Tulisan kami perihal baju perempuan Minangkabau nan kurang bertaratik itu rupanya banyak nan memberi masukan. Selain berupa dukungan dan cacian juga ada beberapa surel[1] nan kami dapatkan. Salah satu dari surel itu sangat menarik perhatian kami, lebih tepatnya semakin membuat gundah hati kami. Karena si pengirim mengabarkan kepada kami bahwa apa nan kami tulis bukanlah satu-satunya, masih ada nan lain. Walaupun tak separah pawai nan telah kami kabarkan tersebut.
Berikut petikan surel nan telah kami sesuaikan bahasanya. Tiada maksud untuk memburuk-burukkan atau mencari-cari kesalahan. Cobalah tanggapi tulisan ini dengan hati bersih dan niat suci untuk kemajuan Minangkabau yang Beradat dan Islami:
Engku Sutan Paduko Basa nan kami hormati, senang hati kami membaca tulisan engku itu walau banyak jua yang tiada senang, kesal, atau bahkan marah. Beragam memang cara orang menerimanya, bagi yang tahu dengan adat dan syari’at maka mereka membenarkan apa nan engku sampaikan. Bagi yang selama ini acuh, baru tersadar mereka, beruntung orang nan serupa itu karena masih ada jenis nan lain yakni berkepala batu, keras kepala, dan merasa benar sendiri. Tiada peduli mereka nan penting ialah kebudayaan kita dikenal oleh orang luar, tiada peduli pula mereka bahwa proses peniruan atau adopsi itu mesti memerhatikan jati diri kita sebagai orang Minangkabau. Continue reading “Fashion Show Baju Minang”