Fashion Show Baju Minang

Pakaian Panjang Menjuntai sampai bawah. Bukanlah ciri pakaian Minang, tampaknya pakaian ini meniru-niru pakaian Pengantin Barat yang panjang nan menyapu lantai itu lebih panjang dari pakaian nan dipakai.

Tulisan kami perihal baju perempuan Minangkabau nan kurang bertaratik itu rupanya banyak nan memberi masukan. Selain berupa dukungan dan cacian juga ada beberapa surel[1] nan kami dapatkan. Salah satu dari surel itu sangat menarik perhatian kami, lebih tepatnya semakin membuat gundah hati kami. Karena si pengirim mengabarkan kepada kami bahwa apa nan kami tulis bukanlah satu-satunya, masih ada nan lain. Walaupun tak separah pawai nan telah kami kabarkan tersebut.

Berikut petikan surel nan telah kami sesuaikan bahasanya. Tiada maksud untuk memburuk-burukkan atau mencari-cari kesalahan. Cobalah tanggapi tulisan ini dengan hati bersih dan niat suci untuk kemajuan Minangkabau yang Beradat dan Islami:

Engku Sutan Paduko Basa nan kami hormati, senang hati kami membaca tulisan engku itu walau banyak jua yang tiada senang, kesal, atau bahkan marah. Beragam memang cara orang menerimanya, bagi yang tahu dengan adat dan syari’at maka mereka membenarkan apa nan engku sampaikan. Bagi yang selama ini acuh, baru tersadar mereka, beruntung orang nan serupa itu karena masih ada jenis nan lain yakni berkepala batu, keras kepala, dan merasa benar sendiri. Tiada peduli mereka nan penting ialah kebudayaan kita dikenal oleh orang luar, tiada peduli pula mereka bahwa proses peniruan atau adopsi itu mesti memerhatikan jati diri kita sebagai orang Minangkabau. Continue reading “Fashion Show Baju Minang”

Gurita Kapitalis [rokok]

PIcture: Here

Pernahkah tuan kenal dengan satu daerah yang terkenal sebagai daerah penghasil kretek di republik ini? Mungkin ada beberapa daerah yang terkenal sebagai tempat penghasil tembakau terbesar di republik ini. Dan dari daerah-daerah tersebutlah dipasok kebutuhan tembakau untuk membuat rokok yang ramai dihisap oleh tak hanya lelaki namun beberapa Kaum Hawapun ikut pula.

Namun tahukah engku bahwa tembakau-tembakau nan sangat besar kebutuhannya itu bagi pabrik rokok tak hanya ditanam di kebun-kebun milik perusahaan melainkan dari kebun-kebun milik rakyat. Dalam bayangan kami tentulah sejahtera para petani tembakau itu sebab rokok  yang setiap hari – bahkan ada yang merokok di atas satu bungkus sehari – dibeli itu akan mendatangkan nilai beli yang tinggi bagi hasil panen tembakau di kebun-kebun mereka. Sungguh suatu fikiran nan teramat lugu, polos, atau pandir? Continue reading “Gurita Kapitalis [rokok]”

Propinsi Dajjal ?

Riza Khalid Sumber Gambar: Internet*

Riza Khalid
Sumber Gambar: Disini

Di awal bulan nan penghabisan di tahun 2015 ini, orang Minangkabau di kejutkan dengan sebuah ucapan nan keluar dari mulut Muhammad Riza Chalid seorang saudagar Minyak terkenal di republik ini. Ucapan nan membuat sekalian orang Minangkabau geram bukan kepalang itu ialah “Propinsi Dajjal..” nan dituduhkan kepada propinsi nan terletak di pantai barat pulau Andalas ini. Ucapan tersebut terlontar dari mulutnya dalam percakapan dengan Ma’roef Syamsoeddin Kepala Perusahaan Emas asal Amerika untuk republik ini.

Sungguh sebagian besar orang Minangkabau terkejut mendengar pernyataan tersebut kemudian geram bukan kepalang. Namun sebagian kecil hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum mendengarnya. Kenapa demikian?

Engku, rangkayo, serta encik sekalian. Terkenang kami dengan pernyataan salah seorang Umat SEPILIS beberapa tahun nan lampau “Menurut kalian Ahmadiyah itu sesat. Namun menurut Ahmadiyah, kalianlah nan sesat..” Hal mana diperlakukan oleh orang sekarang, bukan tersangka nan salah melainkan aparat penegak hukum nan salah, kenapa menyadap tiada minta izin dahulu..

Adalah sudah menjadi adat, tabi’at, serta watak bagi para saudagar nan telah menjadi hamba dunia. Tak hanya saudagar, para pemimpin daerahpun sudah demikian pula. Bahwa kepentingan investor (kapitalis/pengusaha) perlu dijaga dan mereka sangat perlu diberi pelayanan nan sangat memuaskan agar hendak menanamkan uangnya di negeri kita. Entah siapa nan menanamkan ajaran sesat tersebut, ada orang nan hendak menjajah negeri kita mesti kita terima, elu-elukan, dan layani serupa babu melayani tuannya.

Maroef Sjamsoeddin Sumber Gambar: Internet**

Maroef Sjamsoeddin
Sumber Gambar: Disini

Bagi para kapitalis ini, semakin banyak tanah mereka miliki maka semakin baiklah itu. Semakin mudah suatu negeri dimasuki untuk dimiliki tanahnya maka negeri itu akan dipuja-puja serta para pejabatnya akan digemukkan. Karena kepemilikan lahan sangat perlu bagi mereka, dapat mereka jadikan perkebunan, pertambangan, lokasi pabrik, membangun gedung, dan lain sebagainya. Continue reading “Propinsi Dajjal ?”

Novel Khadijah

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Awalnya kami merasa heran dengan sebuah buku yang berjudul “Khadijah; Ketika Rahasia Mim Terungkap”. Ditulis oleh Sibil Erslan seorang penulis asal Negeri Turki, semula kami sangka beliau ini berasal dari Iran karena namanya yang aneh. Dengan penasaran kami baca sebuah novel sejarah yang mengisahkan perjalan hidup dari Siti Khadijah, isteri pertama dari nabi kita Muhammad SAW.

Memanglah kami telah lama memendam pertanyaan perihal kehidupan Siti Khadijah, kami hanya mengetahui kehidupan beliau semasa menjadi isteri nabi kita. Pernah dahulu semasa masih bersekolah kami bertanya pada seorang kawan “Siti Khadijah ini jandakan? Siapakah nama suami beliau sebelum nabi Muhammad dan siapa pula nama anak-anak beliau dari suaminya tersebut?”

Kawan kami tiada dapat menjawab, gelengan kepala dan raut muka tak tahu ialah jawaban yang pasti ketika itu. Bertahun-tahun pertanyaan tersebut tak terjawab sampai kamipun melupakan pertanyaan tersebut. Sampai akhirnya kami temukan novel ini “Semoga dalam novel ini segala tanya yang tiada pernah bersua jawapannya dapat terpenuhi..” ujar kami dalam hati.

Dan memanglah demikian, Alhamdulillah, kami menemukan jawapan dari pertanyaan kami tersebut. Rupanya Nabi Muhammad merupakan suami ketika dari Siti Khadijah, suami pertama beliau bernama Abu Hala bin Zurara yang merupakan seorang bangsawan Mekah yang terkenal berakhlak mulia. Siti Khadijah menikah ketika masih berumur belasan tahun, sesuai dengan keadaan ketika itu. Dari perkawinan ini mereka dikarunia dua orang anak lelaki yang bernama Hala dan Hindun. Namun sayang pernikahan ini tidak berumur lama karena Abu Hala dipanggil oleh Yang Kuasa.

Suami kedua Siti Khadijah ialah seorang bangsawan Mekah lainnya yang bernama Atik bin Aziz dari pernikahan yang hanya berumur kurang lebih dua tahun ini, Siti Khadijah dikarunia seorang puteri yang bernama Hindun sama dengan nama abangnya yang nomor dua. Namun pernikahan ini ialah ujian bagi Siti Khadijah karena suami yang diharapkan akan menjadi pemimpin dan pelindung dirinya dan kedua anaknya justeru menjadi sumber kenestapaan. Aziz bin Atik merupakan jenis lelaki Mekah Metropolitan, menyukai gaya hidup mewah, mabuk-mabukan sudah menjadi bagian dalam hari-harinya. Continue reading “Novel Khadijah”

Kisah Gajah Terbang

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Buku kedua Hanum Salsabila Rais berjudul Berjalan di Atas Cahaya yang merupakan lanjutan dari buku 99 Cahaya di Langit Eropa. Buku ini terdiri atas beberapa kisah yang tidak kesemuanya ditulis oleh Rangkayo Hanum melainkan terdapat dua orang kawan beliau yang ikut menyumbangkan kisah pengalaman mereka di negeri Eropa tersebut. Salah satu kisah Rangkayo Hanum yang menarik hati kami ialah perihal Gajah Terbang. Marilah kami coba curaikan kepada engku, rangkayo, serta encik sekalian;

Selama tinggal di Linz, Austria, Rangkayo Hanum mengisi waktu luangnya untuk hal-hal yang bermanfaat, salah satunya ialah dengan memperdalam Bahasa Jermannya.[1] Salah satu cara untuk menambah dan memfasihkan bahasa yang hendak dipelajari ialah dengan mencari kawan yang menguasai bahasa yang hendak kita pelajari. Dalam bukunya Rangkayo Hanum menggunakan kata “Tandem” yang artinya kira-kira sama dengan “perpasangan”.

Rangkayo Hanum mendapat kawan seorang perempuan Cina yang bernama Encik Xiao Wei yang telah tinggal di Austria semenjak umur lima tahun. Encik Xiao Wei sendiri berumur 22 tahun dan sedang menjalani perkuliahan pada semester dua. Kisah menarik ini terjadi pada pertemuan mereka yang keenam di sebuah kedai atau orang sini menyebutnya dengan sebutan Café yang dengan sesukanya diubah oleh orang Indonesia menjadi kafe.

Rangkayo Hanum telah lama menyimpan rasa ingin tahu perihal Encik Xiao Wei “Kenapa engkau berkenan berkawan dengan perempuan berjilbab serupa saya..?” demikianlah isi hati Rangkayo Hanum.

Pertanyaan itulah yang disampaikan pada pertemuan keenam ini. Encik Xiao Wei memberi jawab dengan menceritakan sebuah kisah “Pernahkah engkau mendengar kisah perihal Gajah Terbang?” tanyanya kepada Rangkayo Hanum, yang ditanya menggeleng keheranan.

“Cobalah engkau bayangkan pada sebuah jalan yang ramai, tiba-tiba ada seseorang yang berseru dengan keras ‘tengoklah, ada gajah terbang di langit..

“semua orang mendongakkan kepalanya ke arah telunjuk engku yang berteriak. Namun mereka tiada melihat gajah terbang serupa yang diserukan. Kemudian si engku itu berseru kembali ‘Ya ampun, apakah engku, rangkayo, serta encik sekalian ini memiliki penyakit matakah sehingga tiada dapat melihat gajah yang sebesar itu terbang di langit?’ Continue reading “Kisah Gajah Terbang”

Menggadaikan Kampung

Gambar: Internet

Gambar: Internet

Kami terkenang akan sebuah kisah yang diceritakan oleh beberapa orang yang telah berpengalaman dalam berniaga di rantau. Pada suatu ketika tatkala salah seorang dari mereka pulang kampung, kamipun ikut mendengrkan curaian kisahnya.

Engku yang berkisah ialah salah seorang dari beberapa orang kampung kami yang berjaya di rantau. Engku ini memiliki berhektar-hektar tanah yang dijadikannya perak sawit, selain itu engku ini juga memiliki beberapa petak kedai yang dijadikan kedai sendiri untuk manggaleh[1] dan disewakan kepada orang lain. Uangnya sungguh banyak, rumah isteri dan orangtuanya di kampung kami telah dipercantik. Banyak orang kagum dengan kepandaiannya dalam berniaga, ada pula yang menjadikan tempat meniru agar berhasil pula awak kiranya serupa engku ini.

Kisah beliau ini dimulai tatkala menjadi anak dagang[2] di sebuah kedai milik orang kampung kami. Masih terhitung dunsanak[3] dengan engku ini. Kemudian setahun selepas itu beliau mulai berdagang sendiri, kadang untung dan kadang rugipun tak dapat dihindari. Begitulah kehidupan orang berdagang, penghasilan tak tentu. Terkadang merugi sejadi-jadinya namun pabila untung maka akan datang berkali-kali lipat pula.

Dengan keuntungan yang didapat dipadukan dengan sikap hidup yang imat[4] maka engku inipun berhasil mengumpulkan uang untuk membeli sebuah kedai. Tak lama kemudian dibelinya sebuah tanah ditepi jalan untuk dibuatkan rumah kedai guna disewakan. Dibelinya tanah tersebut kepada penduduk setempat (penduduk asli), namun tak semua orang hendak menjual tanahnya. Untung baginya karena yang tak hendak menjual ialah orang-orang yang memiliki tanah yang terletak di belakang – tidak di tepi jalan – arah kebelakang dari tanah yang dijual.

Ketika diminta hendak dijual dengan harga mahal, yang punya tanah menolak. Namun Si Engku bersabar, dibelinya seluruh tanah yang berada di hadapan yakni yang berada di tepi jalan. Selepas itu dibangunnya rumah kedai (ruko) sehingga jalan masuk untuk menuju ke belakang menajadi tak ada. Apa yang terjadi kemudian? Continue reading “Menggadaikan Kampung”