Surat dari Seorang Pensiunan

Foto Ibnu Dawam Aziz.Surat ini disalin dari postingan di Akun Facebook Engku Ibnu Dawam Aziz, demikian pula foto yang terdapat pada postingan ini, disalin dari akun fesbuk yang sama.

Selamat membaca..

Surat terbuka

Kepada YTH :
1. Tuan. Presiden Republik Indonesia
2. Tuan. Menteri Keuangan Republik Indonesia
3. Tuan. Komisaris Utama dan Direktur Utama PT TASPEN PERSERO.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Continue reading “Surat dari Seorang Pensiunan”

Lupa dengan Izrail

Masa kini dan masa depan

Orang akan datang “Inilah aku..”

Hadiah emas atau perak ia berikan, sambil berkata “Inilah aku..”

Namun, ketika suatu masa dalam hidupnya ia jatuh sakit, maut memerangkap dan berkata “Inilah aku..”

 – Rubaiat Umar Khayyam – 

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Penggalan syair dari Umar Khayyam seorang pujangga anak negeri Persia beberapa abad nan silam membuat kami termenung. Sungguh dalam maknanya “Bukankah dalam Islam telah diajarkan agar kita tidak bersifat ria..?”

Namun kemudian kami tersenyum dalam hati “Manakan tahu dia perihal syair ini, isi kepalanya tak ada, yang berfikir orang lain dan dialah yang maju kemuka. Manakan dia tahu perihal ajaran agama, Islam baginya hanyalah alat permainan dan senda gurau belaka..”

Sedih kami mendapati banyak orang di luar sana berhondoh-hondoh mencintai dirinya, memuji-muji dirinya, membela dirinya. Sedih hati kami tatkala berhadapan dengan perkara agama mereka memalingkan muka, saudara mereka dibantai di Negeri Arab sana tiada pernah mereka bela. Pilu rasanya di hati ini tatkala orang yang menghujat Islam mereka diamkan, tak hendak membela agama yang mereka anut “Negara ini bukan Negara Islam, Negara ini ialah Negara Bebas..”

Gundah hati ini tatkala melihat mereka memalingkan muka dari jalan lurus. Dilain fihak mereka tahu mana jangan lurus, mana jalan yang berbelok, mana jalan yang buntu, dan mana jalan yang menyesatkan. Mereka tetap memilih jalan selain jalan yang lurus. Pada hal hati mereka tahu mana haq dan mana yang bathil.. Continue reading “Lupa dengan Izrail”

Bermental Budak

Gambar: Internet

Gambar: Internet

Bagaimana cara kita bekerja mempengaruhi kesadaran kita, dilain fihak kesadaran kita juga mempengaruhi cara kita bekerja. Kita dapat mengatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu hubungan interaktif antara tangan dan kesadaran. Jadi cara kita “berfikir” terkait erat dengan pekerjaan yang kita lakukan. (Pendapat Karl Marx dalam Jostein Gaarder. Dunia Sophie. Mizan. 2010, Bandung. Hal. 613).

Kutipan dari sebuah buku seri filsafat yang diterbitkan oleh Mizan di atas semakin menggukuhkan pendapat kami atas beberapa orang yang begitu membenci dan menghujat salah satu pendapat kami dalam blog ini. Ini bukan sekadar teori belaka melainkan dapat dibuktikan dalam dunia nyata. Bukti-bukti tersebut dapat kita saksikan kalau kita mau sedikit saja menggunakan akal dan perasaan kita. Sebab untuk melihat dan menangkap suatu fenomena sosial dimana hal tersebut merupakan gambaran (refleksi) dari watak dan tingkat intelektual dari manusia-manusia yang kita amati, memerlukan kehalusan budi dan ketajaman fikiran.

Kalau mengikut teori dari Marx maka kehidupan ini merupakan pertarungan antara dua kekuatan yakni: lemah (budak, orang miskin, pekerja, proletar, warga biasa, dsb) melawan kuat (pengusaha, orang kaya, pemimpin, bangsawan, penguasa, dsb). Dimana kepentingan perut atau uang atau modal atau kapital sangat berpengaruh dalam keduanya.

Begitulah cara orang Minangkabau pada masa sekarang (baik yang di rantau maupun yang menetap di Minangkabau) dalam menyikapi segala persoalan yang terjadi. Salah satunya ialah pertikaian (polemik) yang muncul seputar kedatangan salah seorang investor di propinsi ini.

Bagi para pekerja yang merasa bosan karena rendahnya pendapatan dan stagnannya kehidupan di propinsi ini (serta para pencari kerja yang putus asa karena tidak tersedianya lapangan kerja yang sesuai dengan spesifikasi pendidikan mereka) berpandangan bahwa kedatangan investor ini akan membawa angin baru (penyelamat kehidupan mereka). Perubahan yang seignifikan dalam kehidupan mereka seperti tersedianya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan, serta baiknya taraf hidup masyarakat. Pendapat demikian mengemuka karena mereka melandaskan pemikiran mereka pada sisi praktisnya saja, yakni sisi “materi” berupa kemajuan ekonomi.

Kemudian para pemilik modal (pengusaha lokal) ada yang pecah suara mereka, terdapat segolongan yang menerima dan segolongan lain yang menolak. Bagi yang menerima beranggapan hal ini baik bagi perkembangan ekonomi propinsi ini kedepannya. Setidaknya usaha mereka yang telah ada akan semakin berkembang seiring dengan kedatangan investor ini. Dimana meningkatnya jumlah tenaga kerja, meningkatnya penghasilan (sebagian kecil) penduduk, serta naiknya taraf hidup (segolongan elit). Hal ini akan berdampak kepada usaha mereka yang bergerak di bidang lain, dimana mereka memanjakan pola hidup konsumtif segelintir orang berpunya di negeri ini.

Serta alasan lainnya ialah karena mereka tidak sanggup untuk bersaing atau merasa kalah atau dizhalimi oleh salah satu atau beberapa pengusaha lokal yang bermodal kuat dan memiliki jaringan luas. Dengan masuknya investor ini diharapkan dapat mengimbangi (kalau dapat mengalahkan) kekuatan dari pengusaha lokal yang semakin menjadi-jadi ini. Continue reading “Bermental Budak”

Kemajuan ataukah Kemunduran

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Orang-orang hebat yang banyak berkomentar di blog kami ini berteriak-teriak “Jangan seperti katak di bawah tempurung. Cobalah engkau tengok negeri-negeri maju di Benua Asia ini. Malaysia, Singapura, Hongkong, Jepang, Korea, Cina, dan lain-lain. Mereka maju karena membuka diri mereka terhadap investor. Tidak seperti orang Minang ini yang penakut, orang-orang Minang seperti engkau yang menolak kehadiran investor..”

Kami tergelak mendapat hujatan serupa ini. Siapakah yang Si Katak dalam hal ini? Benar bahwa negeri-negeri tersebut telah maju pada masa sekarang. Benar pula kalau dua negeri Asia yang disebutkan di atas telah menjadi saingan bagi dua produk teknologi dari Barat. Tapi tunggu dulu kalau dikatakan itu merupakan dampak baik dari investor. Terlalu cepat agaknya enngku dan encik mengambil kesimpulan.

Kemajuan yang mereka capai bukan karena para investor melainkan karena kesungguhan mereka dalam bidang pendidikan. Jangan pula engku dan encik berkata “Bah.. itukan karena investor juga..!!”

Tunggu dulu, kalau boleh kami memberikan contoh bahwa benar kalau Perusahaan Bus ANS, Tranex, dan lain sebagainya merupakan perusahaan pengangkuatan dari Bukittinggi ke Padang. Dengan menumpang ke bus-bus transport tersebut kita dapat sampai dari dan ke kedua kota tersebut. Namun tidaklah benar kalau kami katakan bahwa kita dapat pergi dari Padang ke Bukittinggi karena adanya Bus ANS, Tranex, dan lain sebagainya. Sebab dapat saja kita berjalan menempuh kedua kota ini dengan menggunakan mobil pribadi, onda, menumpang bus pengangkut barang, dan lain sebagainya.

Jadi hendaknya janganlah terlalu cepat kita mengambil kesimpulan duhai engku dan encik. Sebenarnya bukan kemajuan itu yang engku dan encik harapkan melainkan uang, ya uang. Sebab encik penyukai kehidupan kosmopolitan dan glamour. Diskotik, bar, pub, café, mal, mobil mewah, motor sport, berjemur di pantai, hubungan bebas antara lelaki dan perempuan, dan lain sebagainya. Itulah yang engku dan encik harapkan. Tidak ada lagi batasan, halangan, ataupun aturan yang menegah kemaksiatan yang telah banyak dirancang dalam kepala engku dan encik sekalian.

Sebab jika investor datang, maka engku dan encik merupakan salah satu fihak yang diuntungkan..

Sekarang mari kita lanjutkan memperbincangkan perihal negeri-negeri Asia yang maju tersebut. Dalam segi materi mereka memanglah maju namun dari segi bathiniah benarkah mereka maju? Bagi negeri-negeri Asia Timur kita dengan cepat memandang bahwa mereka tetap serta membawa kebudayaan asli mereka dalam kemajuan. Benar pada yang tampak namun sesungguhnya hanya sebagian.

Kerja keras, kegigihan dan kesungguhan, kesetiaan, kepatuhan, dan kejujuran. Namun dari segi akhlak moral mereka, mereka telah terjun bebas. Hampir setiap kemajuan mendatangkan sisi gelap berupa “akhlak binatang”. Binatang tidak pernah tahu yang mana ibu, ayah, saudara, suami atau isteri orang. Jika bersua dengan lawan jenis akan mereka lampiaskan hasrat seksual mereka. Tak perlu rasanya kami berjelas-jelas dalam masalah ini.

Norma-norma adat dan agama dalam hal ini menjadi hilang. Padahal itulah sesungguhnya inti dari kebudayaan itu. Bukan hanya bangunan atau tampilan fisik saja melainkan juga kehalusan budi atau akhlak jualah yang menjadi takarannya.

Negeri Jiran kita yang katanya kuat dalam segi keislamanpun begitu. Di sana, melihat anak gadis berjilbab dan berbaju kurung berciuman, berudaan di tempat tersuruk, berpagutan, dan lain sebagainya telah menjadi fenomena yang biasa. Walau selalu dihujat oleh para orang tua dan kalangan ulama. Mereka sebangsa dengan kita dan telah menempuh kemajuan terlebih dahulu. Alangkah baiknya apabila kita belajar dari kekurangan dan kesilapan yang mereka lakukan. Bukan meniru begitu saja.. Continue reading “Kemajuan ataukah Kemunduran”

Kawan Lama

Don't Forget The Old Friend! Ecclesiasticus 9 verse 10 (1611 KJV)Pernahkah engku setelah sekian lama tak bersua, kemudian kembali berhubungan dengan kawan lama? Kawan senasib sepenanggungan, sehilir-semudik, sama-sama berbuat gaduh, dan sama-sama pula pergi shalat ke surau. Kawan dimana persengketaan dilalui dan tak berapa lama kemudian kembali berbaikan. Kawan tempat saling mencurahkan isi hati, tempat memperbincangkan angan-angan, sampai mempergunjingkan dan mencaci orang lain.

Semua itu tinggal kenangan, karena perjalan nasib tiadalah tentu dan amat rahasia. Tak disangka takdir memisahkan engku dengan kawan engku tersebut. Nasib baik untuk engku, namun nasib malang untuk kawan engku. Engku telah memiliki penghidupan, sedangkan ia pontang-panting memperjuangkan penghidupan. Memang begitulah dunia ini engku, penuh rahasia dan kejutan tiada henti.

Entah telah berapa lama engku berpisah dari kawan engku tersebut. Kemudian terdengar kabar darinya. Bagaimana kiranya perasaan engku?

Gurau dan garah tentulah menghiasi perbincangan engku berdua. Saling bertukar kabar, menceritakan kabar pengalaman antara engku berdua. Tentulah serupa itu, asyik bercerita hingga lupa waktu. Rindu dendam makin membara, perlahan-lahan rasa ngilu kembali menyergap tatkala engku diceritakan kalau dia masihlah serupa itu jua.

Bekerja dengan orang beserta penghasilan yang tak tentu. Bekerja dari pagi hingga petang tanpa mendapat kepastian imabalan yang didapat apakah sepadan dengan jerih yang telah dikeluarkan. Bekerja berhari-hari ke negeri-negeri jauh, entah bila dapat bersua dengan orangtua.

Hidupun masih tetap membujang karena tak ada seorangpun yang hendak menjadikan menantu. Sebab kerja yang ada dinilai belum memberikan arti bagi kehidupan nanti bila berumah tangga. Orang sekarang hendak mencari menantu pegawai, ataupun orang bapitih, serta berpangkat jabatan. Apabila belum punya, jangan berani-berani untuk berfikir menikahi anak orang, kubur saja dalam-dalam keinginan engku tersebut. Continue reading “Kawan Lama”

kisah selepas Isya

Ilustrasi gambar: internet

Ilustrasi gambar: internet

Malam ini memanglah menjadi malam yang berkesan bagi kami. Sungguh tak disangka akan mendapati suatu kejadian yang selama ini hanya ada dalam bayangan di benak kami saja. Mungkin bagi tuan, kejadian yang hendak kami ceritakan ini merupakan sesuatu yang biasa. Namun tidak bagi kami, sungguh suatu gambaran dari sisi lain dari kehidupan moderen yang gemerlap di mata setiap orang.

Adalah kami pada tanggal 10 Rabiul Awal 1434 H ini, yang tatkala selepas ber-Isya di surau, kami putuskan untuk singgah ke pasar sebelum pulang guna memberi beberapa keperluan. Diperjalanan, kami disapa oleh seorang kanak-kanak berusia sekitar delapan tahun. Tentunya senang hati ini ada yang menyapa, anak kecil pula, tandanya muka kami yang menurut sebagian besar kanak-kanak ialah menakutkan. Bagi anak ini tidak, cukup baik tampaknya, mungkin dikarenakan gelapnya malam.

Rupanya anak ini tidak sekedar menyapa, karena beberapa saat kemudian terdengar lagi panggilan dari arah belakang kami “Engku..engku..” begitu serunya.

“Ya.. ada apa..?” tanya kami

“Ada uangkah engku..?” tanyanya

Kami tersentak “macam mana pula, ada anak yang tak tahu malu minta uang kepada orang yang sedang lalu..” seru kami dalam hati. Namun suara hati kami tersebut hanya sesaat, karena segera berubah menjadi kasihan begitu melihat muka anak ini yang begitu takut, segan, bercampur malu. Continue reading “kisah selepas Isya”