Ramalan Nabi Kita

Picture: Here

Baginda Rasulullah Muhammad saw bersabda:

سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أَئِمَّةٌ يَمْلِكُوْنَ رِقَابَكُمْ وَيُحَدِّثُوْنَكُمْ فَيَكْذِبُونَ، وَيَعْمَلُوْنَ فَيُسِيؤُونَ، لا يَرْضَوْنَ مِنْكُمْ حَتَّى تُحَسِّنُوا قَبِيْحَهُمْ وَتُصَدِّقُوْا كَذِبَهُمْ، اعْطُوْهُمُ الحَقَّ مَا رَضُوا بِهِ

“Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yg mengancam kehidupan kalian. Mereka berbicara (berjanji) kepada kalian, kemudian mereka mengingkari (janjinya). Continue reading “Ramalan Nabi Kita”

Muslim Berstandar Ganda?

Salah satu status di Akun yang kami sangka selama ini Islami.

Salah satu Propaganda di status pada salah satu Akun yang kami sangka selama ini Islami.

Oleh: Jonru

Di Indonesia, ada sejumlah umat Islam yang menyerukan kita agar patuh pada pemimpin, walau ia pemimpin yang dzalim. “Kita harus sabar dan mendoakannya,” ujar mereka.

Namun anehnya:
Orang-orang yang berpendapat serupa ini justeru mendukung kudeta terhadap Mursi, Presiden Mesir. Padahal Presiden Mursi terbukti sebagai Presiden Islami yang sangat kukuh dan kuat keinginannya untuk menegakkan Syiar Islam. Continue reading “Muslim Berstandar Ganda?”

Akibat dipimpin Kafir

Picture: Here

Di Kampung Ini Awalnya Terdapat Ratusan Keluarga Muslim, Kini Tinggal 32 Keluarga Muslim

Akidah umat Islam Kota Solo terancam. Kristenisasi dengan berbagai modus dilancarkan agar pemeluk Islam murtad. Kondisi tersebut setidaknya terjadi di Kampung Sewu, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah.

Haryanto, takmir Masjid Al Fath Kampung Sewu RW 9, Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres, Kota Solo mengungkapkan dari 250 keluarga warga jumlah umat muslim tinggal 32 keluarga. Continue reading “Akibat dipimpin Kafir”

Melawan Kefasikan

Ilustration Picture: Here

Semenjak Raja Koncek naik tahta di negeri ini, maka semenjak itu pulalah agama kita mendapat serangan tiada henti, mulai dari syi’ah, aliran sesat, pelecehan para ulama, dan sekarang Kaum Nabi Luth. Entah kenapa suara mereka sangat nyaring terdengar di republik ini, padahal jumlah mereka tak seberapa.

Mungkin karena media, mereka mengendalikan semuanya. Semua dialihkan dan diarahkan untuk mendukung keberadaan mereka maka jadilah republik ini dikuranyak-i (diobok-obok).  Berbagai kedustaan disebarkan walaupun masyarakat banyak sudah tahu kalau itu dusta. Tampaknya teori ahli komunikasi mereka pegang; satu kebohongan apabila diucapkan seribu kali maka ia akan menjadi kebenaran. Dalam kasus ini satu kebejatan apabila diucapkan seribu kali maka akan menjadi kelaziman. Continue reading “Melawan Kefasikan”

Berserah Diri pada Nan Kuasa

Penduduk di Nagari Tanah Babukik akan segera melakukan pemilihan Kepala Nagari, jauh-jauh hari sudah mulai ramai orang kampung mempercakapkan perkara pemilihan ini. Kepala Nagari nan sekarang hendak ikut pula dalam pemilihan, masih satu periode ia menjabat. Lawannya hanya satu pasangan calon saja, wakilnya nan sekarang. Sebenarnya ada beberapa orang nan mengemuka hendak maju ikut dalam pemilihan namun entah kenapa para calon tersebut memundurkan diri dan mengalihkan dukungan kepada calon nan hendak menghadapi Kepala Nagari nan berkeinginan memperpanjang masa jabatannya.

Pada dasarnya sekalian penduduk resah dan gelisah, kenapa demikian? Karena dua pasangan calon ini tiada nan berkenan di hati mereka namun di lain pihak tak ada diantara mereka nan sanggup untuk maju. Nan pantas dan berkenan di hatipun tak tampak, tak bersua.

Kepala Nagari  nan sekarang sesungguhnya orang surau, pandai menjadi imam bahkan memberi khutbah pada hari Jum’at. Sebelum maju ia merupakan orang nan Siak dalam pandangan masyarakat kampung. Namun tatkala ia menjadi Kepala Nagari tak dibawa sertanya agama dalam pemerintahannya. Hanya sekadar menjadi imam dan memberi khutbah saja pandainya. Tak ada perubahan ke arah syari’at dalam setiap kebijakan yang dibuatnya. Sibuk ia mencari saudagar untuk menanamkan modalnya di Nagari Tanah Babukik. Engku Pakiah Malin Batuah gelarnya.

Adapun dengan wakilnya tampaknya sudah renggang hubungan mereka, entah apa sebabnya. Sudah agak gaek ia, St. Bagindo Marajo gelarnya, mantan Kepala Jorong pada salah satu jorong di Nagari Tanah Babukik. Demikian pula calon wakilnyapun mantan Kepala Jorong pula, St. Marah Sipado gelarnya.

St. Bagindo sesungguhnya berkenan di hati beberapa orang, walau tak lurus-lurus betul namun bagi sebagian orang tak mengapa, tak separah Kepala Nagari sekarang nan menggunakan agama hanya sebagai selimut tebal penutup diri. Namun calon wakilnya nan membuat orang berfikir seribu kali, St. Marah Sipado ialah orang balai, tak bataratik[1] kata orang tua-tua di kampung, pareman gadang. Semasa menjabat Kepala Jorong ia kerap bertindak keras dan berkata kasar kepada orang-orang di jorongnya. Continue reading “Berserah Diri pada Nan Kuasa”