Perihal Soeloeh Melajoe

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Soeloeh Melajoe dan Otoesan Melayoe merupakan nama dua surat kabar di Sumatera Barat. Terbit sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Bandar Padang. Kedua surat kabar ini didirikan oleh seorang penghulu yang berasal dari Nagari Sulik Aia (Sulit Air). Beliau merupakan pribadi terdidik dan memiliki pandangan untuk memajukan adat dan negeri.

Mahyoeddin Datuak Soetan Maharadjo (ditulis juga dengan Mahyuddin Datuk Sutan Maharadja), itulah orangnya. Sosok yang teramat mencintai Alam Minangkabau beserta adatnya. Hal ini membuat dia berada pada posisi berseberangan paham dengan para tokoh pembaharu Islam di Minangkabau saat itu. Sebut saja ayahnya Buya Hamka yakni Haji Rasul. Pertentangannya dengan golongan pembaharu ini tidak terlepas dari latar belakang kehidupan keluarganya.

Blog ini dibuat dengan mengambil dua dari nama surat kabar yang dipimpin oleh Dt.St.Maharadja, semata-mata hanya ingin membangkitkan nuansa kedaerahan pada namanya. Sebab patut menjadi perhatian utama kita, kenapa beliau memakai nama “Melajoe” (Melayu) pada surat kabarnya bukan “Minangkabau”. Bagi orang yang belum atau tidak pernah belajar adat tentunya bingung, untuk itulah blog ini kami dirikan.

Kami sendiri sebagai pengelola blog adalah orang-orang yang mengakui Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah. Adat dan Islam berpadu menjadi satu di Alam Minangkabau dan Ranah Melayu. Hanya sedikit pertentangan yang terjadi, hal ini wajar karena proses Islamisasi masih berlangsung dan akan terus berlangsung di Alam Minangkabau.

Kami mengakui bahwa “Kitabullah” merupakan sumber dari segala sumber hukum bagi kita umat Muslim, Melayu, dan Minangkabau. Bagi orang-orang pandir, adat dan Islam di Minangkabau bagi mereka adalah berlawanan. Untuk itulah kami mendirikan blog ini, untuk belajar dan memberikan pembelajaran. Kami pengelola blog tidaklah lebih baik dari pembaca menyangkut perkara adat dan agama di negeri kita.

Blog ini didirikan karena keprihatinan atas keadaan yang ada. Sebagaimana yang telah diramalkan oleh junjungan kita Muhammad Rasulullah bahwa kelak di akhir zaman akan muncul “orang-orang yang sedikit pengetahuan lebih banyak bicaranya. Sedangkan orang yang banyak pengetahuan, sedikit bicaranya”. Sangat banyak kita temui saat ini, orang-orang pandir yang sedikit pengetahuan adat dan agamanya, bercakap bak orang yang sudah ahli mengenai kedua perkara tersebut. Sedangkan orang pandir yang lain, mengamininya. Na’uzubillah..

Selamat membaca, kami sangat berterimakasih jika tuan-tuan, engku-engku, encik-encik, dan rangkayo sidang pembaca bersedia memberi komentar, pendapat, ataupun masukan terhadap tulisan dan blog kami ini. Tentunya kami sangat berharap, dalam memberikan pendapat kita tetap berpegang teguh kepada ajaran adat kita yakni kato nan ampek. Banyak orang sekarang yang kalau bercakap, lawan bicara dianggap sama besar atau bahkan lebih kecil dari dirinya. Janganlah semacam itu, kita ini bangsa beradat..

Nan darah alun satampuak pinang, nan umua alun satahun jaguang. Ambo ketek mohon dimaafkan..

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Leave a comment