Watak Pembangkang

Salah satu kejadian baru-baru ini nan membuat heboh [Sumber Gambar: Disini]

Telah banyak kami dengar orang-orang di rantau mencemooh watak (mental) orang Minangkabau yang tiada pandai melayani orang nan datang. Kata mereka “Bagaimana pelancongan (pariwisata) itu hendak dikembangkan kalau melayani orang datang saja tiada pandai. Kasar dan maunya hendak dilayani orang awak ini. Berlainan dengan daerah di Pulau Seberang sana, mereka ramah-ramah dan pandai melayani..”

Tersenyum kami mendengarnya “Tiada mengapa engku, baguslah demikian. Tanda orang Minangkabau ini tiada mudah diperintah, dipandir-pandirkan, terpengaruh dengan pencitraan, dan mudah dimasukkan ke dalam Karung oleh Media. Kami sendiri tiada sesuai dengan keinginan (ambisi) sebagian besar kepala daerah di negeri kita nan hendak mengembangkan dunia pelancongan..” jawab kami ringan. Continue reading “Watak Pembangkang”

Husni Kamil Manik, Kenangan

Sumber Gambar: Disini

PEJABAT MERAKYAT TIDAK LUPA SAHABAT
IN MEMORIAL : HUSNI KAMIL MANIK……….

Malam tadi sepulang dari mudik ke kampung halaman yang terletak di sebuah nagari di kaki Gunung Tandikek. Tepatnya  di Nagari Lurah Ampalu Tujuh Koto Kab. Padang Pariaman. Selama di kampung, aku tiada memegang handphone dan tentu saja tak membuka satupun Media Sosial (medsos). Hal ini karena kegiatan di kampung banyak sakralnya.

Tatkala sampai di Bandar Padang sekitar pukul 21. 00 WIB. Ketika itu aku membuka hape dan melihat status salah seorang kawan mahasiswa yang bernama Muttaqin Kholis Ali. Status di dinding facebooknya membuat berita duka “HUSNI KAMIL MANIK, ketua KPU RI meninggal dunia” Continue reading “Husni Kamil Manik, Kenangan”

Lakon baru di Betawi

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Perang baru telah dibuka antara Cicak melawan Buaya dan agaknya medan baru ini berlainan dengan medan yang sebelum-sebelumnya, walaupun demikian masih terdapat kemiripannya dengan kasus terakhir, seorang anggota polisi yang menjadi penyidik KPK dan hendak ditangkap oleh institusi lamanya dengan modal “kasus delapan tahun  nan silam” dan sekarang terjadi lagi penangkapan terhadap Keluarga Besar KPK, yang ditangkap bukan lagi Penyidik mereka melainkan salah seorang pimpinan.

Budi Wahyono ditangkap dikarenakan kasus 2010 nan silam, persis sama dengan Kompol Penyidik KPK tahun 2012 nan silam, dimana untuk kali ini BW dituduh berada dibalik keterangan palsu saksi dalam sidang Pengadilan MA ketika itu. Engku BW ditangkap ketika hendak mengantarkan anaknya ke sekolah di salah satu kota satelit Jakarta.

Entah kami saja yang merasakan, entah engku-engku juga merasakan karena ketika mendengar kasus penangkapan ini kami segera terkenang dengan penangkapan terhadap Kompol Penyidik KPK yang berusaha ditangkap oleh institusi asalnya. Hal tersebut berkaitan dengan penyidikan salah satu kasus korupsi perihal Simulator. Dan sekarang Engku BW ditangkap, dengan mudah orang mengaitkan dengan penetapan tersangka baru KPK dalam kasus korupsi yakni kasus “Rekening Buncit”. Dimana salah seorang tersangkanya dicalonkan menjadi calon Ketua Polisi di republik ini oleh Tuan Presiden. Continue reading “Lakon baru di Betawi”

Kisah Foto Tuan Presiden

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Ini kisah yang kami dengar dari salah seorang kawan, pada suatu ketika kawan kami ini bercakap-cakap dengan kawannya yang seorang guru. Maklumlah percakapan orang sekarang, tak jauh dari orang nomor satu di republik ini. Rupanya kawan dari kawan kami yang seorang guru ini berkisah perihal pengalamannya di sekolah bersama anak-anak muridnya.

“Apa hubungannya dengan Si Sani engku..?!” tanya engku kepada kami. Marilah kami kisahkan;

“Pada suatu ketika saya mendapat pembagian tiga buah gambar dari bagian Tata Usaha di sekolah kami, satu foto presiden, satu foto wakilnya, dan satu lagi foto lambang negara kita. Saya bawalah ketiga jenis foto itu ke kelas dimana sayalah wali kelasnya. Di hadapan anak-anak murid saya katakan ‘Anak-anak sekalian, kita mendapat pembagian tiga buah foto, dimana ketiga foto ini mesti kita gantungkan di dinding kelas kita..’ seru kami di hadapan kelas”

“Anak-anak diam semua, memandang ke arah saya dengan rasa ingin tahu ‘Foto apakah itu gerangan engku guru’ terdengar suara mereka tak beraturan. Dengan senyum yang dipaksakan kami angkat ketiga foto tersebut ‘Tentulah foto pemimpin negara kita anak-anak..’ jawab kami lebay”

“Tahukah engku apa yang terjadi?” tanya kawan tersebut kepada kawan kami. Kawan kami menggelang.

“Beberapa orang anak murid saya berkata memprotes ‘Aduh engku guru, janganlah sampai digantung di muka kelas kita..’ Kami senang sekali mendapat protes, namun apa hendak dikata, tugas sebagai pegawai mesti di dahulukan, mesti setia kepada Big Bos saya.” Continue reading “Kisah Foto Tuan Presiden”

Mecontoh ke Nan Elok

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Beberapa hari silam kami mendengar salah seorang guru di kota kami berkeluh “Bagaimana kita hendak menyuruh anak murid kita untuk tidak melipat lengan baju mereka, sementara itu Presiden dan Para Mentrinya yang “terpilih” bersikap sebaliknya..”

Guru tersebut ialah guru sebuah sekolah SD di kota kami, memanglah anak sekolah SD di kampung kami memakai baju lengan panjang dengan celana panjang, sudah menjadi ketentuan di tempat kami, telah di Perdakan (Dan Perda tersebut yang saat ini sedang menjadi incaran bagi partai penguasa untuk dihapuskan). Tatkala kami mendengar kisah dari guru tersebut kami hanya tersenyum saja, beberapa orang geleng-geleng kepala sambil menahan gelak.

“Bagi mereka keren itu engku, tanda orang ringan tangan..” seru seorang rangkayo mencemooh.

Sang Engku Guru hanya tersenyum sinis “Ya, mereka cakap kerja, seperti kata Buya Hamka; kalau hidup sekadar hidup – kera di rimba juga hidup. Kalau kerja sekadar bekerja – kerbau di sawah juga bekerja. Kalau kata awak berkarya..”

Aha.. kami terkenang dengan postingan gambar Buya Hamka dengan pesan bijak beliau tersebut pada beberapa masa yang lalau di fesbuk, kami hanya tersenyum. Kesal agaknya engku guru tersebut, semakin bertambah pening dia dibuatnya akibat ulah anak muridnya yang semakin banyak perangai. Apalagi kalau mencontoh ke yang tak baik.

“Tidak hanya itu engk – engku, sudah lama kiranya anak-anak sekolah, terutama anak SMP dan SMA yang suka mengeluarkan baju seragam mereka dari dalam celana. Sudah menjadi kelaziman agaknya,padahal sudah jelas-jelas peraturan yang kita buat melarang perbuatan yang demikian. Kami sedih dan kesal dengan sinetron remaja yang memberikan contoh yang tidak baik tersebut, sudah menjadi watak anak-anak yang suka meniru-niru. Namun pada masa sekarang menjadi semakin parah setelah para pemuka negeri ini dengan percaya diri serta senyum pandir mengambang di wajah mereka mempertontonkan bagaimana cara berpakaian yang baik kepada murid-murid kita itu..” tambah si engku guru. Continue reading “Mecontoh ke Nan Elok”