Beberapa masa yang lalu terdengar oleh kami kabar perihal kelakuan sekelompok pelajar di Ibu Kota Republik ini. Apa yang mereka lakukan? Yakni membuat vidio porno di dalam kelas mereka. Kabar yang berhembus mengatakan kalau mereka melakukan kelakukan laknat tersebut selepas pulang sekolah. Mereka menanti kelas sampai lengang dan memulai perbuatan terkutuk mereka tersebut.
Bagaimana gerangan pendapat engku dan encik sekalian?
Ada yang menyalahkan orang tua mereka, ada pula yang menyalahkan fihak sekolah?
Namun keadaan yang berlaku tidaklah sesederhana yang kita fikirkan tersebut. Karena sesungguhnya kalau kita hendak merenungkan kejadian laknat ini maka sesungguhnya akan bermuara kepada satu sumber jua.
Orang bijak pernah berkata bahwa sesungguhnya pernikahan itu bukanlah sekedar menghasilkan anak keturunan dan kemudian membesarkannya. Melainkan yang utama ialah kesiapan dari pasangan yang hendak menikah untuk menjadi orang tua yang bijak dalam membesarkan dan mendidik anak mereka.
Namun keadaan yang berlaku sungguh berlainan pada masa sekarang. Bagi kebanyakan orang-orang, mereka telah menentukan batasan usia untuk menikah, apabila batasan tersebut telah sampai maka mereka akan bersegera menikah atau menikahkan anak-anak mereka. Apabila tidak mereka menganggapnya sebagai suatu aib, malu besar.
Membuat anak itu mudah, namun membesarkannya itulah yang sulit. Kata-kata tersebut pada masa sekarang hanya menjadi penghias di bibir saja. Tak meresap sampai ke dalam lubuk sanubari. Tahukah engku dan encik sekalian makna hakikatnya?
Orang tua hendaknya menyiapkan anak-anaknya dengan benar dalam menghadapi keras dan kejamnya kehidupan pada masa sekarang. Godaan duniawi begitu melenakan dan memabukkan, materi menjadi sandaran utama. Bagi orang tua yang tak pandai dan tak tahu, cukuplah bagi mereka untuk memenuhi segala kebutuhan lahir dari anak-anak mereka. Akibatnya, anak-anak seperti inilah kelak yang akan menjadi orang tua dari anak-anak mereka.
Apa hasil? Orang tua yang tak mendapat pendidikan dengan baik dari kedua orang tua mereka inilah yang kelak menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Akibatnya, menjadi semakin tidak becus dan tidak baiklah generasi berikutnya. Selamat, dua generasi dari republik ini telah berhasil dihancurkan..
Lingkunganpun memainkan peranan yang sangat penting. Orang-orang yang berasal dari latar belakang yang berlainan, dengan menganut nilai-nilai moral dan sosial yang berlainan pula. Orang-orang seperti inilah yang menjadi masyarakat perkotaan. Akibatnya, tidak ada lagi standar nilai, bahkan hukum positif negarapun tak takut untuk mereka langgar.
Kumpulan orang-orang dari generasi yang telah hancur inilah kemudian yang membentuk beberapa komunitas di perkotaan. Bagi mereka lazim dan sah-sah saja perilaku menyimpang yang bertentangan dengan aturan moral dan sosial masyarakat terdahulu. Hal ini karena pendidikan yang tak semestinya tak mereka dapatkan dari orang tua mereka dahulunya. Continue reading “Masyarakat Metropolis & Kehancuran Peradaban”