Taratik Bercakap (Etika Berkomentar)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Engku dan Encik Sekalian..

Terimakasih telah meluangkan waktu engku dan encik untuk membaca blog kami yang sangat sederhana ini. Dan bertambah pula syukur kami apabila ada di antara engku dan encik yang menyempatkan diri untuk memberikan beberapa pendapat (komentar) mengenai beberapa tulisan kami yang terdapat di blog ini.

Namun engku dan encik sekalian..

Terdapat beberapa halangan bagi kami dalam menyetujui setiap pendapat (komentar) yang engku dan encik sampaikan. Halangan utama ialah pada sisi “taratik” (etika). Bagi yang bukan orang Minangkabau kami perkenalkan bahwa dalam adat kami orang Minangkabau (kearifan lokal) terdapat suatu prinsip pengajaran orang tua-tua di kampung kami di Minangkabau ini. Prinsip itu ialah “Fikirkan dahulu apa yang hendak kamu sampaikan dan jangan kamu sampaikan apa yang sedang terfikirkan”

Arti dan maknanya ialah mengutamakan “raso jo pareso” dalam setiap perbuatan, tindakan, ataupun ucapan lisan. Fikirkan orang lain yang akan “Tasingguang ka naiak – Talantuang ka turun”. Itulah keindahan budi-bahasa orang Minangkabau zaman dahulu yang telah hilang tak dipakai oleh orang Minangkabau masa sekarang. Serta Kato Nan Ampek hendaknya dipakai jugalah dalam blog ini.

Namun kami yakin, prinsip semacam itu juga dianut oleh setiap bangsa berkebudayaan di negeri-negeri Timur ini. Hanya karena orang sekarang lebih mengutamakan pendidikan yang bersandarkan kepada Logika & Materi sajalah sehingga meakibatkan banyak orang-orang zaman sekarang yang tak beretika, tidak halus budi-bahasanya atau kurang rasa “sensitivitas” dirinya terhadap orang lain dan lingkungan.

Kami tak hendak menjadikan blog ini sebagai salah satu sarana tempat untuk saling hujat-menghujat, caci-mencaci, maki-memaki, kasar-mengasari, dan lain sebagainya. Seperti yang terjadi pada beberapa blog yang lain.

Menyerang pribadi dalam setiap pendapat (komentar) juga tak dibenarkan. Serta hendaknya pemakaian huruf besar (kapital) dan “Tanda Baca” juga diperhatikan dalam taratik (etika) menulis pendapat (komentar).

Oleh karena itu, kepada engku dan encik yang pendapat (komentarnya) tak dapat kami tampilkan kami mohon maaf.

Terimakasih kami haturkan kepada engku dan encik sekalian, semoga apa yang engku dan encik dapatkan dalam blog ini dapat menambah pengetahuan engku dan encik sekalian, memperkaya wawasan, membuka kesadaran, dan menambah pola berfikir.

Akhirul Kalam, Rambut Boleh Sama Hitam duhai engku dan encik sekalian. Engku dan encik tak mesti sependapat dengan kami dan begitu pula kami tak mesti sependapat dengan engku dan encik sekalian. Engku dan encik punya Logika begitu pula kami.

Terimakasih sebelumnya kami ucapkan,

Wassalam  Mu’alaikum..

Hormat Kami,

Sutan Paduko Basa

2 thoughts on “Taratik Bercakap (Etika Berkomentar)

  1. Apa yang engku sampaikan sangatlah mengena di hati kami memang seperti itulah seharusnya kita bersikap, walaupun kita diberi kebebasan kita juga harus memperhatikan batas – batas kebebasan orang lain. mudah – mudahan nilai kearifan lokal yang sudah mulai memudar ini kembali pada tempatnya dan kita bisa kembali menikmati keindahan nilai – nilainya di setiap sendi kehidupan kita sebagai orang Minang.

Leave a comment