ilustrasi gambar: internet
Sebagai makhluk “cacat” dimana kecacatannya tidak dapat dilihat dan disadari oleh binatang-binatang di sekitar serta anggapan mereka bahwa dirinya bukanlah cacat melainkan menderita penyakit “tidak pandai” bergaul. Hal ini telah menjadi siksaan tersendiri bagi Si Elang, dianggap egois, tidak pandai berkomunikasi dengan makhluk lain, tidak dapat bekerja sama dengan makhluk lain, dan lain sebagainya.
Dahulu dimasa kepemimpinan Rangkayo Kuciang Parsi, Si Elang termasuk anak buah kesayangan dan andalan bagi induk semangnya. Diikutkan dalam berbagai kegiatan, tidak pernah mendapat teguran ataupun tumpahan amarah dari induk semangnya. Dan yang utama ialah apabilah Rangkayo Kuciang Parsi menginginkan sesuatu, maka dia akan menyuruh dengan lemah lembut kepada Si Elang.
Namun itu dahulu, sekarang Rangkayo Kuciang Parsi telah dipindahkan dari lembah. Tidak lagi diberi jabatan ataupun kekuasaan sebagai akibat dari sikap keras kepalanya ditambah dengan tipu muslihat para pembesar di Kerajaan Rimba. Memang begitulah kekuasaan itu sesungguhnya, selama ini Si Elang hanya membacanya dari kitab-kita yang berada di perpustakaan kepunyaan Tuan Guru. Tak menyangka dirinya akhirnya akan menyumpai sendiri kejadian serupa itu.
Hubungannya dengan Rangkayo Merak Jinak memanglah baik, walaupun Merak Jinak tidak sebaik Rangkayo Kuciang Parsi dalam memimpin. Dari luar, Rangkayo Merak Jinak terlihat sebagai sesosok burung betina yang halus nan lembut. Dan memanglah demikian adanya, dia memang lembut, tidak pernah mengasari para anak buahnya berbeda dengan Rangkayo Kuciang Parsi.
Namun yang namanya binatang, mereka sudah terbiasa diperintah dengan kekerasan dan kekasaran. Maka dimasa kepemimpinan Rangkayo Merak Jinak ini mereka menjadi lepas kendali. Karena merasa induk semang mereka lemah dan tidak memiliki daya apapun untuk memberikan teguran ataupun hukuman kepada mereka. Telah beberapa kali diantara mereka menunjukkan kekerasan dan kekurang-ajaran dihadapan binatang-binatang lainnya.
Yang menjadi induak angkang (biang kerok) ialah ketiga ekor Anjing Hutan. Dahulu dimasa kepemimpinan Rangkayo Kuciang Parsi mereka tak berkutik, begitu mereka mengeluarkan salakan maka dengan segera Rangkayo Kuciang Parsi balik memberikan eongan mengancamnya. Bahkan tak jarang Rangkayo Kuciang Parsi sampai-sampai mengeluarkan kukunya yang tajam untuk mengancam ketiga anjing ini. Continue reading “Perhubungan Si Elang” →