Tragedi Muslim Bitung

Tengoklah. ada Bintang David pada lambang Milisinya [Sumbar Gambar: Disini]

Setahun lalu terjadi Tragedi Tolikara di Irian Jaya (Papua), para pelaku yang melakukan pembakaran masjid mendapat jamuan dari Sang Raja. Beberapa bulan kemudian terjadi pembokaran gereja di Aceh, Sang Raja marah dan minta diusut. Kini terjadi penindasan terhadap umat muslim di Bitung Sulawesi Utara. Akankan akan mendapat jamuan pula mereka dari Sang Raja?

GEROMBOLAN TERORIS KRISTEN RADIKAL MELAKUKAN AKSI TEROR TERHADAP UMAT ISLAM DI SULAWESI UTARA

Umat Islam di Bitung, Sulawesi Utara Ternyata Mengalami Teror. Milisi dan Ormas Kristen yang melakukan Teror terhadap pembangunan Masjid As Syuhada, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Menjadi penduduk mayoritas di Indonesia bukan menjadi jaminan umat Islam tidak mengalami tekanan dan teror. Hal ini seperti dialami umat Islam di Kota Bitung, Sulawesi Utara. Tekanan itu salah satunya, adalah dengan adanya larangan berkegiatan selama bulan Ramadhan.

Continue reading “Tragedi Muslim Bitung”

Kenangan di Negeri Pulau Seberang

Beberapa hari yang silam kami berkesempatan menziarahi salah satu kerajaan di republik ini. Banyak orang memuji-muji kerajaan ini, mulai dari system monarki yang masih bertahan hingga kini dan menjadi jati diri (identitas) penduduknya. Kemudian keberadaan beberapa universitas tersohor yang mengharumkan nama negeri ini. Kemudian ada lagi yakni keramahan penduduknya yang terkenal “sangat santun”.

Namun sayangnya kami tak mendapati itu semua, entahkah karena nasib kami yang malang atau memang demikianlah keadaan sebenarnya? Kami belumlah patut mengambil kesimpulan mengenai perkara ini.

Hanya saja sepanjang pengalaman kami yang singkat di negeri ini – negeri yang juga dikenal dengan salah satu dari negeri-negeri tujuan pelancongan (wisata) di republik ini – kami sama sekali tak mendapati keramahan seperti yang dibual-bualkan oleh orang-orang. Bahkan tatkala kami berkesempatan melancong ke kawasan istana raja mereka, kami mendapat perlakuan kasar dari petugas di sana.

Namun yang menarik hati kami ialah di ibu negeri dari kerajaan ini sangat susah kami menemukan surau (masjid). Justeru gereja tempat beribadah orang nasrani lebih banyak berserakan. Kata orang, surau-surau di kota ini terletak tersuruk. Lagi pula tingkat pemahaman beragama orang-orang di negeri ini juga tidak sama dengan daerah lain apalagi jika dibandingkan dengan Sumatera.

Salah seorang kenalan menjelaskan “Nikah beda agama bagi orang-orang disini bukanlah sesuatu yang ganjil. Sudah biasa, dan banyak anak-anak memiliki agama berbeda dengan oranag tuanya. Termasuk salah seorangnya kawan kami di kantor. Namun Islamnya hanya Islam KTP saja, tak pernah shalat..”

Sekarang fahamlah kami kenapa faham SEPILIS begitu cepat menyebar di pulau ini. Serta betapa banyak pula diantara mereka yang mencemooh bahwa sekelompok orang di republic ini hidup dengan toleransi yang tipis. Sebab bagi mereka toleransi ialah nikah beda agama, merayakan hari besar agama lain, tidak menghiraukan pantangan dalam Islam dan hidup bebas tanpa batas. Hanya mengakui dan menghormati hak-hak individu. “Agama ialah urusan peribadi dengan Tuhan..” Continue reading “Kenangan di Negeri Pulau Seberang”

Jejak Islam di Eropa

Masjid Raya Cordoba yang sekarang menajdi Kathedral lustrasi Gambar: Internet

Masjid Raya Cordoba yang sekarang menajdi Kathedral
lustrasi Gambar: Internet

Bulan Ramadhan ini kita disuguhi oleh berbagai  acara di televisi yang bertemakan Ramadhan. Dari sekian banyak acara televisi, hanya beberapa yang benar-benar berfaedah bagi kita umat muslim. Apakah itu berfaedah bagi pengetahuan kita tentang hukum (syari’at) agama kita maupun pengetahuan tentang sejarah dan peradaban yang telaha dilahirkan oleh Islam. Kita patut berbangga hati.

Ada sesuatu hal yang menarik hati kami tatkala menonton salah satu acara Ramadhan di televisi. Yakni suatu acara yang meninjau kehidupan umat Islam masa sekarang di beberapa negara yang Islam menjadi agama minoritas. Mereka mengkaji perihal kehidupan umat Islam serta sejarah penyebara Islam di negeri mereka tinggal.

Pada beberapa episode, mereka membahas mengenai kehidupan dan sejarah umat Islam di beberapa negara Eropa yakni negara-negara Balkan. Di sini Islam sangat minoritas, kedatangan agama kita di negara-negara ini tidak terlepas dari perenan Kesulthanan Turki Usmani[1]. Kekuasaan Turki pun berlangsung cukup lama pada beberapa negara, bahkan ada yang mencapai 500 tahun.

Ada satuhal yang menarik hati kami, yakni di Eropa, begitu Turki angkat kaki dari negara mereka. Maka mereka segera melakukan pengubahan fungsi pada beberapa masjid nan cantik dan elok serta kaya akan nilai seni tinggi (artistik) menjadi gereja atau katedral.

Berlainan dengan kita di Indonesia, dijajah oleh Belanda tidak selama dengan yang terjadi di Eropa. Ketika orang-orang Belanda angkat kaki dari negeri kita, tidak ada satupun gereja yang kita ubah menjadi masjid. Mereka tetap kita perkenankan untuk beragama dan menjalankan ibadah agama mereka.

Mungkin engku dan encik berkata bahwa orang-orang Turki sangat kejam ketika menguasai negeri mereka.

Kami tanya balik, sudahkah engku dan encik pelajari sejarah negara-negara ini dengan baik. Tanpa ada syak-wasangka serta mempergunakan sumber-sumber yang objektif dalam hal ini? Continue reading “Jejak Islam di Eropa”

Shalat di Surau

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Tatkala kami mulai memasuki masjid dan bersiap hendak mendirikan shalat berjama’ah di masjid dekat rumah kami. Terbaun oleh kami bau obat balsem yang biasa dipakai oleh orang apabila masuk angin. Setelah kami amati dengan baik, rupanya bau itu berasal dari obat koyo bermerek Salonpas. Awalnya kami merasa terganggu dengan bau ini. Namun dengan segera fikiran tersebut sirna dengan sendirinya.

Suara-suara di hati kamipun berujar “Ah.. kenapa engkau merasa terganggu dengan bau ini. Cobalah tengok orang itu, walau dia sakit kurang enak badan, namun dibawanya juga badannya yang sakit itu ke surau. Bagaimana dengan engkau..?! Dengan alasan sakit yang tidak mengurangi segala daya dan upayamu untuk datang ke surau. Akan tetapi engkau malah memilih untuk tetap berdiam di rumah dengan alasan “sakit”. Tak malukah engkau dengan orang itu? Tak malukah engkau..!”

Tersirap darah kami mendengar kata-kata yang keluar begitu saja dari dalam hati kami. Memang benarlah demikian adanya engku. Terkadang terbit rasa enggan di hati ini untuk datang ke surau apabila terasa sedikit rasa sakit di badan ini. Atau apabila hujan terun walau tidak begitu lebat, tetapi kami jadikan alasan untuk tidak datang ke surau mendirikan shalat berjama’ah.

Dan senja hari ini disaat magrib, kami merasa malu sendiri dengan diri kami. Kalah dari orang lain dalam perkara remeh ini. Perkara datang ke masjid.. Continue reading “Shalat di Surau”

Surau yang bertambah ramai

Beberapa hari ini tatkala kami pergi shalat ke surau, terasa ada yang lain. Yakni jumlah jama’ah shalat menjadi bertambah. Khusus untuk shalat Magrib dan Isya, dimana hanya setengah shaf kedua yang penuh, pada beberapa magrib kali ini, shaf ke dua hampir penuh. Kami terkejut dan sekaligus senang, siapa yang takkan senang jika surau bertambah ramai.

Kami perhatikan beberapa orang jama’ah, memanglah terdapat beberapa orang muka-muka baru. Kami teringat tatkala beberapa hari yang lalu memperhatikan beberapa orang baru di lingkungan kami. Tampaknya mereka ialah anak kos baru, para siswa APDN. Sepertinya mereka sedang praktek di salah satu kantor pemerintahan di tempat kami. Continue reading “Surau yang bertambah ramai”

Menenggang Orang Lain

 Mendidik Anak ke Surau

 

Apa yang tuan kerjakan di malam Satu Syawal?  Takbiran kah? Ya mungkin bagi beberapa diantara tuan namun bagi sebagian lain tidak demikian halnya. Ada yang sibuk membersihkan rumah, menyelesaikan pembuatan kue ataupun hidangan untuk besok, dan lain sebagainya.

Alangkah indahnya apabila segala kesibukan kita lalui bersama keluarga, seluruh anggota keluarga tentunya. Disinilah letak indahnya Hari Raya tuan, karena kita kembali berkumpul dengan keluarga. Memanglah ada terdapat beberapa keluarga yang berkumpul tidak secara lengkap. Namun kami berharap bahwa kebersamaan dan kebahagiaan ini tidak berkurang hendaknya.

Dalam pelaksanaan Shalat Hari Raya di daerah kami (Minangkabau), sangat jarang Shalat dilakukan sesudah pukul delapan. Shalat Hari Raya dilaksanakan dalam rentang waktu pukul 07.30-08.00 pagi. Hanya sebagian kecil yang menunaikan shalat sesudah pukul delapan, penyebabnya ialah karena pengurus terlalu banyak meminta sumbangan kepada jama’ah. Maklumlah tuan, para perantaukan sedang di kampung, saatnya untuk memeras mereka. Sungguh ther..lha..lhu..

Salah satu fenomena saat ini dikala shalat berjama’ah di masjid ialah kehadiran anak-anak kecil yang masih berusia di bawah lima tahun. Dalam kesempatan langka yang hanya satu kali setahun ini, para orang tua berkeras hati membawa anak-anak mereka yang masih kecil, bahkan yang masih dalam pangkuan ke masjid. Entah apa tujuan dari mereka ini, namun yang pasti ialah kami para jama’ah sangat terganggu sekali. Sebab anak-anak ini lebih banyak membuat gaduh, mengganggu jama’ah yang sedang beribadah, menangis, merengek, dan lain sebagainya.

Anehnya ialah para orang tua ini sama sekali tidak merasa malu, apalagi merasa bersalah. Sungguh tak dapat kami berfikir, ada apa dengan mereka, apakah otak mereka sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya?

Dalam agama kita, anak-anak boleh dibawa ke surau hanya  bagi anak-anak yang telah dapat diajari perihal perkara baik dan buruk. Allah Ta’ala sendiri telah memerintahkan bahwa apabila anak sudah berusia tujuh tahun maka suruhlah untuk shalat. Apabila mereka tidak mau, maka pukullah. Memanglah benar tuan, bagi anak yang berumur diatas tujuh tahun. Sedangkan bagi anak yang dibawah umur tujuh tahun, lebih banyak mudharatnya tuan. Kalau ingin mengenalkan mereka ke surau, bukan begitu caranya, dan belumlah datang masanya. Continue reading “Menenggang Orang Lain”