Kacang Lupa Akan Kulitnya

Ilustrasi Gambar" Internet

Ilustrasi Gambar” Internet

Pada suatu petang hari, salah seorang kawan kami datang ke rumah. Hendak bercakap-cakap menyambut petang hari nan cerah ini. Memanglah sangat jarang kami dapati pada masa sekarang ada orang-orang yang menghabiskan petang hari dengan berbual-bual bersama kawan-kawan mereka. Kebanyakan dari orang sekarang ialah menyibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan atau sudah keletihan selepas pulang bekerja di kantor.

Isteri kami menghidangkan sacangkir kopi untuk kawan kami ini, adapun kami lebih senang dengan secangkir teh. Bukankah pada petang hari serupa ini lebih cocok apabila dikawani oleh secangkir teh? Kebetulan pula isteri kami baru saja membuat goreng pisang batu. Mak Kari baru saja menebang pisang di perak keluarga isteri kami nan di baruah tadi siang.

Sambil memipia pisang goreng yang masih terlalu panas, kawan kami ini berujar “Tahukah engku, kian hari bertambah sakit kepala saya ini dibuatnya..”

“Hah, apa hal engku..?” tanya kami heran.

“Tak tahukah engku, setiap hari ancaman yang dihadapi oleh nagari kita Minangkabau ini bertambah-tambah saja..” terang kawan kami ini.

Kamipun terdiam, kalau maksud kawan kami ini ialah ancaman lahir (fisik) memanglah belum tampak namun apabila yang menjadi ancaman itu ialah akidah, akhlak, serta adat kami Orang Minangkabau maka benarlah apa yang ditakutkan oleh kawan kami ini “Bukankah yang demikian telah berlangsung semenjak dari dahulu engku..?” tanya kami kepada kawan kami ini.

“Hah..! itulah ia. Engku sudah tahu tapi masih tetap tenang-tenang saja ataukah berpura-pura tak mengetahui? Lebih memilih hidup tenang dengan mengabaikan segala kenyataan yang tengah berlaku tersebut?! Atau membohongi diri engku sendiri serupa orang-orang SEPILIS itu dengan mengatakan bahwa Agama itu ialah Urusan Pribadi antara Manusia dengan Tuhan..!?

Kamipun terkejut dengan jawapan yang kami dapat dari kawan kami ini. Memanglah selama ini kami lebih banyak bersikap abai mengenai perkara ini “Masih banyak yang hendak difikirkan..!” begitulah kata hati kami “Kehidupan anak-isteri entah hendak dibawa kemana, mesti lebih keras lagi usaha mencari uang untuk mereka..!” kata suara hati kami yang lain.

“Tentulah ada difikirkan jua engku, manalah mungkin akan tenang hati ini. Namun apalah daya kita ini, Tak ada daya apapun jua, orang-orang berkuasa yang disanapun tak dapat berbuat apa-apa. Usaha kami sekarang hanyalah memperkokoh keimanan anak-kamanakan, dan keluarga kami saja lagi..” jawab kami berdusta membela diri.

Kawan kami memandang kami dengan pandangan curiga “Memanglah benar engku, kamipun menyadari bahwa usaha yang engku tempuh sudah sangat baik sekali. Memang harus dimulai dari keluarga dan orang-orang terdekat. Namun orang-orang kafir ini mereka tiada pernah lelah dan berhenti, tipu daya mereka amatlah kuatnya karena media bersama mereka. Ditambah lagi uangpun ada pula bersama mereka..” Continue reading “Kacang Lupa Akan Kulitnya”

Pemurtadan di Minangkabau Bag.11 (Penghabisan)

528087_322940984433553_1963850979_n

Gambar: Internet

Sesungguhnya, berbagai kasus pemurtadan yang menimpa Alam Minangkabau ini telah lama berlangsung semenjak dari kedatangan orang Eropa ke Negeri kita. Dimulai dengan para gundik asal Minangkabau yang memiliki anak dari orang kafir (Eropa & Cina) menjadi korban pertama.

Banyak penyebab seorang Minangkabau akhirnya berkeputusan untuk murtad. Diantara penyebab itu ialah:

  1. Karena faktor pernikahan, dimana pada awalnya pasangan yang hendak menikahi bersedia masuk Islam. Namun selepas memiliki anak, mulai membuat perkara dengan kembali ke agama Nasrani lalu “meminta” pasangannya untuk ikut pindah agama. Apabila menolak maka akan diceraikan (digugat cerai bagi yang lelaki) dan hak asuh atas anak-anak akan diambil alih.
  2. Karena faktor pengalaman pribadi (trauma dengan adat dan agama di kampung) seperti yang menimpa David Stephan Sjafiroeddin. Atau seperti pengalaman salah satu pasangan murtad dimana sang isteri berasal dari M*ni*ja* dan sang suami dari Si*ung*ang. Si isteri memutuskan pindah agama karena trauma melihat salah seorang saudara perempuannya dipaksa untuk menikah dengan seorang ustadz yang telah beristeri empat.
  3. Ada pula faktor ekonomi, merupakan celah yang paling banyak dimanfaatkan oleh para pemurtad.
  4. Dibujuk, dipaksa, dirayu seperti yang terjadi pada Wawah pada tahun 1999 silam.
  5. Salah didikan semenjak kecil dimana ilmu agama dan adat kurang ditanama dalam kesadaran setiap anak. Dengan minimnya pengetahuan mereka terhadap illmu agama memudahkan bagi pemurtad untuk memanipulasi fikiran mereka. Seperti yang terjadi pada DSS
  6. Minimnya pengetahuan mereka atas ilmu agama juga menjadi pembuka jalan untuk masuknya berbagai ideologi yang bertentangan dengan Islam. Akhirnya pendapat yang menyatakan “Agama adalah penghambat kemajuan dan harus disesuaikan dengan perkembangan zaman..” tertanam kuat dalam benak mereka. Akibatnya ancaman pemurtadan seperti yang pada saat sekarang ini kita perbincangkan bagi mereka bukan persoalan sebab orang-orang seperti ini berprinsip “Agama itu urusan saya dengan tuhan, jadi tak boleh seorangpun dapat mengintervensi saya..”

Faktor-faktor yang kami sebutkan di atas merupakan sebagian kecil dari beberapa faktor lainnya. Perlu pengkajian lebih dalam mengenai permasalahan ini, semoga saja diantara engku dan encik sekalian ada yang berkenan untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan ini. Continue reading “Pemurtadan di Minangkabau Bag.11 (Penghabisan)”

Pemurtadan di MInangkabau Bagian.7b

Pada tulisan yang lalu kami telah mencoba menerangkan perihal berbagai upaya dari kaum fasik nan munafik serta kaum kafir dalam menyokong Pemurtadan di Minangkabau ini. Kami sengaja membagi tulisan Bagian.7 ini menjadi dua bagian.

Yanwardi & Afolo tatkala sedang melaksanakan salah satu ritual agama mereka.

Yanwardi & Afolo tatkala sedang melaksanakan salah satu ritual agama mereka.
Gambar: Internet

Pertanyaan lainnya yang menggambarkan betapa kuat keinginannya untuk menggoyahkan Adat & Islam di Minangkabau ialah “Tatkala Islam pertama masuk ke Minangkabau tentulah ketika itu orang Minangkabau belum bergama Islam. Kemudian Islam berkembang di Minangkabau, dan saya yakin bahwa tidak 100% orang Islam menerima dan menganut Islam di Minangkabau. Namun apabila dikatakan mayoritas, mungkin iya. Kecuali ada data-data statistik yang dapat membuktikan pernyataan saya tersebut salah. Dan sekarang Mayoritas tersebut tatkala mendengar yang Minoritas menyatakan diri Bukan Islam malah hendak dikeluarkan yang Minoritas dari Minangkabau. Bukankah itu salah satu bentuk man-den dari Urang Minang mentang-mentang Mayoritas.”

Mengurut dada kami mendengar pendapat orang fasik ini. Sudah begitu besarkah kebenciannya kepada adat dan agama di negeri ini. Atau jangan-jangan dia telah murtad?

Kawan kamipun tatkala kami tanyai pendapatnya mengenai hal inipun menjawab;

Pertama dia benar kalau berpendapat bahwa tatkala pertama datang ke Minangkabau, belum semua orang Minangkabau menganut agama Islam. Namun satu dia lupa, proses Islamisasi di Minangkabau terus berlangsung semenjak kedatangannya di abad ke-7. Bahkan hingga sekarang masih terus berlaku Islamisasi yang dihadang oleh SEPILISisasi & Kristenisasi. Selama kurang lebih 14 Abad (Berdasarkan Penanggalan Masehi-Abad ke-7 s/d Abad 21) Islam di Minangkabau, Ranah Melayu, & Indonensia ini tentulah sepanjang masa yang lama tersebut telah terjadi Islamisasi serta dialektika antara Islam dengan Adat pada masing-masing daerah di kawasan Asia Tenggara. Dengan ragam atau pola yang berbeda pada tiap daerahnya. Kita patut berterimakasih kepada Tuanku Renceh & Tuanku Imam Bonjol. Sebab kalau tidak karena mereka,  maka Islam di Minangkabau ini pastilah sama dengan daerah lainnya.

Seperti kelakar orang-orang di Dunia Maya “Di Minangkabau, Minangkabau Diislamkan. Sedangakan di Jawa, Islam Dijawakan..” kami mohon maaf sebelumnya.

Maksudnya ialah Pengaruh Islam (dengan hukum Syari’atnya) sangatlah besar kepada adat. Berlainan dengan beberapa daerah di republik ini dimana yang terjadi justeru sebaliknya. Dimana Islam justeru dipengaruhi oleh adat-istiadat lama peninggalan masa Pra-Islam. Bagi engku dan encik yang pernah membaca TAMBO Alam Minangkabau tentulah akan tersua. Dimana Datuak Katumangguangan sangat gigih sekali mempertahankan Hukum Tarik Balas yang serupa dengan Hukum Qisas dalam Islam.

Selama rentang waktu 14 abad tersebut Islam telah merata di Minangkabau serta rantaunya. Cobalah tengok, sebutkan saja satu kawasan di Minangkabau yang tidak menganut Islam yang tidak mengakui Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah?

Islam dan adat yang telah padu, jalin-menjalin tersebut dianut oleh semua orang Minangkabau. Tidak pernah terdengar ada satu kawasan di Minangkabau yang berlainan. Apabila ditanya bukti-bukti statistik! Maka tak usahlah dijawab. Kenapa?

1. Yang bertanya mencoba mengarahkan kita kepada konsep yang telah dirancangnya. Kita punya konsep sendiri mengenai hal ini. Jangan pernah terpancing emosi atau hilang akal dalam beradu pendapat dengan orang Fasik ini. Sebab kalau kita hilang akal, maka kita akan mudah digiringnya.

2. Metode statistik belum dikenal oleh orang Minangkabau sampai orang Belanda memperkenalkannya. Itupun hanya sebatas untuk kepentingan Pemerintah Kolonial dan dilakukan oleh orang-orang Belanda atau pribumi yang telah dididiknya.

3. Kalau kita lakukan sensus pada masa sekarang mengenai hal ini. Maka besar kemungkinan orang-orang fasik ini akan bertepuk tangan. Sebab mereka tahu dan kitapun juga tahu telah banyak orang Minangkabau yang Murtad. Sehingga klaim kita “Semua orang Minangkabau ialah Islam. Apabila dia bukan islam maka dia bukan orang Minangkabau” akan mudah mereka patahkan. Bersorak mereka akan kepandiran kita, sampai jua yang mereka tuju.

Jadi kita hendaknya jangan terpancing dengan isu-isu Mayoritas VS Minoritas yang mereka usahakan untuk dimajukan. Memang begitulah kerja orang-orang fasik nan munafik atau murtadin & kaum kafir di negara kita saat ini. Kasus Ahmadiyah, Ajaran Sesat, Gereja Liar, dan lain sebagainya. Untuk membela mereka, kaum fasik nan munafik ini berusaha mengemukakan isu Mayoritas VS Minoritas.

Kemudian ada pula yang menanyakan pertanyaan pandir “Apa dasarnya mengatakan bahwa apabila ada seorang lelaki atau perempuan muslim menikah dengan orang kafir (non-muslim) maka ia telah berdosa. Dengan kata lain lah banyak kaji nan dilangga. Bukankah yang menentukan seseorang itu berdosa, kafir atau tidak kafirnya ialah Allah. Bukan manusia yang juga penuh dosa?!”

Kami tergelak mendengar pernyataan ini, memang benar ada dalil pada Surah Al Maidah ayat:5 dimana disebutkan bahwa boleh menikahi perempuan-perempuan Ahli-Kitab. Dalil inilah yang menjadi sandaran para SEPILIS. Sebab mereka melupakan dalil lainnya yakni Surah Al Baqarah ayat: 221 dimana dilarang oleh Allah Ta’ala menikah bagi seorang muslim dengan non muslim. Satu hal lagi yang mereka tak tahu bahwa Surah Al Maidah hanya membolehkan seorang lelaki muslim menikah dengan perempuan Ahli Kitab[1]. Izin inipun dengan syarat yakni “Perempuan-perempuan terhormat”.

Apa itu perempuan terhormat? Continue reading “Pemurtadan di MInangkabau Bagian.7b”

Pemurtadan di Minangakabau Bagian.6

Masjid dengan Arsitektur Minangkabau Sumber: http://manggopohalamsaiyo.blogspot.com/2011/01/adat-basandi-syara-syara-basandi.html

Masjid dengan Arsitektur Minangkabau. Sumber Berpadunya Antara Adat & Syara’
Sumber: http://manggopohalamsaiyo.blogspot.com/2011/01/adat-basandi-syara-syara-basandi.html

Terdapat beberapa golongan yang ikut membantu mempelancar jalannya kristenisasi (pengkafiran) orang Minangakabau. Pertama ialah kelompok Ateis Minang (termasuk kelompok asuhan Jusfiq Hadjar[1]) yang menggerakkan kelompok ini dari Negeri Belanda. Kemudian ada pula kelompok SEPILIS yang semakin banyak jumlahnya di kalangan anak bujang jo gadih di Minangkabau ini. Yang ketiga ialah kelompok yang bersembunyi dibalik nama Islam. Kelompok ketiga ini mempertentangkan adat dengan agama sembari mengatakan Adat Minangkabau itu jahiliyah dan bertentangan dengan syari’at.

Ketiga kelompok ini sama-sama berusaha menjauhkan orang Minangkabau dari adat dan Islam. Engku dan encik pastilah heran dengan pernyataan kami tersebut “Manapula?! Bukankah kelompok yang ketiga hendak menegakkan syari’at?!” hardik engku dan encik kepada kami.

Marilah kita tengok dahulu, engku dan encik pastilah bersesuaian dengan kami dengan kelompok pertama dimana mereka menghujat agama dan adat, lebih mengutamakan akal (logika) mereka. Menafikan pengalaman-pengalaman bathin (spiritual), hanya mempercayai dan membaca yang tampak saja, serta berperilaku kasar (radikal). Kata orang “intelek” mereka menyandarkan pemahaman mereka kepada “Falsafah Matrelialisme” Selalu berteriak-teriak kebebasan berpendapat, hak-hak minoritas, tirani mayoritas, kemapanan, Ekstrimis Islam (padahal mereka juga ekstrimis) dan lain sebagainya. Mereka suka sekali memperolok-olok agama, menjadikan bahan candaan dan tertawaan.

Begitu juga dengan kelompok yang kedua dimana mereka juga menghujat adat dan agama. Mengatakan agama dan adat mesti dirobah dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Toleransi dan kebebasan tak henti-hentinya mengucur dari mulut mereka yang beracun. Selalu berfikir dengan berlandaskan kepada materi.

Anti Islam Gambar: Internet

Anti Islam
Gambar: Internet

“Kemajuan ialah Kekayaan (PAD)” pendapat mereka

Kebanyakan dari SEPILIS ini ialah golongan terdidik hasil pendidikan sekuler seperti akademisi, birokrat, pengusaha, aktivis organisasi, dan lain sebagainya. Ideologi ini menyebar di kalangan masyarakat perkotaan dan dari status sosial menengah ke atas. Menyukai gaya hidup kosmopolitan, glamour, dan hedonis. Tidak suka dibatasi dalam kehidupan dan menyukai kebebasan dan Gaya Hidup Barat.

Sedangkan dengan kelompok yang ketiga tidak begitu mengemuka pada masa sekarang. Sebenarnya keberadaan kelompok ini kami ragukan pula, sebab sepak terjang mereka hanya sebatas pada “Dunia Maya (internet)”. Kalaupun ada di ranah kehidupan nyata, orang-orang ini menyuara hanya sebatas “Ota di Lapau” yang kebanyakan di dominasi oleh para perantau yang telah lama meninggalkan kampung. Orang-orang yang terlibat menyuarakan pendapat dengan mengambing-hitamkan Islam ialah orang-orang dengan akun fiktif, hanya beberapa yang asli. Sebagian besar dari keberadaan mereka tak dapat dipertanggung jawab.

Oleh karena itu kami semakin curiga, mereka ini ialah Agen-agen Zionis yang bertugas memecah belah umat Islam. Gaya lama dipakai yakni DEVIDE ET IMPERA (Adu Domba). Tampak sekali dari berbagai pendapat (argumentasi) yang mereka kemukakan sangat lemah apabila dilihat dari sudut pandang manampun apakah itu dari sudut pandang adat maupun Islam. Continue reading “Pemurtadan di Minangakabau Bagian.6”

Pemurtadan di Minangkabau bagian.5

Yanwardi (Eks Minangkabau)

Kiri: Yanwardi (Eks Minangkabau)

Jika bercakap perihal pemurtadan atau kristenisasi maka sebagian besar dari kita akan terkenang akan satu sosok yang bernama Yanwardi. Dia adalah seorang Mantan Minangkabau yang berasal dari Lubuak Basuang Kabupaten Agam, dahulunya bersukukan Koto. Dia memiliki seorang nenek yang telah hajah yakni Oemi Kalsum dan ibunya bernama Saumil Warsih, kedua-duanya telah almarhum. Dalam keseharian dia menyematkan nama sukunya di belakang namanya sehingga menjadi Yanwardi Koto. Anak-anaknyapun diberi nama belakang yang sama yakni Koto pula. Anak-anaknya tersebut ialah Zedi Koto dan Zecha Koto, sedangkan isterinya bernama Yanthie Gouw seorang perempuan dari Manado Sulawesi Utara.

Pendeta Yanwardi

Pendeta Yanwardi

Sebenarnya terdapat sekitar 30-an orang pendeta Nasrani yang dahulunya ialah orang Minangkabau. Namun yang berhasil kami dapatkan nama-namanya hanyalah empat orang saja yakni:

1. AKMAL SANI, asal Koto Baru Pangkalan, Kabupaten Limo Puluah Koto.

Dia  merupakan tokoh dibalik INJIL Berbahasa Minang. Pendiri dan Ketua PKSB, yaitu: Persekutuan Kristen Sumatera Barat (PKSB).

2. YANUARDI KOTO, asal Lubuk Basung, Kabupaten Agam.

Ungu ialah salah satu warna kebesaran dari Gereja Kristen. Merupakan warna tergelap dalam Gereja dan memiliki makna pertobatan yang sungguh-sungguh. Untuk lebih jelas silahkan dilihat di: http://viktorabadiwaruwu.blogspot.com/2010/01/arti-simbol-simbol-dan-warna-dalam.html

Para Jemaat Gereja Kristen Nazarene Rantau Jakarta
Ungu ialah salah satu warna kebesaran dari Gereja Kristen. Merupakan warna tergelap dalam Gereja dan memiliki makna pertobatan yang sungguh-sungguh.
Untuk lebih jelas silahkan dilihat di: http://viktorabadiwaruwu.blogspot.com/2010/01/arti-simbol-simbol-dan-warna-dalam.html

Ketua Yayasan Sumatera Barat yang berkantor di Jakarta. Yayasan ini berfungsi sebagai lembaga pencari dana dari Luar Negeri dan pengartur MISI/ manajemen pemurtadan. Orang inilah yang berada di balik malapetaka yang menimpa Wawah pada tahun 1999.

3. SYOFYAN asal LINTAU, Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Pimpinan Sekolah Tinggi Teologia (STT) milik Doulos World Mission (DWM)[1] Amerika, yang berada di desa terpencil di bilangan Majalengka, Jawa Barat. Sekolah ini merupakan pusat pendidikan dan pembinaan Pendeta untuk Kristenisasi di Minangkabau abad ke 21. Paling tidak (DATA 2005) sudah 623 orang anak Minang yang sudah dikristenkan sejak tahun 2000. Mereka disebar di Pulau Jawa, diasramakan, disekolahkan, dikuliahkan, dimodali berdagang, dihidupi, dst.

Paduan Suara kanak-kanak yang mengiri ritual agama nasrani di Gereja mereka.

Paduan Suara kanak-kanak pada Gereja Kristen Nazarene Rantau Jakarta yang mengiri ritual agama nasrani di Gereja mereka.

4. MARDJOHAN RASYID, asal Sawahlunto. Pimpinan PKSB, yaitu: Persekutuan Kristen Sumatera Barat.[2]

Sungguh sangat mengejutkan tatkala mendapat kabar buruk berupa malapetaka ini. Seperti apakah negeri yang akan kita tinggalkan untuk anak kamanakan kita nantinya duhai engku dan encik sekalian.

Karena sulit bagi kami untuk mendapatkan data-data perihal para pendeta yang lain maka untuk kali ini akan kami coba membahas perihal Sang Murtadin Yanwardi. Sekarang murtadin ini telah menjadi pendeta dan sangat giat dalam melakukan misinya terutama sekali kepada perantau orang-orang Minangkabau di Sumatra Barat.  Selain memiliki yayasan, dia juga mendirikan[3] Gereja Kristen Nazarene[4] Rantau Jakarta atau biasa disingkat GKN Rantau Jakarta.[5] Juga ada Gereja Kristen Rantau Padang namun tampaknya mereka memiliki kepengurusan yang sama.

Afolo Waruwu & Yanwardi.

Afolo Waruwu & Yanwardi.

Gereja ini menggunakan simbol-simbol Minangkabau dalam melaksanakan upacara keagamaan mereka seperti menggunakan beberapa ukiran khas Minangkabau pada ruangan kebaktian mereka. Menggunakan pakaian adat Minangkabau, simbol-simbol rumah gadang, dan lain sebagainya. Gereja inilah yang menjadi tempat Yanwardi “menggembalakan domba-dombanya” yang tersesat. Termasuk di dalamnya anak dan isterinya.

Yanwardi memiliki seorang kawan yakni sepasang suami isteri. Si suami juga seorang pendeta gereja di Padang. Namanya lelaki tersebut ialah Afolo Waruwu dan isterinya ialah Mei S.K.Hardjolelono. Pasangan ini bersama Yanwardi tampaknya berkawan dekat.

Yanthie (Isteri Yanwardi) & Mei (Isteri Afolo)

Yanthie-Isteri Yanwardi (kiri) & Mei-Isteri Afolo (kanan)

Walaupun begitu kami sangatlah sangsi bahwa anggota jemaat gereja GKN Rantau Padang atau Jakarta sepenuhnya orang Minangkabau. Sebab kami sangat yakin bahwa etnis Batak justeru lebih banyak mendominasi bersama etnis lainnya.[6]

Beberapa waktu lalu menyebar foto Yanwardi dengan memakai pakaian kebesaran seorang penghulu dalam melaksanakan ritual agamanya di gereja. Hal ini tentulah sangat menyakitkan bagi sebagian besar orang Minangkabau. Namun begitu hal serupa ini telah berlangsung lama namun baru mengemuka sekarang.

Segelintir fihak (orang Minangkabau) yang berideologikan SEPILIS mempertanyakan kemarahan tersebut. Sebab menurut mereka belum ada hitam di atas putih, atau suatu produk hukum yang jelas-jelas menyatakan bahwa seluruh simbol-simbol Adat Minangkabau tidak boleh dipakai oleh penganut agama lain, atau dipakai dalam ritual ibadah agama lain. Continue reading “Pemurtadan di Minangkabau bagian.5”