Zionis Kristen

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Sangat mengejutkan mengetahui bahwa Kristen Evangelis merupakan pendukung terbesar Zionis di dunia ini. Hal tersebut kami ketahui melalui sebuah saluran televisi Amerika, salah satu program acaranya bernama Vice yang menyelidiki perihal keterlibatan Kristen Evangelis dalam Penjajahan Zionis terhadap Palestina.

Kristen Evangelis merupakan kelompok/sekte agama Kristen yang fanatik dan radikal dalam mendukung Zionis. Mereka (terutama yang berada di Amerika) memberikan sumbangan terbesar dalam pembangunan pemukiman Yahudi di Palestina. Mereka menyeru kepada sesama Kristen lainnya agar mendukung Zionisme dan Penjajahan Zionis atas Palestina, bagi mereka penjajahan ini (pengusiran, penguasaan, dan pembunuhn) ialah sesuatu yang pantas bagi Palestina.

Mereka merupakan salah satu sekte Kristen yang paling besar dan berpengaruh di Amerika, penyokong utama Zionisme – bukan AIPAC yang merupakan organisasi Lobi Politik Yahudi di Amerika – radikal dan fundamentalis dalam beraksi. Secara terang-terangan mereka menganjurkan untuk mendukung Zionisme di Palestina. Continue reading “Zionis Kristen”

Kenangan di Negeri Pulau Seberang

Beberapa hari yang silam kami berkesempatan menziarahi salah satu kerajaan di republik ini. Banyak orang memuji-muji kerajaan ini, mulai dari system monarki yang masih bertahan hingga kini dan menjadi jati diri (identitas) penduduknya. Kemudian keberadaan beberapa universitas tersohor yang mengharumkan nama negeri ini. Kemudian ada lagi yakni keramahan penduduknya yang terkenal “sangat santun”.

Namun sayangnya kami tak mendapati itu semua, entahkah karena nasib kami yang malang atau memang demikianlah keadaan sebenarnya? Kami belumlah patut mengambil kesimpulan mengenai perkara ini.

Hanya saja sepanjang pengalaman kami yang singkat di negeri ini – negeri yang juga dikenal dengan salah satu dari negeri-negeri tujuan pelancongan (wisata) di republik ini – kami sama sekali tak mendapati keramahan seperti yang dibual-bualkan oleh orang-orang. Bahkan tatkala kami berkesempatan melancong ke kawasan istana raja mereka, kami mendapat perlakuan kasar dari petugas di sana.

Namun yang menarik hati kami ialah di ibu negeri dari kerajaan ini sangat susah kami menemukan surau (masjid). Justeru gereja tempat beribadah orang nasrani lebih banyak berserakan. Kata orang, surau-surau di kota ini terletak tersuruk. Lagi pula tingkat pemahaman beragama orang-orang di negeri ini juga tidak sama dengan daerah lain apalagi jika dibandingkan dengan Sumatera.

Salah seorang kenalan menjelaskan “Nikah beda agama bagi orang-orang disini bukanlah sesuatu yang ganjil. Sudah biasa, dan banyak anak-anak memiliki agama berbeda dengan oranag tuanya. Termasuk salah seorangnya kawan kami di kantor. Namun Islamnya hanya Islam KTP saja, tak pernah shalat..”

Sekarang fahamlah kami kenapa faham SEPILIS begitu cepat menyebar di pulau ini. Serta betapa banyak pula diantara mereka yang mencemooh bahwa sekelompok orang di republic ini hidup dengan toleransi yang tipis. Sebab bagi mereka toleransi ialah nikah beda agama, merayakan hari besar agama lain, tidak menghiraukan pantangan dalam Islam dan hidup bebas tanpa batas. Hanya mengakui dan menghormati hak-hak individu. “Agama ialah urusan peribadi dengan Tuhan..” Continue reading “Kenangan di Negeri Pulau Seberang”

Pemurtadan di Minangkabau Bagian.10

Trauma Masa Kecil Menjadi Penghantar Menuju Jalan Murtad

David Stephen Sjarifoeddin (1920-2007)

David Stephen Sjafiroeddin (1920-2007)

Banyak murtadin yang dahulunya semasa masih menjadi seorang muslim ialah orang Minangkabau. Namun kemudian mengganti akidah menjadi seorang Nasrani. Terdapat pula beberapa orang diantara mereka yang menjadi Pendeta Agama Nasrani dan berusaha untuk Mengkristenkan Minangkabau. Telah banyak usaha mereka yang terungkap namun diabaikan oleh sebagian besar orang Minangkabau. Bahkan ada yang mengolok-olok “Pemurtadan di Minangkabau?! Mana mungkin..?”

Selain Pendeta Willy Amrullah asal Maninjau dan Yanwardi seorang lelaki yang dahulunya bersukukan Koto dari Kaum Datuak Katumangguangan di Lubuak Basuang. Masih terdapat beberapa orang Pendeta Agama Nasrani yang lain, diantaranya yang berhasil kami ketahui ialah seorang lelaki tua yang bernama David Stephen Sjafiroeddin (DSS). Orang ini dilahirkan pada tahun tanggal 5 bulan Juli tahun 1920 dan meninggal pada tanggal 2 bulan September tahun 2007.

Dia telah lama menetap di Amerika tepatnya di Kota Las Vegas di Nevada Amerika Serikat. Sebuah kota yang dikenal sebagai syurganya judi dan prostitusi. Entah bagaimana hingga nasib membawa DSS ke Nevada.

DSS tergabung dalam Gereja Indonesia Pantecostal Revival Felloship yang didirikan pada tahun 1921 yang semasa Penjajahan Belanda bernama Vereeniging De Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost Indie[1]. Dimana gereja ini juga memiliki cabang di Kota Padang dengan nama GPdI Jemaat Eben-Haezer yang dipimpin oleh Pdt. H.R. Pandeiroth.

Alangkah baiknya kita tengok sejarah hidup yang dituturkannya sendiri dalam buku yang dikarangnya. Buku tersebut ialah “Which Way Lord?; The True Story of a Minankabau Christian”. Buku ini selain mengisahkan perjalanan hidupnya hingga murtad menjadi Nasrani. Juga digambarkannya sendiri mengenai tanggapan, tafsiran, atau pemahaman peribadinya atas ajaran Islam. Perbandingan yang dilakukannya sendiri terhadap Al Qur’an dan Injil. Dimana semuanya itu dilakukan di tengah kondisi kejiwaan (psikologi) dan kehidupan pribadinya yang sulit. Dia tinggal dengan ayah dan ibu tirinya di Bandung, ibu tirinya tak menyukai dirinya sedangkan ayahnya ialah seorang Playboy yang bekerja pada salah satu klub malam di kota tersebut.

Akhirnya sang ayah menceraikan ibu tirinya dan kawin lagi dengan salah seorang perempuan dari klub malam tersebut. Adapun dengan kakeknya yang tinggal dengan isteri mudanya di Kota Padang tak jauh beda. Serupa ayah dengan anak, maka begitu pula dengan kakeknya yang dahulu juga menceraikan neneknya.

Kakeknya memanfaatkan kelemahan adat Minangkabau dan beberapa dalil dalam Al Qur’an untuk membenarkan perbuatan yang dilakukannya. Dan sayangnya Sjafiroeddin muda yang tak mendapat pendidikan agama yang cukup di kampungnya menerima begitu saja. Sehingga secara perlahan kebenciannya terhadap Islam dan Hukum Islam mulai lahir.

Buku Penghujatan Terhadap Islam yang Dikarang oleh David Stephen Sjafiroeddin

Buku Penghujatan Terhadap Islam yang Dikarang oleh David Stephen Sjafiroeddin

Sjafiroeddin dilahirkan pada tahun 1920 dari keluarga Minangkabau, berasal dari latar belakang keluarga yang broken home. Ibunya diceraikan sang ayah tatkala ibunya baru melahirkan adik perempuan untuknya. Ketika itu usianya baru 2 tahun. DSS masih memiliki hubungan keluarga dengan ayah salah seorang ulama terkenal dari Sumatera Barat yang merupakan keponakan dari kakeknya (kemungkinan kakek dari fihak ibu).

Menurut kisah yang dituliskannya dalam bukunya yang berjudul “Which Way Lord?; The True Story of a Minankabau Christian” dimana dia mengutip dan menafsirkan secara bebas beberapa surat dalam Al Qur’an yang membahas perkara talak, hubungan suami isteri, hak dan kewajiiban laki-laki dan perempuan, pernikahan, dan lain sebagainya.

Kejadian yang menimpa ibunya sangatlah membekas dalam dirinya menjadi “Trauma Masa Kecil” yang kelak sangat berpengaruh dalam menentukan jalan hidupnya.

Layaknya anak-anak seusianya, tatakala masih kanak-kanak dia disuruh mengaji ke surau. Namun dia akhirnya tak lagi datang mengaji setelah kena rotan oleh guru mengaji. DSS dirotan karena ketahuan bermain-main tatkala sang guru sedang mendemonstrasikan “mengaji irama”.

Keputusannya untuk tidak lagi mengaji ke surau melainkan mencukupkan pendidikannya hanya pada sekolah sekuler Belanda saja tidak mendapat penentangan dari keluarganya. Hal ini akan berakibat pada pembentukan karakternya ketika dewasa kelak.

Menurut cerita yang dikisahkannya dia juga pernah mendapat pendidikan di salah satu sekolah agama yang didirikan oleh salah seorang tokoh pembaharu Islam di Sumatera Barat pada awal abad 20. Namun sayang, dalam penyampaian kisahnya DSS tidak objektif sebab dia (berusaha memprovokasi) lebih menyoroti beberapa ayat dalam Al Qur’an yang telah dipelintirnya guna diolok-olok secara Logika. Continue reading “Pemurtadan di Minangkabau Bagian.10”

Pemurtadan di MInangkabau Bagian.7b

Pada tulisan yang lalu kami telah mencoba menerangkan perihal berbagai upaya dari kaum fasik nan munafik serta kaum kafir dalam menyokong Pemurtadan di Minangkabau ini. Kami sengaja membagi tulisan Bagian.7 ini menjadi dua bagian.

Yanwardi & Afolo tatkala sedang melaksanakan salah satu ritual agama mereka.

Yanwardi & Afolo tatkala sedang melaksanakan salah satu ritual agama mereka.
Gambar: Internet

Pertanyaan lainnya yang menggambarkan betapa kuat keinginannya untuk menggoyahkan Adat & Islam di Minangkabau ialah “Tatkala Islam pertama masuk ke Minangkabau tentulah ketika itu orang Minangkabau belum bergama Islam. Kemudian Islam berkembang di Minangkabau, dan saya yakin bahwa tidak 100% orang Islam menerima dan menganut Islam di Minangkabau. Namun apabila dikatakan mayoritas, mungkin iya. Kecuali ada data-data statistik yang dapat membuktikan pernyataan saya tersebut salah. Dan sekarang Mayoritas tersebut tatkala mendengar yang Minoritas menyatakan diri Bukan Islam malah hendak dikeluarkan yang Minoritas dari Minangkabau. Bukankah itu salah satu bentuk man-den dari Urang Minang mentang-mentang Mayoritas.”

Mengurut dada kami mendengar pendapat orang fasik ini. Sudah begitu besarkah kebenciannya kepada adat dan agama di negeri ini. Atau jangan-jangan dia telah murtad?

Kawan kamipun tatkala kami tanyai pendapatnya mengenai hal inipun menjawab;

Pertama dia benar kalau berpendapat bahwa tatkala pertama datang ke Minangkabau, belum semua orang Minangkabau menganut agama Islam. Namun satu dia lupa, proses Islamisasi di Minangkabau terus berlangsung semenjak kedatangannya di abad ke-7. Bahkan hingga sekarang masih terus berlaku Islamisasi yang dihadang oleh SEPILISisasi & Kristenisasi. Selama kurang lebih 14 Abad (Berdasarkan Penanggalan Masehi-Abad ke-7 s/d Abad 21) Islam di Minangkabau, Ranah Melayu, & Indonensia ini tentulah sepanjang masa yang lama tersebut telah terjadi Islamisasi serta dialektika antara Islam dengan Adat pada masing-masing daerah di kawasan Asia Tenggara. Dengan ragam atau pola yang berbeda pada tiap daerahnya. Kita patut berterimakasih kepada Tuanku Renceh & Tuanku Imam Bonjol. Sebab kalau tidak karena mereka,  maka Islam di Minangkabau ini pastilah sama dengan daerah lainnya.

Seperti kelakar orang-orang di Dunia Maya “Di Minangkabau, Minangkabau Diislamkan. Sedangakan di Jawa, Islam Dijawakan..” kami mohon maaf sebelumnya.

Maksudnya ialah Pengaruh Islam (dengan hukum Syari’atnya) sangatlah besar kepada adat. Berlainan dengan beberapa daerah di republik ini dimana yang terjadi justeru sebaliknya. Dimana Islam justeru dipengaruhi oleh adat-istiadat lama peninggalan masa Pra-Islam. Bagi engku dan encik yang pernah membaca TAMBO Alam Minangkabau tentulah akan tersua. Dimana Datuak Katumangguangan sangat gigih sekali mempertahankan Hukum Tarik Balas yang serupa dengan Hukum Qisas dalam Islam.

Selama rentang waktu 14 abad tersebut Islam telah merata di Minangkabau serta rantaunya. Cobalah tengok, sebutkan saja satu kawasan di Minangkabau yang tidak menganut Islam yang tidak mengakui Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah?

Islam dan adat yang telah padu, jalin-menjalin tersebut dianut oleh semua orang Minangkabau. Tidak pernah terdengar ada satu kawasan di Minangkabau yang berlainan. Apabila ditanya bukti-bukti statistik! Maka tak usahlah dijawab. Kenapa?

1. Yang bertanya mencoba mengarahkan kita kepada konsep yang telah dirancangnya. Kita punya konsep sendiri mengenai hal ini. Jangan pernah terpancing emosi atau hilang akal dalam beradu pendapat dengan orang Fasik ini. Sebab kalau kita hilang akal, maka kita akan mudah digiringnya.

2. Metode statistik belum dikenal oleh orang Minangkabau sampai orang Belanda memperkenalkannya. Itupun hanya sebatas untuk kepentingan Pemerintah Kolonial dan dilakukan oleh orang-orang Belanda atau pribumi yang telah dididiknya.

3. Kalau kita lakukan sensus pada masa sekarang mengenai hal ini. Maka besar kemungkinan orang-orang fasik ini akan bertepuk tangan. Sebab mereka tahu dan kitapun juga tahu telah banyak orang Minangkabau yang Murtad. Sehingga klaim kita “Semua orang Minangkabau ialah Islam. Apabila dia bukan islam maka dia bukan orang Minangkabau” akan mudah mereka patahkan. Bersorak mereka akan kepandiran kita, sampai jua yang mereka tuju.

Jadi kita hendaknya jangan terpancing dengan isu-isu Mayoritas VS Minoritas yang mereka usahakan untuk dimajukan. Memang begitulah kerja orang-orang fasik nan munafik atau murtadin & kaum kafir di negara kita saat ini. Kasus Ahmadiyah, Ajaran Sesat, Gereja Liar, dan lain sebagainya. Untuk membela mereka, kaum fasik nan munafik ini berusaha mengemukakan isu Mayoritas VS Minoritas.

Kemudian ada pula yang menanyakan pertanyaan pandir “Apa dasarnya mengatakan bahwa apabila ada seorang lelaki atau perempuan muslim menikah dengan orang kafir (non-muslim) maka ia telah berdosa. Dengan kata lain lah banyak kaji nan dilangga. Bukankah yang menentukan seseorang itu berdosa, kafir atau tidak kafirnya ialah Allah. Bukan manusia yang juga penuh dosa?!”

Kami tergelak mendengar pernyataan ini, memang benar ada dalil pada Surah Al Maidah ayat:5 dimana disebutkan bahwa boleh menikahi perempuan-perempuan Ahli-Kitab. Dalil inilah yang menjadi sandaran para SEPILIS. Sebab mereka melupakan dalil lainnya yakni Surah Al Baqarah ayat: 221 dimana dilarang oleh Allah Ta’ala menikah bagi seorang muslim dengan non muslim. Satu hal lagi yang mereka tak tahu bahwa Surah Al Maidah hanya membolehkan seorang lelaki muslim menikah dengan perempuan Ahli Kitab[1]. Izin inipun dengan syarat yakni “Perempuan-perempuan terhormat”.

Apa itu perempuan terhormat? Continue reading “Pemurtadan di MInangkabau Bagian.7b”

Pemurtadan di Minangkabau Bagian.2

Pada tulisan kami yang telah lalu kami bahas secara garis besar perihal pemurtadan (kristenisasi) yang telah lama berlaku di Minangkabau. Sekarang, marilah kita beranjak kepada pembahasan mengenai pemurtadan yang terjadi di Minangkabau ini. berbagai kasus yang terjadi banyak mengemuka di Kota Padang, Pasaman, Payakumbuh dan Lima Puluh Kota. Bagaimana dengan kawasan lainnya di Minangkabau ini? adakah hal yang sama juga berlaku?

Mudah-mudahan saja tidak, sebab cemas kami dikarenakan tidak terdengar kabar menyebabkan kita menjadi lalai mengenai masalah ini. Sebab  Si Penyampai Kabar pada masa sekarang telah banyak dikuasai oleh orang-orang yang mengaku menganut faham “Kebebasan”. Dimana orang bertukar agama bukanlah masalah bagi mereka karena itu merupakan bagian dari HAM. Dan lagi pula menurut pendapat mereka “Agama itu ialah Hak individu, tidak boleh dicampur-baurkan dengan kehidupan bernegara, politik, ekonomi, budaya, sosial, dan kehidupan umum lainnya..” Suatu pendapat yang didasarkan atas Ideologi Liberalisme.

Patut menjadi renungan bagi kita ialah pada masa dahulu – yakni  ketika Gerakan Kaum Muda VS Kaum Tua sedang keras-kerasnya – sekitar tahun 1930-an isu Kristenisasi merebak di Minangkabu. Hal ini rupanya mendatangkan berkah tersendiri dimana kedua golongan yang bertentangan ini. Dimana akhirnya kedua golongan yang semula bertentangan menjadi bersatu-padu dalam menentang usaha pengkafiran ini. Sungguh sangat berlainan keadannya dengan masa sekarang dimana banyak orang Minangakabau yang “mengaku” dan “merasa” terdidik bersikap pongah, congkak, dan angkuh dengan sikap mereka yang merendahkah saudara-saudara mereka yang menentang “Kristenisasi” ini. Karena menganggap kabar tersebut merupakan kabar “dusta”.

Misi Kristen pertama yang berlaku di Sumatera Barat pada masa Penjajahan Belanda, hanya kepada sesama warga Eropa, Nias, Ambon, Batak, Menado, dan Jawa. Ada juga yang mengincar orang-orang Minangkabau yakni orang Minangkabau keturunan (genelogis) yakni beribu Minangkabau sedangkan berayahkan Eropa atau Cina. Biasanya perempuan-perempuan ini merupakan gundik bagi laki-laki kafir tersebut. Namun pada permulaan abad ke-20 misi-misi Kristen mulai dengan serius mengincar orang-orang Cina dan Nias.

Muslihat (modus operandi) yang dijalankan ialah dengan mendekati keluarga-keluarga mereka kemudian membujuk supaya anak-anak mereka di sekolahkan di sekolah-sekolah yang didirikan oleh misi. Muslihat lainnya ialah dengan cara memberikan bantuan berupa pelayanan sosial, perawatan anak-anak, dan orang tua terlantar.

Yang paling mengejutkan ialah antara tahun 1937 hingga kekalahan Jepang, beberapa orang Minangkabau telah berhasil di babtis dan aktif dalam beberapa kegiatan gereja. Namun pada perang kemerdekaan, para murtadin ini kembali menjadi muslim.

Titik paling mengejutkan terjadi semenjak tahun 1950 dimana sekelompok pemuda Minangkabau yang telah murtad dan menganut ajaran Kristen di Singapura mengunjungi Padang dan berhasil menarik beberapa orang pemuda Minangkabau untuk ikut murtad mengikuti jejak mereka. Kristenisasi pada sekitar tahun ini semakin gencar dengan diadakannya program transmigrasi oleh Pemerintah Pusat.

Selain itu kasus Kristenisasi yang berlangsung kebanyakan memiliki pola yang sama yakni selain dari memberikan bantuan pendidikan, sosial, dan kesehatan juga yang paling mengena ialah melalui lembaga perkawinan. Dengan berpura-pura memeluk Islam, seorang Kristen kemudian mengkonvert pasangannya untuk murtad. Kasus ini lebih banyak dialami oleh kaum perempuan.[1] Continue reading “Pemurtadan di Minangkabau Bagian.2”

Siloam, JTR, Evangelis

Tampaknya fihak pendukung Siloam tak hendak mundur dari keinginan mereka untuk membangun Komplek Elit di Kota Padang. Kabar-kabarnya, kekerasan hati untuk mengundang James T Riady dan membangun kompleks ini ialah karena pemimpin kota tersebut hendak meninggalkan legacy kepada kotanya. Serupa dengan wali kota beberapa daerah tingkat dua di Propinsi Sumatera Barat yang meninggalkan jabatan dengan pujian dan warisan yang dikenang oleh rakyatnya.

Salah seorang kawan kami bertanya “Kalau dia memang hendak dikenang, lalu kenapa baru sekarang terbit keinginan untuk meninggalkan warisan untuk kota itu? seharusnya warisan (legacy) tersebut sudah disiapkannya semenjak awal masa kepemimpinannya. Serupa dengan Wali Kota Sawah Lunto yang hendak dia tiru itu..??!!

Kamipun tersenyum dan dalam hati mengamini. Lagipula kalau memang niatnya hendak dikenang oleh orang-orang, bukankah niat tersebut merupakan suatu kesilapan. Sebab dalam hati telah tumbuh rasa riya, tiada lagi ikhlas dalam setiap amal perbuatannya.

Semenjak awal mendengar kata Siloam kami telah merasa penasaran, ada yang aneh dengan nama ini. Bukan nama Indonesia agaknya..?

Rupanya benar, setelah kami cari tahu kata Siloam merupakan nama Yunani dari kata Ibrani[1] Syiloah. Arti dari kata itu ialah “Yang Diutus” dan menjadi nama bagi sebuah kolam yang menjadi sumber air bagi seluruh Kota Yerusalem pada masa dahulnya. Orang Kristen dan Yahudi percaya bahwa kolam ini telah ada semenjak Masa David (Nabi Daud). Dalam sejarah Kristen disebutkan bahwa Isa (yang dalam kepercayaan mereka bernama Yesus ketika menunjukkan salah satu mukjizatnya yakni menyembukan orang buta) menyuruh orang yang hendak disembukannya untuk membasuh dirinya di Kolam Siloam. Hal ini dilakukannya setelah mengoles mata si buta tersebut dengan tanah yang telah diaduk dengan air liurnya.

James T Riady Gambar: Internet

James T Riady
Gambar: Internet

Rupanya karena inilah James T Riady memberikan nama Siloam kepada Rumah Sakit miliknya, sesuai dengan yang telah dikisahkan oleh Injil Kitab Suci Agamanya. James sendiri merupakan seorang Kristen Religius, salah satu usaha investasinya yakni di Manado Sulawesi Utara merupakan buah dari do’anya dimana menurut pengakuannya “Tuhan Menjamah Dirinya, Dalam jamahan itu, saya mendengar sapaan Tuhan yang berkata, pergi dan bangunlah Kota Manado di Sulawesi Utara!”.

Bahkan James juga mendirikan kelompok Persekutuan Do’a yang aktif tiap Jum’at pagi melakukan ritual do’a mereka. Dirinya yang religius juga diakui oleh salah seorang pengusaha Sulut yang menyaksikan sendiri bagaimana James pergi ke rumah-rumah penduduk di Sulut, tinggal di rumah mereka, dan berdo’a bersama mereka.

Sedangkan Evangelis merujuk kepada orang-orang Kristen Protestan yang religius dimana mereka mempercayai Yesus sebagai Mesias. Kata envangelis sendiri muncul sebagai pembeda bagi orang-orang liberal dalam agama Kristen Protestan. Kata Evangelis sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “Kabar Baik”.

Setidaknya dari sedikit fakta dan data ini sudah menjadi gambaran bagi engku dan encik sekalian perihal siapa itu James T Riady, serta apa itu SILOAM, dan LIPPO. Jika engku dan encik ialah seorang SEPILIS[2] tentulah takkan menghiraukan penyampaian kami tersebut.

Namun sebaliknya bagi engku dan encik sekalian yang masih memiliki iman tentulah akan menjadi masalah. Akan menjadi pemikiran di kepala engku dan encik, “Minangkabau seperti apakah yang akan kita tinggalkan kepada anak-kamanakan kita nantinya?” Continue reading “Siloam, JTR, Evangelis”