Ilustrasi gambar: Internet
Sering kita lihat orang berdebat mengenai beragam persoalan. Ada yang tenang, sabar, dan lapang hatinya namun ada pula yang keras, tak mau mengalah, merasa benar, dan pantang untuk disanggah. Lebih banyak jenis orang kedua dibandingkan yang pertama kami temui dalam kehidupan ini engku dan encik sekalian.
Begitulah, orang sekarang banyak yang sempit hatinya, keras jiwanya, kasar wataknya, dan tajam mulutnya, makan hati kita dibuatnya. Apa hendak dikata, pabila dilawan kita yang sengsara, namun pabila dibiarkan, kita pula yang merana. Serba salah dibuatnya..
Sudah semenjak lama kami kagum dengan orang jenis pertama, sabar dan lapang hati, serta tenang pembawaan dirinya. Dahulu semasa kuliah kami memiliki dosen yang seperti ini, selalu tenang dan sabar dalam menghadapi mahasiswa yang sok hebat dan sok tahu segala persoalan.
Namun kebanyakan orang semacam ini suka dilindas oleh orang-orang jenis kedua yang menurut kawan kami merupakan jenis orang tak berakal. Kenapa dikatakan tak berakal? Sebab dalam berbicara, bersikap, dan berbuat mereka tidak menggunakan kepala mereka. Orang tua-tua di Minangkabau pernah berpetuah, fikirkanlah dahulu apa yang hendak kamu sampaikan namun janganlah kami sampaikan apa yang sedang terfikirkan. engku tentunya faham apa maksud dari petuah tersebut.
Namun kebanyakan orang-orang menganggap diri mereka selalu benar dan orang lain selalu salah. Walaupun jelas-jelas dirinya yang salah namun karena kepandaiannya dalam berbicara, bermain kata, dan memutar-mutar logika maka akhirnya yang di dia jugalah yang lalu. Orang jenis inipun sangat banyak dan selalu kami temui dalam setiap kesempatan. Hatinya penuh tipu muslihat dan tidak ada rasa ikhlas yang timbul di hati orang jenis ini.
Dalam Dunia Islam segala macam perselisihan dan perdebatan telah lama terjadi dan bahkan telah menjadi tradisi. Namun orang-orang dahulu punya pandangan yang arif dalam menyikapi hal tersebut yakni, Pendapat saya benar, namun mengandung kemungkinan salah. Dan pendapat selain saya salah, namun mengandung kemungkinan benar. Bagaimana menurut tuan? Continue reading “Bahaya Mulut” →