Perang Asimetris Cina

Disalin dari fesbuk seorang kawan:

Picture: Here

Picture: Here

Cina dan Strategi Perang Asimetris.

Dalam kajian strategi dan tata kelola strategis, Perang Asimetris merupakan metode peperangan gaya baru secara non-militer, tetapi memiliki daya hancur tidak kalah hebat bahkan dampaknya lebih dahsyat dari perang militer. Dalam konteks inter-state relations yang menjadi sasaran dari Perang Asimetris ada tiga, pertama, membelokkan sistem sebuah nation-state sesuai arah kepentingan kolonialisme/kapitalisme. Kedua, melemahkan ideologi serta mengubah pola pikir rakyatnya dan ketiga, menghancurkan food security (ketahanan pangan) dan energy security (jaminan pasokan dan ketahanan energi) suatu nation-state dimana selanjutnya menciptakan ketergantungan sang target terhadap nation-state lain khususnya negara ‘kolonial’. Bentuk Perang Asimetris diantaranya melalui mengubah kebijakan negara-bangsa sasaran dengan ciri non-violence.

Pertanyaannya kini adalah bagaimana modus Perang Asimetris yang sering dilakukan oleh Cina dalam konteks inter-state relations. Sejak memasuki era reformasinya, Cina mengalami masa transformasi dan konvergensi ke arah kapitalisme. Efeknya kemudian adalah Cina melahirkan kebijakan One Country and Two System, yakni sistem negara dengan elaborasi ideologi sosialis/komunis dan kapitalis. Dengan kata lain, model perekonomian boleh saja bebas, sebagaimana kapitalisme berpola mengurai pasar, akan tetapi secara politis tetap dalam kontrol negara (Partai Komunis Cina). Artinya, para pengusaha boleh berada di garda depan membuka ladang-ladang usaha di luar negeri, tetapi ada back up militer (negara) di belakangnya. Itulah titik poin konsepsi One Country and Two System yang kini tengah dijalankan oleh Cina di berbagai belahan dunia. Continue reading “Perang Asimetris Cina”

Cina Lagi Cina Lagi

Picture: Here

Di dalam besi-besi tiang pancang untuk pembangunan infrastruktur yg diimpor dari Cina diketahui dijadikan sarana untuk memasukkan narkotika dan obat-obat terlarang jenis sabu seberat 5 kilogram per tiangnya besinya. Tinggal dikalikan saja berapa tiang besi yg diimpor dari Cina itu (beserta pekerja-pekerjanya) yg dijadikan alat kirim narkoba tersebut.

Negara diutangi. BUMN dijaminkan. Proyeknya dikuasai. Lapangan kerja dihabisi. Generasi muda produktifnya dirusak dengan peredaran narkotika yg keji.

Lalu kemudian kamu masih bisa berkata ‘Keep Calm’ dan ‘Think Positive’?

Analoginya, ada orang masuk ke dalam rumahmu tanpa seizinmu. Kemudian tingkah lakunya mencurigakan. Badannya tatoan. Mulutnya bau minuman keras. Bahkan mengajak anak istrimu mabuk-mabukan.

Tapi kamu masih bilang, “Tenang. Jangan berprasangka buruk. Berpikir positif saja. Mereka itu tamu biasa.”

***
Hellaaaaaaaaw? Are you insane?

Continue reading “Cina Lagi Cina Lagi”

Mulut Buaya dan Harimau

Ilustrasi Gambar: Internet*

Ilustrasi Gambar: Internet*

Sebentar lagi saudara-saudara kita yang tinggal di Sumatera Barat akan segera melakukan pemilihan untuk Gubernur, beberapa bupati dan wali kota di propinsi ini. Sungguh sangat menarik kami dapati bahwa hanya ada dua pasangan calon untuk pemilihan ini, setidaknya akan hemat biaya. Gubernur  sekarang rupanya hendak memperpanjang masa jabatannya menjadi dua periode adapun dengan wakilnya yang telah uzur rupanya tak sabar pula hendak menjadi gubernur, takut tak sempat kalau terus setia menjadi wakil. Akhirnya pecahlah kongsi mereka..

Ada yang menarik dalam proses kali ini, sebelumnya beberapa orang sudah menggadang-gadangkan hendak ikut pemilihan namun rupanya tak jadi. Apa hal? entahlah, ota di lapau tampaknya lebih hebat untuk menguliti maksud nan tak jadi tersebut.

Hal menarik lainnya ialah calon wakil gubernur pada salah satu pasang calon, ia ialah Ketua Bandar yang dahulu pernah dengan kerasnya hendak mendatangkan SALAMAK ke Bandar Padang. Beberapa orang telah berucap “Tak ada malu ia..” beberapa orang tentu lain pula pendapatnya, terutama bagi para pendukungnya. Namun satu yang terkenang oleh kami selain sikapnya yang hendak bersahabat dengan pengusaha kristen tersebut ialah bahwa ia satu-satunya mantan kepala daerah yang berani bercarut[1] di hadapan khalayak. Carut tersebut diucapkannya di akhir masa jabatannya pada upcara perpisahan dirinya sebagai kepala daerah. Continue reading “Mulut Buaya dan Harimau”

Unjung Tombak Kapitalisme

Seorang pemimpin pribumi tengah menyambut datangnya seorang penjajah di negerinya. Gambar: http://home.iae.nl/users/arcengel/NedIndie/atjeh.htm

Seorang pemimpin pribumi tengah menyambut datangnya seorang penjajah di negerinya.
Gambar: http://home.iae.nl/users/arcengel/NedIndie/atjeh.htm

Mendengar perkembangan keadaan pada masa sekarang di ibu negeri propinsi ini, membuat kami terkenang akan bacaan yang pernah kami baca. Berkisah perihal keadaan dimasa kolonial di Hindia Belanda, bagaimana negeri ini dilelang kepada para investor yang datang dari luar. Berikut petikan kisahnya;

Menanggapi risalah De Millionen uit Deli ( Jutaan dari Deli, tertanggal th.1902 beredar 2 tahun selepasnya) dari seorang advocat yang bernama J. van den Brand dimana pada risalah tersebut dia mengisahkan perlakuan kejam perusahaan perkebunan onderdeming terhadap buruh disana. Akhirnya Pemerintahan Kerajaan Belanda mengirim seorang penyidik yang bernama Hakim J.L.T. Rhemrev, namun hasil penyidikan dari hakim tersebut lebih parah dari laporan J. van den Brand. Akhirnya laporan tersebut disembunyikan, tak pernah diumumkan. Menteri Jajahan J.T.Cremer mengatakan bahwa dimasa dia menjadi Administratur Maskapai Deli, hal tersebut tiada pernah berlaku. Katanya, mungkin iklim panas-terik telah mempengaruhi moral orang-orang kulit putih yang ada di sana.

Gampang saja Menteri Cremer mencari alasan, seakan cuaca Sumatera sudah berubah setelah ia meninggalkan pulau itu. Demi tembakau, penguasa-penguasa Pribumi telah mengobral tanah kepada kaum modal onderdeming dan memporak-porandakan Hukum Adat dan tanah warisan turun temurun Pribumi Sumatera Timur. Sudah selama tiga puluh tahun lebih beribu-ribu hektar Tanah Adat di Sumatera Timur diobral menjadi tanah konsensi oleh keserakahan sulthan-sulthan kepada kaum modal perkebunan tembakau dan sekarang juga karet.

Berita-berita mengerikan dalam Sumatera Post tentang kerakusan pengusaha-pengusaha perkebunan Eropa yang tak henti-hentinya mencari tana-tanah subur di Sumatera Timur.

Pramoedya Ananta Toer. Jejak Langkah. Lentera Dipantara. Jakarta (cetakan kesembilan). 2012 (Hal. 240-241)

Betapa terkejut kami membaca kisah yang ditulis salah seorang pujangga yang beraliran kiri tersebut. Kata orang, hanya keledai dungulah yang terperosok ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Dan betapa terpananya kami bahwa betapa kemirian keadaan pada masa kolonial dimana kita masih dijajah oleh Bangsa Kulit Putih dengan keadaan sekarang, padahal kita telah diperintah oleh bangsa sendiri. Memanglah kata orang, penjajahan oleh saudara sebangsa lebih kejam daripada bangsa asing.

Terkenang kami tatkala masih panas-panasnya penolakan terhadap Luppo Grup di Minangkabau ini. Salah seorang pemimpin di provinsi ini dengan tiada malu berujar “Tiada seorang kepala daerahpun yang anti kepada investor..”

Entah kepala kami yang terantuk kepada sesuatu tanpa sepengatahuan kami atau kepala daerah yang dengan gelar akademis yang sangat tinggi itu yang bengak. Bukankah investor itu sama dengan para kolonialis kapitalis yang pada masa dahulu (kolonial) menghisapi negeri kita hingga merana?

Kawan kami kata “ Penjajahan itu ada pada setiap masa engku, hanya bentuknya saja yang berlainan..” Continue reading “Unjung Tombak Kapitalisme”

Berkaca dari Banten

Propinsi Banten Sumber: Internet

Propinsi Banten
Sumber: Internet

Sekarang, orang-orang sedang diributkan dengan penetapan Gubernur Propinsi Banten sebagai tersangka tindakan korupsi perihal sengketa pemilu pada salah satu kabupaten di propinsi tersebut. Sungguh sangat menarik apabila engku, encik, serta rangkayo hendak melihat lebih dalam. Bahwa Banten merupakan salah satu propinsi terkaya dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)nya yang tinggi yakni sekitar Rp. 3,03 Triliun.[1]

Namun di satu sisi, daerah ini juga dikenal dengan tingkat pengangguran dan kemiskinannya yang juga tinggai. Sungguh sangat menarik engku dan encik sekalian, bagaimana dapat hal yang demikian dapat berlaku?

Bukankah apabila kita pakai logika engku, encik, serta rangkayo sekalian Pendukung SILOAM, yang berlaku di Banten harusnya ialah sebaliknya yakni tingkat pengangguran rendah dan kemiskinanpun rendah pula..?

Banten merupakan propinsi yang kaya, kekayaannya didapat sebagian besar dari investasi. Selain dari keberadaan Bandar Udara Terbesar di Indonesia[2] serta Pelabuhan Merak yang juga merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia.  Belum lagi apabila kita lihat dengan keberadaan beberapa daerah industri pada beberapa daerah tingkat dua di propinsi tersebut.[3] Investor yang datang menawarkan uang telah menggoda hati. Continue reading “Berkaca dari Banten”