menjadi Al Mukminang ka Nabawiyah, kemudian disingkat menjadi Minangka-baw atau Minangkabau.

Entah mana yang benar namun apabila dibuka kembali sejarah lama maka sebelum Nagari Pagaruyuang menjadi pusat Alam Minangkabau, pusat kerajaan ada di Kabupaten Dharmasraya sekarang dengan nama resmi kerajaan ialah “Kerajaan Melayu” dengan ibu kotanya bernama Melayu Pura. Apabila kita terjemahkan maka akan menjadi Kota Melayu.

Kasus lainnya ialah pada masa penjajahan Kolonial Belanda, Orang Belanda ini dalam setiap arsip mereka selalu menyebut kita Orang Minangkabau  ini dengan sebutan Orang Melayu. Demikian pula orang tua-tua kita dahulu apabila membuat sebuah nama untuk usaha mereka maka terkadang mereka memasukkan kata Melayu alih-alih Minangkabau. Contohnya ialah Dt. Sutan Maharaja yang mendirikan koran dengan nama Soeloeh Melajoe (Suluh Melayu) serta kemudian Soenting Melajoe dimana Rohana Koedoes diangkat sebagai pengasuh koran khusus kaum perempuan itu.

Demikian pula dalam berbahasa, sudah menjadi kearifan bagi Orang Minangkabau pada masa dahulu “Apabila bercakap maka akan menggunakan Bahasa Minangkabau namun apabila Menulis akan menggunakan Bahasa Melayu”. Ingat, Orang Minangkabaulah yang mempelopori Bahasa Melayu sebagai Bahasa Indonesia dan itu bukan Bahasa Melayu Riau. Kalau memang Bahasa Melayu Riau, tentulah kita telah bercakap serupa dengan cara orang Malaysia bercakap. Untuk yang satu ini ada kejadian menarik di masa Belanda dimana seorang guru asal Minangkabau memimpin para guru di Sumatera Barat mengajukan Mosi memprotes penggunaan Seri Buku Pelajaran Berbahasa Minangkabau oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Demikianlah, tatkala kami tanyakan perihal Baju Kebaya, kawan kami menjawab “Kebaya itu merupakan pakaian orang Jawa dan orang Jawa bukan Melayu. Hanya karena mereka berkuasa di negara kita, maka [sekelompok elit penguasa republik] mereka memaksakan berbagai simbol-simbol budaya mereka untuk dijadikan sebagai Budaya Nasional dan dipaksakan kepada sekalian rakyat di republik ini. Pakaian Kebaya itu sempit (ketat), tampak saja oleh kita bentuk tubuh perempuan dibuatnya sama sekali tidak Islami bertentangan dengan adat dan agama di negeri kita ini. Namun karena fikiran orang sekarang telah diracuni dengan sangat hebat maka tersebutlah apa yang difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an; Maka syetanpun membuat mereka memandang baik perbuatan buruk mereka dan memandang buruk perbuatan baik mereka. Na’uzubillah..

Pernah pula kami membaca sebuah surat dari Engku Muchtar Naim kepada salah seorang anak gadis Minangkabau yang memutuskan untuk menjadi Lonte. Dalam surat tersebut Engku Muchtar beberapa kali menyamakan antara Minangkabau dengan Melayu. Tahukah engku siapa Engku Muchtar Naim? Beliau ialah seorang ahli budaya bergelar doktor, terkenal dengan Tesisnya yang berjudul; Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau. Pernah menjadi dosen di Universitas Andalas dan kemudian menjadi anggota dewan di Jakarta.

Melayu, Suku Asal Orang Minangkabau Sumber: http://munirtaher.wordpress.com/2007/05/15/suku-asal-minangkabau/

Melayu, Suku Asal Orang Minangkabau
Sumber: Disini

Pernah pula kami beberapa kali membaca novel ataupun arsip-arsip Belanda yang berbahasa Melayu, dalam tulisan atau novel tersebut Orang Belanda menyebut kita Orang Minangkabau dengan sebutan Orang Melayu, sungguh aneh sebab diantara negeri-negeri Melayu, Minangkabau termasuk yang pertama dikuasai oleh Belanda.

Seorang kawan kami pernah pula memberi penjelasan bahwa dia pernah membaca sebuah surat kabar lama yang terbit di masa Belanda, “Barito Minangkabau” judulnya kalau tak salah yang dewan redaksinya dipimpin oleh Dt. Sanggono Dirajo. Di dalam surat kabar tersebut ada diantara pembaca yang bertanya “Kepada engku-engku pengurus, bahwa suku yang mula-mula ada di Minangkabau ini ialah Suko Koto Piliang & Bodi Caniago yang dibentuk oleh Datuk Nan Berdua (Dt. Katumangguangan & Dt. Parpatiah Nan Sabatang) dimana mereka berdua bersaudara seibu. Manalah dapat dua orang saudara seibu di Alam Minangkabau ini berlain suku?” demikianlah kira-kira tanya salah seorang pembaca.

Ragam Rumah Panggung Orang Melayu Sumber: http://visualheritageblog.blogspot.com/2011/09/memahami-seni-sebagai-refleksi-budaya.html

Ragam Rumah Panggung Orang Melayu
Sumber: Disini

Dijawab oleh Dt. Sanggono Dirajo “Bahwa suku yang mula-mula  atau suku tertua di Alam Minangkabau ini ialah Suku Malayu atau Melayu sebelum didirikan dua suku lagi oleh Datuk Nan Berdua. Itulah suku asal orang Minangkabau..

Maka nyatalah bagi kita bahwa Minangkabau ialah Melayu namun Melayu belum tentu Minangkabau karena Minangkabau salah satu dari sekian banyak Puak (bagian) dari Suku Melayu ini. Posisi Minangkabau sama dengan posisi Riau, Jambi, Palembang, Tamiang, Deli, Pahang, Kelantan, Trenggano, dan lain sebagainya dalam Keluarga Besar Suku Melayu. Seperti kata kawan kami lagi “Melayu itu tidak ada yang seragam, cobalah engku tengok lain adat orang Riau lain pula adat orang Jambi, lain pula adat Orang Johor, dan begitu seterusnya. Namun satu yang pasti, salah satu ciri khas orang Melayu antara lain ialah rumah-rumah mereka sama-sama berbentuk rumah panggung hanya corak dan ragam arsitekturnya saja yang berlainan kemudian warna kebesaran mereka ialah kuning, warna emas, sama disetiap Negeri Melayu. Begitu juga dengan pakaiannya, yang perempuan Berbaju Kurung menutupi seluruh tubuhnya yang laki-laki memakai pakaian yang terbuat dari ganiah..

Demikianlah engku, rangkayo, dan encik sekalian semoga terbit keinginan dalam hati sekalian orang Minangkabau untuk mempelajari sejarah, agama, dan adat-resam negerinya..

12 thoughts on “Minangkabau ialah Melayu

  1. kita korban dari campur tangan belanda,,, baguslah saudara minang kabau mengakui melayu,,, karena tidak banyak orang minang kabau mengakui mereka keturunan melayu,,, mereka masih bersikukuh sukunya minang kabau,,,, padahal minang kabau itu bukan suku melainkan sebutan untuk daerah sumatera barat,,, yang memenangkan saimbara kerbau itu,,,, sampaikan kepada seluruh penduduk sumatera barat,,, kalau kita sama yaitu melayu,,,,

    1. Minangkabau bukan sebutan untuk daerah Sumatera Barat, wilayah kebudayaan Minangkabau sesungguhnya lebih luas dari propinsi tersebut. Mencakup sebagian besar Riau Daratan (walau mereka menolak disebut orang Minang padahal beradatkan Dt. Katumangguangan & Dt. Parpatiah), sebagian Jambi, Kerinci, Bengkulu Bagian Utara.
      Kami sendiri juga menyetujui versi ini yakni asal nama Minangkabau ialah “Al Mukminan Ka Nabawiyah” yang bermakana ‘Pemerintah Islam Cara Nabi’. Pengucapan Al Mukminan Ka Nabawiyah berdasarkan lidah orang Melayu (Minang) pada masa itu menjadi Al Mukminangka Nabawiyah, kemudian disingkat Minangka-baw atau Minangkabau.
      Namun sebaiknya jangan terlalu cepat menilai kalau kisah adu kerbau tersebut tersebut rakaan Belanda. Ada yang mengatakan kalau kisah itu dibuat orang Minang sendiri untuk mencemooh lawan politik mereka.

  2. Melayu itu bangsa , Minang, Bugis, Mandalling, Champa, Visaya, Kedah dan lain-lain adalah rumpun Melayu. Disarankan untuk semua, jangan mengelarkan Melayu di Riau dan Malaysia sebagai Melayu sahaja. Panggillah Melayu perlu diakhiri dengan nama keturunan atau tempat. Contoh; Melayu Bugis, Melayu Pattani, Melayu Brunei dan sebagainya. Ini dapat mengelak kekeliruan dan sensetifity antara lain.

Leave a comment