Baju Kurung, the Blue Print

Baju kurung nan dipakai perempuan dahulu

“Engku, telah gaduh orang dikarenakan engku. Sungguh engku tiada pandai menimbang rasa, tiada hendak mempertenggangkan orang..!!” ucap seorang kawan di seberang sana. Kami terdiam dan faham akan maksud perkataannya.

“Dimanakah nan salah itu engku?” tanya kami hendak memastikan.

“Kenapalah mesti engku tulis pula, biarkan sajalah mereka itu. Kalaupun salah, merekalah nan akan menanggung dosa. Engku fikir dosa orang itu engku yang menanggungnya!?” kami tersenyum, sudah berulang kali kami dapati jenis manusia serupa ini, sekular dan individualis. Lupa ia dengan ajaran agama untuk saling menyapa, mengingatkan, dan memberi tahu perihal kebaikan (ajaran Islam). Kalau tidak disampaikan maka ianya akan menjadi hutang yang akan dituntut oleh orang tersebut di hadapan Allah Ta’ala kelak di Padang Masyhar.

Itulah potongan percakapan kami dengan salah seorang kawan. Kini marilah kita coba dudukkan persoalannya. Sebab sejauh pengamatan kami ada yang berkenan dan ada yang tidak berkenan dengan apa nan telah kami tuliskan itu. Seperti kata pepatah di negeri kita; rambut boleh sama hitam, isi kepala berlainan. Continue reading “Baju Kurung, the Blue Print”

Watak Pembangkang

Salah satu kejadian baru-baru ini nan membuat heboh [Sumber Gambar: Disini]

Telah banyak kami dengar orang-orang di rantau mencemooh watak (mental) orang Minangkabau yang tiada pandai melayani orang nan datang. Kata mereka “Bagaimana pelancongan (pariwisata) itu hendak dikembangkan kalau melayani orang datang saja tiada pandai. Kasar dan maunya hendak dilayani orang awak ini. Berlainan dengan daerah di Pulau Seberang sana, mereka ramah-ramah dan pandai melayani..”

Tersenyum kami mendengarnya “Tiada mengapa engku, baguslah demikian. Tanda orang Minangkabau ini tiada mudah diperintah, dipandir-pandirkan, terpengaruh dengan pencitraan, dan mudah dimasukkan ke dalam Karung oleh Media. Kami sendiri tiada sesuai dengan keinginan (ambisi) sebagian besar kepala daerah di negeri kita nan hendak mengembangkan dunia pelancongan..” jawab kami ringan. Continue reading “Watak Pembangkang”

Artis itu bernama Saeni

Picture: Here

LAPORAN HASIL INVESTIGASI DARI REKAN MEDIA…

Malam ini saya bersama tokoh masyarakat mengunjungi salah satu warung makan ibu Saeni, yg sedang menjadi berita nasional dan berimbas kepada isu pencabutan perda syariah. Kebetulan saya tinggal di lingkungan Cikepuh Kota Serang Banten, dan jarak antara rumah saya dengan warteg yang di razia Satpol PP hanya berjarak 50M. Malam ini kami bertemu Pak Alex suami dr bu saeni, saya meminta klarifikasi beliau antara fakta yg terjadi dengan isu yg beredar di masyarakat. Continue reading “Artis itu bernama Saeni”

Teguran pada Pemilu kali ini

Banyak kiranya kisah seputar pemilu kali ini, beragam perangai orang-orang dalam mengkampanyekan partainya. Ada yang memburuk-burukkan partai lain, namun yang paling lazim ialah berbuat dusta, berbohong kepada sekalian orang. Mengatakan partai mereka paling baik, paling patut, dan paling dalam segalanya.

Adalah salah satu partai Islam yang tampak boneh[1] menurut sebagian umat Islam. Bagi sebagian umat Islam tatkala memandang partai ini maka terkenang mereka akan Partai Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Partai Islam yang gigih dalam memperjuangkan Syari’at Islam sebagai dasar negara pada masa-masa awal pendirian negara ini. Begitu jua agaknya dengan partai kita yang satu ini, berasaskan Islam dan berkehendak untuk menegakkan Syari’at Islam di republik ini.

Bagi umat Islam yang memiliki kesadaran beragama yang kuat, mengetahui perihal sejarah, dan menyimak pula perkara politik di republik ini, pastilah mereka akan memilih partai Islam serupa ini. Namun, itu semua hanyalah buaian menjelang tidur saja agaknya. Karena selepas itu kenyataan yang dihadapi umat Islam sungguhlah buruk sangat.

Beragam pendapat yang muncul, beragam pula saran atapun nasehat yang diberikan. Namun agaknya, nikmatnya “tahta” telah melenakan mereka, tak cukup hanya menjadi partai penyokong dalam pemerintahan, mereka hendak mengendalikan pemerintahan itu. Namun mereka sadar kalau mengharapkan sokongan dari “Kaum Berjanggut & Berjilbab Lapang” saja taklah mungkin bagi mereka. Maka dirancanglah untuk menghilangkan kesan “sangar” bagi kaum galau di republik ini. Diubahnya partanya menjadi “Partai Terbuka”.

Mungkin tak pernah sampai kepada mereka kabar bahwa pada pemilu 2004 yang silam dimana ketika partai mereka masih terkesan tertutup. Cukup banyak pemilih mereka yang berasal dari kalangan non-berjanggut dan berjilbab lepang. Bahkan ada pula non muslim yang berkeputusan untuk memilih partai mereka itu pada tahun 2004. Ketika itu, partai mereka dijuluki dengan julukan “Partai Mahasiswa”. Continue reading “Teguran pada Pemilu kali ini”

Kacang Miang bagi Minangkabau

Kebencian, Kedengkian, & Sedikit Cinta Kasih Ilustrasi Gambar: Internet

Kebencian, Kedengkian, & Sedikit Cinta Kasih
Ilustrasi Gambar: Internet

Beberapa masa terakhir ini, kami sangatlah sering mendapati di dinding fesbuk kami pemberitahuan dari sebuah grup. Entah siapakah kiranya yang memasukkan kami ke dalam grup laknat ini, sebuah grup dimana para anggotanya menebarkan kebencian dan menghasut sekalian orang untuk membenci adat kami, Adat Minangkabau. Atas nama Islam mereka berbicara, sungguh terpana kami. Apa hal? Karena akhlak mereka sama sekali tidak mencerminkan Aqidah yang mereka “perjuangkan”.

Dahulu pernah berdiri grup serupa di fesbuk yang bernama Grup “Pel*r*san ABS-SBK”. Tujuan pendirian grup inipun masih sama dengan yang sekarang yakni mengadu-domba antara Islam dan Adat di Minangkabau. Kami tak tahu apakah grup ini masih ada atau tidak? Sebab kami tak ada minat untuk tahu perihal grup laknat itu. Dan sekarang muncul pula grup serupa, sama laknatnya, ataukah mungkin lebih laknat?

Kami tengok para pemuka grup ini mereka masihlah sama, sama dengan grup terdahulu. Hanya ada beberapa orang baru. Kebanyakan dari mereka ialah orang-orang yang tinggal di rantau, bahkan ada yang lahir dan besar di rantau. Pengetahuan mereka perihal Adat Minangkabau hanya berdasarkan ingatan masa silam semata. Ataupun tidak, pengetahuan mereka berasal dari buku-buku yang ditulis oleh para ahli tentang Minangkabau. Dapat juga hasil percakapan mereka dengan orang-orang Minangkabau yang patah hati karena tersingkirkan dari kampung. Marah dan benci karena tidak dapat bertahan dan eksis di kampung.

Yang membuat kami bersedih dan bersusah hati ialah karena orang-orang ini menggunakan Islam sebagai perisai sehingga bagi orang Minangkabau yang lain (yang berakal) menjadi segan untuk melawan. Sebab pada lahir akan dikira orang kita menyerang agama awak sendiri. Serupalah dengan sekelompok jahanam yang melakukan penyerangan terhadap suatu jama’ah. Kemudian tatkala jama’ah tersebut melawan dan mendesak para jahanam tersebut. Mereka menggunakan perempuan dan anak-anak sebagai perisai. Apa yang hendak diperbuat oleh para jama’ah, yang dijadikan perisai ialah ibunda, isteri, kakak-adik, anak ataupun cucu.

Kita Diajarkan untuk saling berkasih-kasihan. Ilustrasi Gambar: Internet

Kita Diajarkan untuk saling berkasih-kasihan.
Ilustrasi Gambar: Internet

Sungguh susah dan bersedih hati kami, mereka bercakap atas nama Islam namun akhlak mereka Yahudi. Bagi orang yang sedikit pengetahuannya perihal Islam, tentulah beranggapan bahwa serupa inilah Islam itu. Rasulullah berwasiat “Berlemah-lembutlah dalam bercakap dengan saudara mu sesama muslim” tampaknya wasiat nabi kita yang satu ini tak ada pada mereka. Padahal mereka mengaku memperjuangkan Islam.

Wasiat beliau yang lain “Apabila suatu perkara dipegang yang bukan ahlinya, maka nantilah kehancuran dari perkara tersebut..” mereka bukanlah ahli dikedua perkara tersebut ataupun hanya pada satu perkara saja. Kami heran sangat, mereka pasti memiliki waktu luang yang banyak sehingga memiliki waktu untuk menebar kebencian kepada sesama muslim. Atau “jangan-jangan memang inilah pekerjaan mereka..?

Dan juga “Akan datang suatu masa dimana orang pandir dan sedikit pemahamannya akan banyak bercakap. Sedangkan orang berilmu diantara kamu akan sedikit bercakapnya..” pengetahuan mereka ini perihal dua perkara yang dipermasalahkan sangatlah sedikit, dangkal, dan jauh sekali. Dan dari wasiat nabi kita di atas fahamlah kami kenapa mereka pula yang paling keras suaranya.. Continue reading “Kacang Miang bagi Minangkabau”

Mencoba Berfikir Radikal

Sosialis ialah ideologi yang lantang "membela kepentingan rakyat kecil". Apakah PKL bukan termasuk dari defenisi "rakyat Kecil"?

Sosialis ialah ideologi yang lantang “membela kepentingan rakyat kecil”.Apakah PKL bukan termasuk dari defenisi “rakyat Kecil”?
Gambar: Internet

Kami hanya tersenyum simpul tatkala melihat kepandiran media di republik ini, disangkanya awak semua sama pandirnya dengan mereka?

Beberapa hari semenjak akhir bulan Juli hingga permulaan bulan Agustus, media di republik ini sangatlah ramai mengabarkan perihal kebijakan baru dari pemerintahan Kota Jakarta yang diperintahi oleh dua orang yang dianggap revolusioner dan visioner. Kami tak pula yakin apakah semua orang di republik ini akan faham dengan kedua kata tersebut.

Kebijakan mereka ialah memindahkan para Pedagang Kaki Lima pada salah satu kawasan di Pasar Tanah Abang. Dianggap para pedagang ini merupakan penyebab utama dari kemacetan yang terjadi di kawasan tersebut. Memanglah demikian adanya dan kami tak pula hendak memungkiri.

Media yang semenjak awal sangat setia kepada kedua pemimpin Jakarta ini mengiringi kebijakan tersebut dengan memperlihat betapa kacau-balau (semeraut)-nya kawasan tersebut dan betapa gawatnya kemacetan yang diakibatkannya. Sungguh suatu permasalahan yang patut disegerakan pemecahannya.

Beberapa orang pedagang tentulah ditanyai juga oleh juru berita (wartawan), namun tentulah tidak seperti yang kita bayangkan. Cukup ditanyai kenapa mereka berdagang di sana dan dari mana asal mereka, serta pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak begitu LEBAY mengiba-ngiba, sebab suara masyarakat harus dibangun menuju penyokongan terhadap kebijakan baru dari Pemerintah Kota Jakarta.

Kemudian hasilnya ialah, penertiban berjalan, beberapa kalangan masyarakat dikabarkan mendukung bahkan siap untuk terjun memberikan aksi nyata di lapangan “Kami siap menghadapi preman Tanah Abang..!” kata mereka.

Memang benarlah demikian, dibalik PKL pastilah ada penyokong yang mengambil manfaat dari kelemahan mereka. Memberikan jaminan keamanan bahwa usaha perniagaan mereka takkan diganggu oleh pegawai pemerintah yang melakukan razia..

Hasilnya, Kawasan Pasar Tanah Abang akhirnya bersih dari PKL, lebih rapi, dan yang utama ialah tidak macet. Kami hanya tertawa heran melihatnya, kenapa engku dan encik sekalian..? Continue reading “Mencoba Berfikir Radikal”