Minangkabau ialah Melayu

Peta Negeri-negeri Melayu Sumber: http://muhammadsayyid.blogspot.com/2012/06/minang-itu-melayu-bugis-itu-melayu.html

Peta Negeri-negeri Melayu
Sumber: Disini

Jangan dipakai Baju Kurung, itu Baju Melayu, bukan budaya kita. Baju Kebaya kita pakai esok..” seru seorang ibu-ibu pejabat tatkala memberi pengarahan kepada anggotanya pada salah satu kota di Sumatera Barat ini. Sungguh geram sangat hati kami tatkala mendengar perkataan serupa itu, sungguh Bengak Sangat Nyonya Besar ini.

Semula kami sangka bahwa orang zaman sekarang yang berumur empat puluh tahun ke bawah saja yang tiada faham perkara asal usul kita Orang Minangkabau, namun rupanya tidak, orang yang sudah berubanpun banyak pula yang tiada faham. Pernah ada seorang engku-engku kami dengar berkata “Suku saya Malayu bukan Melayu, kalau Melayu itu orang Riau dan orang Malaysia sana..” ujarnya bodoh bin pandir. Continue reading “Minangkabau ialah Melayu”

Syari’at Islam di Brunei

Lambang Kesulthanan Brunei Gambar: Internet

Lambang Kesulthanan Brunei
Gambar: Internet

Pada akhir bulan April yang silam, tersiar kabar dari Negeri Brunei bahwa di negeri itu telah diberlakukan Hukum Syari’ah secara resmi oleh pemerintah kerajaan di sana. Pernyataan pemberlakuan Hukum Syari’ah tersebut diumumkan sendiri oleh Sulthan Brunei Hasanal Bolkiah. Sungguh suatu kabar yang mengejutkan nan menyenangkan hati. Sebab selama ini negeri itu terdengar sunyi-senyap dari segala pemberitaan.

Setahun yang lalu sempatlah terdengar kabar oleh kami perihal pemberlakuan Syari’ah Islam ini, namun kami sempat meragukan. Hal ini karena mengingat gaya hidup dari Sulthan Brunei itu sendiri yang jauh dari sifat zuhud. Ditambah lagi dengan perilaku Jefri Bolkiah yang merupakan adik dari Sulthan Hasal Bolkiah sendiri yang dikenal sangat jauh dari Syari’ah Islam.

Namun, Syukur Alhamdulillah bahwa segala keraguan tersebut rupanya tiada terbukti. Alhamdulillah, Allah Ta’ala memberkahi Kerajaan Brunei Darussalam dengan memberikan seorang raja yang condong hatinya kepada agama.  Begitulah sebenar pemimpin (Ulil Amri) yang diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam Al Qur’an.

Namun, layaknya dunia zaman sekarang dimana jumlah kaum pembenci Islam itu sangatlah banyaknya. Maka dengan serta merta pengumuman ini mendatangakan hujatan. Terutama sekali dari negara barat dan juga dari Indonesia sendiri. Barat mempertentangkan Hukum Syari’ah dengan Hak Asasi Manusia (HAM), mempermasalahkan penduduk Brunei yang non Muslim, serta mulai mengarahkan pendapat umum (opini publik) untuk berhati-hati kepada Konservatisme dalam Islam.

Namun rupanya segala hujatan tersebut tak membuat gentar hati Sang Sulthan, beliaupun telah pula memberikan jawaban atas segala hujatan tersebut. Dan jawaban dari beliau sangatlah bagus sangat. Continue reading “Syari’at Islam di Brunei”

Penjajahan Bahasa..

Gedung Rektorat Unand. Populer dengan nama Gedung "Power Rangers" Gambar: Internet

Gedung Rektorat Unand. Populer dengan nama Gedung “Power Rangers”
Gambar: Internet

Beberpa bulan yang lalu kami berkunjung ke bekas kampus kami di Kota Padang tepatnya di Kampus Unand Limau Manis. Karena lapar, maka kami makan di salah satu barak[1] di dekat salah satu gedung perkuliahan yang pernah menjadi tempat kami belajar dahulunya.

Keadaan barak tentunya telah agak sedikit berbeda, walau sudah bertahun-tahun lamanya namun tidak banyak yang berubah kecuali harga makanan yang semakin mahal. Katika itu sedang masa libur semester genap sehingga mahasiswa sedikit. Bahkan di barak ini tidak kami temui seorang mahasiswapun.

Selepas makan maka kamipun pergi ke meja kasir untuk membayar makanan kami. Ketika hendak membayar, salah seorang pelayan perempuan di sana bertanya basa-basi kepada kami “Hendak membayar ya mas..?

Kami terdiam mendengarnya, sudah banyak kiranya yang berubah di kampus ini. Kampus dari universitas kebanggaan kami orang Minangkabau, bagian dari jati diri (identitas) kami, perlambang bagi kecerdasan intelektual kami orang Minangkabau. Telah berubah rupanya..

Dahulu mereka memanggil kami para mahasiswa dengan panggilan uda atau abang yang merupakan panggilan lazim bagi lelaki Minangkabau. Sama agaknya dengan panggilan mas di Jawa (dan juga beberapa kota di Pulau Jawa). Kami terhenyuk, sedih, marah, kesal, dan lain-lain perasaan bercampur baur. Tapi apa hendak dikata, tak patut rasanya kalau kami marah ketika itu.

Kami kembali terkenang akan sebuah tulisan yang pernah dimuat pada salah satu blog yang pernah kami baca dahulunya. Sebuah tulisan yang diangkat dari pengalaman pribadi si penulis, tulisan yang mencemooh (mengkritisi) salah satu kejadian pada salah satu bank di salah satu kota di Sumatera Barat. Continue reading “Penjajahan Bahasa..”

Kembali ke Asal

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Telah lama terfikirkan, memanglah kami orang yang terlalu banyak berfikir sehingga mudah stress, akibatnya badan ini kurus dibuatnya. Engku dan encik tentunya bertanya apa gerangan yang kami fikirkan?

Tak pula begitu berat, masih perkara hari raya yakni “mudik”. Mudik merupakan bahasa asli Melayu, dipakai oleh hampir setiap Puak[1] Melayu. Termasuk oleh kami Orang Minangkabau, kata mudiak biasanya disandingkan dengan kata hilir. Ada juga yang memakai kata hulu, yang merupakan sinonim dari kata mudia atau mudik. Hulu atau mudiak (mudik) berarti panggkal, tempat bermulanya, atau tempat berasalnya.

Dalam kebudayaan Orang Melayu, kata mudiak dan hilir biasanya mengacu kepada sungai atau orang Minangkabau mengenalnya dengan batang aia. Hulu  atau mudiak merupakan tempat berawalnya aliran air sungai, tempat sumber dari air sungai tersebut. Mudiak kadang kala bermakna “atas/bagian atas” karena sungai atau air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah,

Sedangkan hilir atau hilia bermakna bawah ataupun ujung. Dapat juga bermakna tempat kemana berakhir, berujung, atau tujuan.

Bagi orang Minangkabau, kata hulu/mudiak dan hilir digunakan sebagai pembeda kawasan negeri mereka (geografi) seperti Talawi Mudiak dan Talawi Hilir di Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto atau Kamang Mudiak dan Kamang Hilia yang merupakan dua nagari di Luhak Agam, 12 Km dekat Kota Bukittinggi.

Pada masa sekarang, kata mudiak sangat sering sekali terdengar oleh kita, terutama ketika mendekati Hari Raya. Dimana banyak orang pulang kampung dikatakan mereka pergi “mudik”. Agaknya penamaan ini telah berlangsung lama, sebab kalau kita cermati Bahasa Melayu Indonesia sekarang telah banyak terkontaminasi oleh Bahasa Non Melayu. Continue reading “Kembali ke Asal”

Jangan sampai “Tongkat Membawa Rebah..”

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Entahkan senang atau sedih hati ini tatkala mendapat kabar perihal terpilihnya salah seorang “Gadis Minang” menjadi “Perempuan Tercantik” di Republik ini. Kita semuanya tentu telah faham kemana semuanya ini akan bermuara. Ya tuan.. ianya “Miss Universe” atau “Perempuan Tercantik Sedunia”. Dan kami yakin bahwa kita semua tentulah telah faham apa yang harus dilakukan seorang perempuan untuk mendapat pengakuan sebagai “Perempuan Tercantik Sedunia”.

Ya.. tuan, harus bersedia “Bertelanjang” dihadapan orang lain. Memperlihatkan aurat.. na’uzubillah.

Banyak tanggapan yang berdatangan dari orang Minangkabau perihal perkara ini. Salah satunya ialah orang tua kita, Inyiak Muchtar Naim, seorang budayawan, akademisi, dan orang tua yang dalam pandangan kami ialah seorang bijak. Beliau telah menulis sebuah surat yang disampaikan melalui milisnya orang Minang yakni RantauNet. Banyak yang mendukung dan menyokong pendapat beliau ini.

Miss Indonesia 2013 & Miss Worldgambar: Internet

Miss Indonesia 2013 & Miss World
gambar: Internet

Semoga saja, orang kampung kita yang tengah menjadi “Perempuan Paling Cantik di Republik” ini membacanya. Semoga saja Allah membukakan hatinya kepada kebenaran. Semoga saja Hidayah Allah ta’ala disampaikan jua kepadanya hendaknya.

Namun ada satu hal yang menarik dalam penelusuran kami perihal kabar ini. Yakni sebuah percakapan yang bunyinya kira-kira serupa ini “Ah.. sudahlah engku-engku sekalian. Jangan kita ributkan masalah ini. Sebab jika hal ini sampai besar, menjadi polemik, dan perseteruan antara dua kubu. Maka yang diuntungkan tak lain dan tak bukan ialah orang-orang musyrik yang hendak merusak agama dan akidah kita orang Islam. Sebab dengan begitu, nama orang yang menjadi perseteruan akan semakin naik, semakin terkenal, dan tentunya akan semakin banyak mendatangkan uang. Ujung-ujungnya, lembaga yang menaunginya akan kaya-raya..Continue reading “Jangan sampai “Tongkat Membawa Rebah..””

Perspektif Anak Melayu

arwaniaang1 Pada tanggal 10 Desember kemarin, salah satu koran di Malaysia yang dikenal sebagai koran resmi pemerintah mengeluarkan sebuah tulisan. Tulisan ini dibuat oleh Zainuddin Maidin yang merupakan mantan pejabat di masa Pemerintahan Perdana Mentri Abdullah Ahmad Badawi. Adapun isi dari tulisan tersebut menjadi kabar yang tak mengenakkan bagi Indonesia. Karena mantan Presiden Indonesia ke-3 disebut-sebut dalam tulisan tersebut. Tidak hanya disebut, menurut pemberitaan yang beredar apakah itu di media cetak dan elektronik di Indonesia “tulisan itu menghujat Mantan Presiden RI ke-3..

Seperti menyiramkan minyak ke kobaran api, begitulah yang terjadi, Indonesia merupakan “negara bebas..” jadi sangatlah cepat kabar beredar, dan cepat pula pendapat khalayak terbentuk. Tak perlu kami sebutkan disini seperti apa pendapat dari khalayak yang berhasil terbentuk di Indonesia.

Sebelum membahas mengenai “tulisan” dari Engku Zainudin ini, baiklah kiranya kita berkenalan terlebih dahulu dengan beliau. Engku Zainudin atau di Malaysia dipanggil dengan sebutan Datuk Zainudin merupakan seorang politisi dan wartawan. Masa awal karirnya dihabiskan sebagai wartawan, dimana beliau pernah bekerja di perwakilan Koran Utama Malaysia “Utusan Melayu” di London. Kemudian pada tahun 1998 terpilih untuk duduk di Parlemen dari Partai UMNO (United Malay National Organitation). Awalanya posisi yang dipegang di pemerintahan ialah wakil menteri dan kemudian dimasa Tun Abdullah Ahmad Badawi menduduki posisi Mentri Penerangan.

api copyEngku Zainudin inilah yang pada hari Senin tanggal 10 Desember tahun 2012 memuat sebuah tulisan di surat kabar yang pernah ia pimpin. Judulnya ialah “Persamaan BJ. Habiebie dengan Anwar Ibrahim” dalam tulisannya tersebut Engku Zainudin memberikan pandangan subjektif dirinya perihal diri Bapak BJ. Habiebie. Pandangan subjektif yang penuh emosi menyorot sisi negatif dari Bapak BJ. Habibie. Sebuah tulisan yang kemudian memancing kekisruhan di Indonesia.

Orang-orang yang mempermasalahkan dan mengomentari tulisan dari Engku Zainudin. Tulisan engku Zainudin ini menyoroti perihal lepasnya Timur Timor dari Indonesia dimasa Presiden Habibie, yang disebutnya sebagai “Pengkhianat Bangsa”, munculnya 48 partai di Indonesia, kemudian sifat egois dari Bapak BJ. Habibie. Tentunya kesemuanya ini berasal dari perspektif subjektif dari Engku Zainudin.

Adapun sebab musabab kenapa tulisan serupa ini dapat muncul ialah dikarenakan kedatangan Bapak BJ. Habibie di Universiti Selangor untuk memberikan ceramah. Kedatangan beliau ini atas undangan dari Anwar Ibrahim, mantan “Putra Mahkota” yang sekarang menjadi pemimpin oposisi di Malaysia. Continue reading “Perspektif Anak Melayu”