Ilustrasi Gambar: Internet
Orang-orang hebat yang banyak berkomentar di blog kami ini berteriak-teriak “Jangan seperti katak di bawah tempurung. Cobalah engkau tengok negeri-negeri maju di Benua Asia ini. Malaysia, Singapura, Hongkong, Jepang, Korea, Cina, dan lain-lain. Mereka maju karena membuka diri mereka terhadap investor. Tidak seperti orang Minang ini yang penakut, orang-orang Minang seperti engkau yang menolak kehadiran investor..”
Kami tergelak mendapat hujatan serupa ini. Siapakah yang Si Katak dalam hal ini? Benar bahwa negeri-negeri tersebut telah maju pada masa sekarang. Benar pula kalau dua negeri Asia yang disebutkan di atas telah menjadi saingan bagi dua produk teknologi dari Barat. Tapi tunggu dulu kalau dikatakan itu merupakan dampak baik dari investor. Terlalu cepat agaknya enngku dan encik mengambil kesimpulan.
Kemajuan yang mereka capai bukan karena para investor melainkan karena kesungguhan mereka dalam bidang pendidikan. Jangan pula engku dan encik berkata “Bah.. itukan karena investor juga..!!”
Tunggu dulu, kalau boleh kami memberikan contoh bahwa benar kalau Perusahaan Bus ANS, Tranex, dan lain sebagainya merupakan perusahaan pengangkuatan dari Bukittinggi ke Padang. Dengan menumpang ke bus-bus transport tersebut kita dapat sampai dari dan ke kedua kota tersebut. Namun tidaklah benar kalau kami katakan bahwa kita dapat pergi dari Padang ke Bukittinggi karena adanya Bus ANS, Tranex, dan lain sebagainya. Sebab dapat saja kita berjalan menempuh kedua kota ini dengan menggunakan mobil pribadi, onda, menumpang bus pengangkut barang, dan lain sebagainya.
Jadi hendaknya janganlah terlalu cepat kita mengambil kesimpulan duhai engku dan encik. Sebenarnya bukan kemajuan itu yang engku dan encik harapkan melainkan uang, ya uang. Sebab encik penyukai kehidupan kosmopolitan dan glamour. Diskotik, bar, pub, café, mal, mobil mewah, motor sport, berjemur di pantai, hubungan bebas antara lelaki dan perempuan, dan lain sebagainya. Itulah yang engku dan encik harapkan. Tidak ada lagi batasan, halangan, ataupun aturan yang menegah kemaksiatan yang telah banyak dirancang dalam kepala engku dan encik sekalian.
Sebab jika investor datang, maka engku dan encik merupakan salah satu fihak yang diuntungkan..
Sekarang mari kita lanjutkan memperbincangkan perihal negeri-negeri Asia yang maju tersebut. Dalam segi materi mereka memanglah maju namun dari segi bathiniah benarkah mereka maju? Bagi negeri-negeri Asia Timur kita dengan cepat memandang bahwa mereka tetap serta membawa kebudayaan asli mereka dalam kemajuan. Benar pada yang tampak namun sesungguhnya hanya sebagian.
Kerja keras, kegigihan dan kesungguhan, kesetiaan, kepatuhan, dan kejujuran. Namun dari segi akhlak moral mereka, mereka telah terjun bebas. Hampir setiap kemajuan mendatangkan sisi gelap berupa “akhlak binatang”. Binatang tidak pernah tahu yang mana ibu, ayah, saudara, suami atau isteri orang. Jika bersua dengan lawan jenis akan mereka lampiaskan hasrat seksual mereka. Tak perlu rasanya kami berjelas-jelas dalam masalah ini.
Norma-norma adat dan agama dalam hal ini menjadi hilang. Padahal itulah sesungguhnya inti dari kebudayaan itu. Bukan hanya bangunan atau tampilan fisik saja melainkan juga kehalusan budi atau akhlak jualah yang menjadi takarannya.
Negeri Jiran kita yang katanya kuat dalam segi keislamanpun begitu. Di sana, melihat anak gadis berjilbab dan berbaju kurung berciuman, berudaan di tempat tersuruk, berpagutan, dan lain sebagainya telah menjadi fenomena yang biasa. Walau selalu dihujat oleh para orang tua dan kalangan ulama. Mereka sebangsa dengan kita dan telah menempuh kemajuan terlebih dahulu. Alangkah baiknya apabila kita belajar dari kekurangan dan kesilapan yang mereka lakukan. Bukan meniru begitu saja.. Continue reading “Kemajuan ataukah Kemunduran” →