Salah seorang kawan lama mengirimi kami sebuah email. Email ini dikirim atas permintaan kami guna dapat dimuat di blog kami yang sangat sederhana ini. Untunglah beliau berkenan dan bersedia membagikan kisahnya kepada kami.
Berikut kisahnya..
Ilustrasi Gambar: Internet
Sudah tiga kali puasa aku mengalami hal ini, tidak berkeinginan ketika makan, apakah itu ketika berbuka ataupun sahur. Awalnya aku tak paham dengan apa yang tengah berlaku atas diri ku, namun setelah lama ku fikirkan, tampaknya ini berhubungan dengan faktor psikologis.
Namun bukan itu yang hendak aku ceritakan, aku ingin berkisah perihal betapa besarnya pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya. Dan sebagai anak, jika kembali ku memandang ke masa lalu maka keluar air mata ku. Aku bukanlah merupakan anak yang baik, telah banyak kesedihan yang ku sebabkan, telah banyak air mata yang keluar dikarenakan tingkah ku. Sungguh aku merupakan anak yang tidak baik, kedua orang tua ku sudah penat memikirkan diri ku.
Aku tinggal untuk bekerja menjadi pegawai di salah satu kota di Sumatera Barat. Disini aku hidup sendiri, arti kata, makan, mencuci, tidur, dan lain sebagainya ku lakukan sendiri. Pada hari-hari biasa sama sekali tidak terasa beratnya, namun di kala bulan puasa ini baru terasa betapa berat hari-hari yang harus ku jalani. Yang terberat ialah ketika sahur, sungguh merupakan hari yang teramat berat yang harus ku lalui.
Ketika selesai makan, maka aku akan langsung membersihkan peralatan makan, kemudian setelah itu bersiap-siap hendak ke surau. Begitu pula ketika sahur, maka aku harus bangun lebih cepat, menyiapkan makanan untuk diri ku sendiri. Untung sudah ada magicom, kalau tidak maka akan bertambah sengsaralah aku. Dengan periuk ajaib ini, aku tinggal memasukkan beras sebelum tidur dan akan siap untuk dimakan ketika sahur. Continue reading “Ummi, Ibu, Bunda, Amak, Amai..” →