1 Oktober 1965

Picture: Here

Picture: Here

Tanggal 1 Oktober telah banyak orang-orang pada masa sekarang yang melupakannya. Tanggal ini berkitan dengan malam 30 September dimana pada tengah malamnya terjadi suatu peristiwa memilukan penculikan terhadap 6 orang Jenderal Angkatan Darat yang anti Komunis serta 1 orang Ajudan Jenderal yang dikira ialah sang jenderal.

Pelaku utama dibalik penculikan ini ialah Partai Komunis Indonesia yang saat itu sedang berasyik-mesra dengan penguasa ketika itu. Mereka merasa terancam dengan ketujuh jenderal yang terkenal anti dengan Komunis. Mereka berasa terancam kekuasaannya karena sang penguasa sedang sakit-sakitan dan cemas apabila meninggal maka dominasi dalam pemerintahan ikut hancur.

Oleh karena itu mereka memutuskan untuk bergerak cepat dan bertindak lebih dahulu. Menghancurkan segala ancaman dan Memusnahkan segala halangan yang merintangi jalan mereka kelak. Continue reading “1 Oktober 1965”

Diktator yg lahir dari Rakyat

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

“Tahukah engku bahwa siapapun yang berkuasa di republik ini mesti memastikan militer, kepolisian, dan intelejen hendaknya berada di bawah pengaruh mereka, setidaknya di fihak mereka..” kata seorang kawan tatkala kami tengah duduk-duduk sambil membaca beberapa artikel dari internet.

Kabar yang datang dari internet lebih cepat, lebih beragam sudut pandangnya, dan lebih terus terang. Berlainan dengan kabar-kabar yang datang dari media semacam televisi dan koran yang telah dikendalikan oleh banyak fihak.

Kami terdiam mendengar pendapat kawan kami tersebut, memanglah kalau kami fikir-fikirkan kembali ke masa silam, Soekarno dan Soeharto berhasil menjadi diktator di republik ini berkat memiliki kendali penuh terhadap militer dan berbagai lembaga pertahanan dan keamanan negara. Kehancuran merekapun karena militer sudah menjaga jarak dengan mereka.

“Tengoklah sekarang, militer agaknya telah berada di bawah pengaruh mereka, belum pernah ada namanya jabatan Penasehat Panglima sebelumnya di republik ini…” lanjut kawan kami.

“Ini hanyalah permulaan, tunggu sajalah FPI pasti akan segera dibubarkan, para pemimpin mereka akan ditangkap, media sosial akan diawasi. Hati-hati saja engku, blog engku itupun akan diawasi pula atau mungkin akan dilarang dan engkupun akan ditangkapi..” lanjut kawan kami tersebut. Continue reading “Diktator yg lahir dari Rakyat”

G30S/PKI: Kudeta atau Penyelamatan Negara

Ilustrasi Gambar; Internet

Ilustrasi Gambar; Internet

Semenjak berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto pada tahun 1998 maka berakhir pulalah pemutar filem G30S/PKI di TVRI. Sebuah filem yang sebelumnya merupakan filem yang wajib diputar di stasiun televisi pemerintah dan kemudian disebarkan oleh setiap stasiun televisi yang ada di Indonesia ketika itu. Namun selepas kejatuhan Orde Baru (Orba) yang dipimpin oleh Presiden Soeharto ketika itu maka berhenti pulalah penayangan filem tersebut. Banyak fihak yang menyayangkan namun kekuatan yang menghendaki penghentian penayang filem tersebut.

Apalagi semenjak Presiden Gus Dur mengeluarkan usulan pencabutan TAP MPRS XXV 1966, yang isinya tentang pelarangan ideologi komunis,marsisme tidak hanya Komunis, melainkan berbagai faham-faham lain yang merusak tatanan kehidupan baik itu bernegara, beragama, dan sosial mulai berani menampakkan dirinya. Penggunaan huruf Cina yang semula dilarang menjadi dibolehkan, banyak orang Cina yang merasa bangga dengan huruf mereka mulai memamerkan huruf yang telah digunakan berabad-abad oleh nenek moyang mereka di Daratan Cina.

Semenjak berakhirnya kekuasaan Orba, banyak orang yang mulai menggugat keabsahan tindakan yang dilakukan oleh Mayjen Soeharto dimasa tahun 1965. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kudeta terselubung yang dilakukan Soeharto dengan bantuan CIA. Ada pula yang bersorak-sorak bahwa telah terjadi pelanggaran HAM yakni pembantaian massal terhadap orang-orang yang diduga Komunis pada waktu itu. Dengan mengabaikan fakta dan data sejarah perihal Kebiadaban Komunis pada masa sebelumnya di negara ini.[1]

Sebelum jatuhnya Soekarno dengan Orde Lamanya, Ideologi Komunis dengan Partai Komunisnya (PKI)[2] bersama-sama dengan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno merupakan partai penguasa. Kedua partai tersebut merupakan dua sejoli yang tak dapat terpisahkan yang mendukung Pemerintahan Diktator Soekarno. PRRI lahir merupakan akibat dari kemesraan hubungan Soekarno dengan PKI di pusat yang bertentangan dengan semangat daerah. Sesungguhnya PKI dan PNI hanya kuat di Pulau Jawa kecuali Jawa Barat serta beberapa daerah lainnya di Indonesia. Namun karena berada di pusat kekuasaan menyebabkan mereka mudah menjadi penguasa. Continue reading “G30S/PKI: Kudeta atau Penyelamatan Negara”

galodo th.58

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Dahulu sekali, tatkala kami masih duduk di bangku perguruan tinggi. Tatkala fikiran kami dan kawan-kawan dirasuki dengan berbagai pemahaman. Tatkala jiwa ini masih menggelegak, nafsu (emosi) tak dapat dikendalikan. Dahulu sekali tuan..

Pada suatu ketika di masa dahulu, kami dan beberapa orang kawan bercakap-cakap bertukar fikiran. Banyak perkara yang kami perbincangkan, bak para pandeka yang sedang bermain pencak di gelanggang permainan. Kami bersilat lidah, beradu pendapat, saling menyalahkan lawan bicara, dan membenarkan pendapat sendiri. Sungguh suatu masa-masa indah nan jenaka, tak patut untuk dilupakan, lebih patut lagi untuk dikenang dan diambil pelajaran darinya.

Kami berkumpul di rumah sewaan (kos) di Bandar Padang, menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi negeri di bandar ini. Sebuah perguruan yang sangat harum namanya di Minangkabau dan Pulau Andalas. Pada menjelang tengah malam, dimana seharusnya sebagai manusia kami sepatutnya berangkat keperaduan guna merehatkan diri guna menghadapi esok hari yang penuh akan pertarungan. Namun justeru tidak, hati dan jiwa anak muda selalu hidup, sangat payah untuk diistirahatkan, walau terkadang badan telah mengeluh.

Setelah memperbincangkan berbagai macam perkara kekinian, menyangkut kehidupan masyarakat di republik ini. Maka selanjutnya, secara perlahan percakapan kamipun mulai beralih kepada suatu peristiwa sejarah yang menimpa negeri ini, Minangkabau. Penyulutnya ialah perkara ideologi politik; liberal, sosialis, komunis, dan Islam.

David Syarif merupakan kawan kami yang belajar di jurusan sastra, beliau tiba-tiba berujar agak keras tatkala ideologinya disenggung. Bak tersengat kalo dia berujar “Orang Minang sungguh pandir sekali, apa hal? Karena membiarkan nama seorang jendral yang memimpin penumpasan pemberontakan PRRI dijadikan nama jalan..!

Kami tercenung, memang benar. Tapi..

Sebelum kami menjawab, Nazir Akmal salah seorang kawan kami berasal dari jurusan sejarahlah yang menjawab “Ah.. tak tahukah engku bagaimana sejarah pemberontakan tersebut. Engku tampaknya tak mendalami betul sejarah kelu yang menimpa Alam Minangkabau..” Continue reading “galodo th.58”

Minang, Melayu, & Islam

Setelah beberapa lama kami amati, rupanya postingan kami yang berjudul “Indonesia dan Kemerdekaan Malaysia” memiliki banyak peminat. Hal ini kami lihat pada top post dimana tulisan tersebut selalu berada pada tiga besar. Memang hanya terdapat dua komentar dan hanya satu komentar dari dua komentar tersebut yang kami approve. Kenapa demikian tuan? Karena komentar yang ke dua sangat kasar dan tidak patut untuk dimuat dan kita ditiru. Tidak sesuai dengan watak orang Timur..

Memanglah di republik ini keadaannya sungguh sudah sangat mengkhawatirkan. Beragam kabar, apakah itu kabar bohong, dusta, penuh hasutan dan kebencian sangat mudah kita dapati. Beragam media di negara ini sudah sangat keterlaluan dalam menyampaikan suatu kabar. Etika dalam menyampaikan kabar sudah tidak dipatuhi atau diperhatikan. Sehingga kebencian sangat mudah di sulut dan yang kami cemaskan ialah hal ini akan menjadi “bom waktu” bagi keutuhan dan keberlangsungan republik ini.

Berita perihal Malaysia sangat mudah mendatangkan prasangaka. Hal ini karena karena bertahun-tahun yang lalu lamanya orang Indonesia dikotori fikirannya dan dibentuk pandangannya perihal saudara serumpun kita ini. Para politikus ataupun konspirator yang memiliki agenda tersendiri sering menyusupi berita tersebut dengan hasat dan kebencian serta kedengkian. Memanglah Malaysia dalam hal ini tidak terlepas dari silap dan salah. Kami akui, sejauh pergaulan kami dengan beberapa saudara dari sana, sikap, watak, dan karakter serta tabi’at mereka sudah berlainan sekali dengan tabi’at yang seharusnya dianut oleh orang Melayu.

Artikel tersebut kami buat dengan maksud supaya kita umat Muslim dan orang Indonesia memahami dengan betul mengenai posisi kita umat Islam dan terlebih lagi dalam hal ini kita orang Melayu dalam menghadapi isu mengenai Malaysia. Namun apalah daya, sebab sebagian besar dari orang-orang di republik ini telah kehilangan akal sehatnya. Awalnya kami kira hanya orang-orang kebanyakan, orang-orang tidak berpendidikan, yang dapat dengan mudah percaya begitu saja perihal beragam pemberitaan perihal Malaysia. Namun kami salah tuan..

Banyak juga golongan yang telah mendapat pendidikan, orang-orang yang diajar untuk berfikiran kritis dimana terpantang dengan mudah mempercayai mengenai suatu kabar yang disampaikan. Namun pada kenyataanya mereka-mereka ini rupanya telah kehilangan jiwa intelektual mereka. Hasutan demi hasutan dengan mudah menguasai diri mereka.

Kamipun awalnya mengira hanya golongan anak muda yang tumbuh dan besar dimasa negeri ini dikuasai oleh Liberalismelah yang terperdaya dengan beragam berita bohong tersebut. Sebab kenyataan di kampung kami memanglah demikian. Bagi orang-orang tua yang hidup dengan adat dan agama, mereka sering mencemooh pemikiran anak muda sekarang yang sok nasionalis. Sebab mereka tak faham adat, siapa kawan mereka dan siapa lawan mereka. Continue reading “Minang, Melayu, & Islam”

Tanpa Komunis

 Mencoba Merenungi Negeri

Hari Kesaktian Pancasila, apa gerangan yang terfikirkan oleh tuan? Komunis dan para jendral yang dibantai dan lebih dikenal sebagai Jendral Revolusi di republik ini? atau Komunis yang katanya hendak merebut kekuasaan? Atau kami lebih berpendapat “ingin menyelamatkan dominasi mereka atas pemerintahan Soekarno saat itu”. Bisa juga tuan berpendapat: suatu dongeng pelelap sebelum tidur yang dibacakan oleh Soeharto, kudeta terselubung, campur tangan Amerika, dan lain sebagainya.

Bagi kami orang Minangkabau dan kamipun yakin seluruh umat Islam yang beriman sependapat dengan kami bahwa peristiwa yang terjasdi tahun 1965 tersebut telah mendatangkan berkah bagi kami. Sebab sebelumnya, komunis sangat merajalela di negeri kami. Melecehkan agama dan adat kami orang Minang. Mereka kaum anti tuhan, keras kepala, dan berkelakuan kasar layaknya orang yang belum menyentuh peradaban.

Teori resmi dari pemerintah yang hingga kini masih belum jua dirubah walau keadaan politik telah berubah menyebutkan bahwa pada malam 30 September 1965, sekelompok tentara misterius yang digerakkan oleh PKI menculik 7 orang jenderal yang kemudian membantai mereka di Lubang Buaya. Usaha itu mereka lakukan karena ketujuh jendral tersebut merupakan jendral-jendral anti Komunis. Continue reading “Tanpa Komunis”