Penduduk di Nagari Tanah Babukik akan segera melakukan pemilihan Kepala Nagari, jauh-jauh hari sudah mulai ramai orang kampung mempercakapkan perkara pemilihan ini. Kepala Nagari nan sekarang hendak ikut pula dalam pemilihan, masih satu periode ia menjabat. Lawannya hanya satu pasangan calon saja, wakilnya nan sekarang. Sebenarnya ada beberapa orang nan mengemuka hendak maju ikut dalam pemilihan namun entah kenapa para calon tersebut memundurkan diri dan mengalihkan dukungan kepada calon nan hendak menghadapi Kepala Nagari nan berkeinginan memperpanjang masa jabatannya.
Pada dasarnya sekalian penduduk resah dan gelisah, kenapa demikian? Karena dua pasangan calon ini tiada nan berkenan di hati mereka namun di lain pihak tak ada diantara mereka nan sanggup untuk maju. Nan pantas dan berkenan di hatipun tak tampak, tak bersua.
Kepala Nagari nan sekarang sesungguhnya orang surau, pandai menjadi imam bahkan memberi khutbah pada hari Jum’at. Sebelum maju ia merupakan orang nan Siak dalam pandangan masyarakat kampung. Namun tatkala ia menjadi Kepala Nagari tak dibawa sertanya agama dalam pemerintahannya. Hanya sekadar menjadi imam dan memberi khutbah saja pandainya. Tak ada perubahan ke arah syari’at dalam setiap kebijakan yang dibuatnya. Sibuk ia mencari saudagar untuk menanamkan modalnya di Nagari Tanah Babukik. Engku Pakiah Malin Batuah gelarnya.
Adapun dengan wakilnya tampaknya sudah renggang hubungan mereka, entah apa sebabnya. Sudah agak gaek ia, St. Bagindo Marajo gelarnya, mantan Kepala Jorong pada salah satu jorong di Nagari Tanah Babukik. Demikian pula calon wakilnyapun mantan Kepala Jorong pula, St. Marah Sipado gelarnya.
St. Bagindo sesungguhnya berkenan di hati beberapa orang, walau tak lurus-lurus betul namun bagi sebagian orang tak mengapa, tak separah Kepala Nagari sekarang nan menggunakan agama hanya sebagai selimut tebal penutup diri. Namun calon wakilnya nan membuat orang berfikir seribu kali, St. Marah Sipado ialah orang balai, tak bataratik[1] kata orang tua-tua di kampung, pareman gadang. Semasa menjabat Kepala Jorong ia kerap bertindak keras dan berkata kasar kepada orang-orang di jorongnya. Continue reading “Berserah Diri pada Nan Kuasa”